[iv]

36 4 0
                                    

"Lho, itu kan pacar gue!?" kata Gilda dan Navad secara bersamaan dengan terpenuhi rasa terkejut.

Gilda menatap Navad, penuh dengan rasa bingung dan sedikit kecewa. Tak lama, Lucky dan Adiva – kekasih Navad – menyadari keberadaan mereka. Emosi, malu, kaget, kecewa – perasaan-perasaan itu membakar mereka berempat. Tidak, Gilda enggan sekali melihat Lucky lagi. Ia berlari jauh dari toko es krim besar itu, membawa air mata. Navad menghampiri Gilda, mengusap air matanya, membalut tangannya.

"Bukankah ini sebuah jalan?" kata Navad sambil melihat ke dalam mata Gilda yang terbuka sangat lebar.

Kebahagiaan terpancar dari wajah mereka, lebih terang dari kembang api yang menghiasi langit di malam itu. Mereka kembali ke SMA-nya, Navad mengantarnya pulang ke rumahnya. Melihat jalan-jalan yang sepi dengan beberapa lampu menyala memang indah, tetapi jalan yang baru saja diberikan Tuhan pada mereka adalah yang terindah.

JALANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang