Payung

1K 54 5
                                    

-:-

Gintama © Sorachi Hideaki

Story © itssaskeh

Okikagu

Warning(s): FutureChara!OkitaSouichirou, 26y.o!Kagura, 30y.o!Sougo, (mencoba tidak) OOC, lack of dialogue(s).

Saya tidak mengambil keuntungan apapun dalam menulis fic ini. Gintama dan semua karakternya adalah milik Sorachi-sensei (kecuali Sougo-aru)

-:-

"Akan kukirim surat perceraian ke Yorozuya besok," adalah sebuah usiran halus yang bahkan Okita Sougo tak mampu mencerna maknanya.

Pria itu berbalik memunggungi Kagura yang kaget. Tenggorokan wanita Okita itu tercekat hanya untuk memanggil nama suaminya. Pria bersurai pasir didepannya tak menghentikan langkahnya, barang berkata lagipun tidak. Dia hanya mengatakan hal sakral, lalu pergi begitu saja seperti angin lalu.

Sedangkan lelaki berambut hitam dibelakang Kagura hanya tersenyum. Senyuman yang sama dengan senyum Kamui. Seakan menantang Sougo untuk beradu fisik ketika kristal mereka beradu pandang tadi. Iris crimson Sougo menatap tajam, dan iris safir milik pria itu menantang tanpa rasa bersalah.

Petir menyambar seakan menggambarkan perasaan Kagura. Dan lihat, langit pun menangis meratapi nasib Sougo.

Kasihan sekali, pekerjaan yang tidak ada habisnya, pekerjaan rumah yang dilalaikan oleh sang istri, bahkan buah cinta mereka menjadi kurang terurus akibat sang istri lebih memilih keluar rumah. Entah apa jadinya Sougo sebelum (dan setelah) ini.

Gerimis mulai turun, disusul oleh hujan yang melebat setelahnya. Sougo tidak berbalik, sedikit teringat akan ucapan mendiang kakaknya saat ia pergi merantau ke Edo bersama yang lain.

"Sou-chan ... kau jangan lihat kebelakang. Kau sendiri yang memutuskannya, kan? Inilah takdir yang kau pilih."

Tapi tetap saja ... Ingin sekali rasanya Sougo menyayat-nyayat daging lelaki yang baru saja menyentuh tubuh istrinya. Merebusnya dan diberi makan anjing mungkin ide bagus. Memaki, mencaci, dan menjauhkan lelaki busuk itu dari wanitanya seorang.

Tch, Kagura bahkan tidak mencoba untuk mengejar. Ketidakpedulian wanita yang 7 tahun lalu sah menjadi istri Kapten Divisi 1 Shinsengumi itu sangat menyiksa perasaan Sougo. Bodoh, inilah alasan ia menjadi seorang S. Mengambil alih game sepenuhnya, mengontrolnya sesuka hati agar ia mendapat kepuasan sendiri.

Menaklukan Kagura bukanlah hal yang mudah, juga bukan hal sulit mengingat Kagura tetaplah seorang gadis yang akan jatuh ketika dihadapkan oleh pria tampan seperti Sougo. Tapi siapa sangka? Siapa sangka jika wanita itu akan berpaling dari pria tampan dan mapan seperti Sougo?

Sougo adalah Sougo. Lelaki sadis yang jati dirinya hanya bisa digapai oleh Kagura. Maka sedari itu, mungkin perceraian adalah solusi yang bagus. Adik Mitsuba ini benci dengan kekalahan, tidak ingin menerima kenyataan bahwa dialah yang harus membuang dan memecat budak hidupnya, seolah-olah lelah dengan budaknya yang selalu bisa membuat keadaan menjadi terbalik. Lihatlah, pecundang kita tidak memikirkan konsekuensi dan masa depan buah hati Okita itu.

Miris sekali ...

Juga ... Sakit sekali ...

Sougo berjalan di tengah hujan dan di tengah kegelapan. Seolah meminta bumi untuk menelannya. Bahunya sedikit menunduk, terlalu banyak beban yang menggantung disana. Entah apa yang harus ia katakan pada Gintoki nanti. Dan mengajukan surat perceraian ke pemerintah selarut ini? Mungkin dialah yang akan berakhir di tong sampah.

Tak sadar kemana kakinya membawa, Sougo menengadahkan kepalanya, menatap sebuah pamflet bertuliskan 'Yorozuya Gin-chan'. Kakinya kembali melangkah menaiki tangga bangunan milik Otose itu. Ada sedikit rasa ragu ketika ingin membuka pintu masuk. Pada akhirnya, Okita Sougo tetap membukanya dan melihat cahaya yang paling terang dihidupnya.

"Papi ... okaeriiiiii!"—begitulah sapaan yang diterima Sougo setiap pulang kerumah atau menjemput buah hatinya yang belakangan ini dititip ke Yorozuya. Sakata Gintoki juga tidak masalah, toh yang dititipkan adalah darah daging anak angkatnya. Pekerjaan serabut Gintoki yang tidak jelas dan kebanyakan hanya malas-malasan di rumah juga membuat Sougo yakin untuk menitipkan anaknya di Yorozuya.

Sougo tersenyum kecil. Benar-benar tersenyum—dan hampir saja menitikkan air matanya ketika Okita Soichirou—anak lelakinya—memeluk kakinya yang jenjang. Terdetak. Ingatan Kagura dan Souichirou yang tertawa bersama begitu menghangatkan.

Sougo menggigit bibirnya menahan desahan yang keluar, lalu ia menunduk menyamai tingginya dengan anaknya. "Papi basah," kata Souchirou menatap hakama kecilnya yang ikut basah. "Hm, Papi kehilangan payung di jalan tadi."

"He? Kenapa?"

Sougo mengelus surai oranye milik Souichirou, "Ada yang lebih membutuhkannya. Payung Papi dicuri orang lain."

Bocah kecil itu mendominasi gen Sougo—walau fisiknya lebih terlihat seperti ibunya. Terbukti ketika ia langsung mengerti dan tidak bertanya lebih jauh lagi.

Bocah kecil tetaplah bocah kecil. Pengetahuan Souichirou tidak cukup luas untuk mengetahui payung apa yang dimaksud ayahnya.

Payung yang selalu menjadi tempat berteduh ayahnya. Panas, hujan, badai, apapun kondisi cuacanya, Okita Sougo selalu membawa dan berteduh dalam naungan payung yang hanya miliknya seorang. Payung yang kita kenal dengan Okita Kagura.

Live Like You're DyingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang