3. Hujan

303 32 2
                                    

3. Hujan

"Li, lo tau gak?"

"Gak."

"Ya elah, gak asik lo."

Selepas pulang sekolah siang tadi, Gilang mampir ke rumah Ali, tetapnya si main. Gilang dengan alasan bete di rumah akhirnya main ke rumah Ali, Tanpa Gilang sadari Ali sedang tidak mood dengannya. Bahkan hingga sore ini, Ali hanya bermain Play station nya tanpa memperdulikan Gilang yang sedari tadi sibuk mengacak berbagai alat musik di kamar Ali.

"Lo kenapa si, Li? Lagi meriang lo"' Tanya Gilang polos sambil memainkan gitar Ali dengan asal memainkannya, "Atau, lo lagi cepirit makanya dari tadi diam aja?"

"Apaan sih, ga jelas." Kata Ali ketus. Gilang menautkan alisnya bingung.

"Apaan sih, Li. Lo malah yang gak jelas, mabok menyan lo? Atau lo gak suka gue di sini?" Tanya Gilang sedikit sewot atas perkataan Ali.

Gilang bingung sama sikap Ali ke dirinya, biasanya Ali dengan senang hati menerima kalau Gilang ingin ke rumahnya, bahkan Ali dan Gilang sering bermain Play Station bersama hingga larut malam, saking asiknya. Namun, sedikit heran dengan sikap Ali tampak tak bersemangat saat Gilang datang, Ali memang mengizinkan Gilang ke rumahnya namun sedari tadi Ali tak sama sekali mengeluarkan 1 kata pun kecuali saat Gilang bertanya.

"Iya, gue gak suka!" Sinis Ali bangkit dari duduknya di bawah lantai, Gilang menatap Ali tak percaya.

"Apaan sih, Li. Emang gue kenapa? Kok tiba-tiba sinis gitu sama gue?" Tanya Gilang bingung sambil menaruh gitar Ali di tempatnya dengan perlahan.

Ali diam sejenak, Gilang menghelas nafas berat, "Lo cemburu sama Prilly? Soal gue nyamperin Prilly? Atau soal gue ngelap sisa es krim di deket mulu Prilly?"

Seketika Ali dengan cepat memukul pipi Gilang hingga Gilang terjungkal ke belakang. Ali seperti menahan emosi yang siap meledak, sedangkan Gilang hanya pasrah sambil memegang pipinya yang terasa sakit.

''Benerkan? Gue liat lo. Gue liat lo dan gue bisa liat kecemburuan lo,'' Ujar Gilang yang lagi-lagi dapat bogeman mentah dari Ali.

Lantas, Gilang bangkit dan langsung membalas Ali sama dengan perlakukan ke dirinya. Ali terjatuh, sama seperti dirinya dengan memegang pipinya lalu menunduk.

Gilang berjongkok, "Kalau lo sayang sama Prilly, kejar dia dan perjuangin dia. Jangan Cuma bisanya lo emosi terus gue yang kena. Lo tau? Gue lebih rela lo sama Prilly dibandingkan gue. Kenapa? Karena lo sama Prilly saling mencintai. Cuma sayang lo Cuma cowok cemen dan pengecut," Tandas Gilang. Ali menatap Gilang

"Sorry, yang tadi gue Cuma kebawa emosi aja. Dan gue Cuma mau bilang kalau GUE GAK SUKA SAMA PRILLY!! Jelas?" Kata Ali tepat di telinga kiri Gilang, Gilang yang mendengar itu langsung memukul pipi Ali, lagi. Ali hanya bisa tersenyum kecut yang di balas tatapan tajam Gilang.

"Lo gak suka? Bullshit! Kalau lo gak suka ngapain nonjok gue?'' Tanya Gilang keras. Gilang langsung tegap berdiri menatap Ali angkuh. Dan Ali mulai berdiri.

''Itu tadi gue emosi. Lo kebanyakkan bacot,'' Ujar Ali enteng. Gilang terpaku namun ia tertawa meremehkan.

''Emosi? Alasan lo udah basi tau gak! Seharusnya lo ngaku aja kalau beneran suka sama Prilly. Guekan bisa langsung ngalah. Kalau lo kaya gini justru lo cowok pengecut yang seharusnya gak Prilly suka. Ohiya, soal Prilly nembak lo gue udah tau, Karena tau Prilly suka sama lo, dan Lo suka sama Bella makanya lo milih Bella di banding Prillykan? Tapi, pas gue deketin Prilly lo malah terlihat lebih cemburu ya, maruk lo!" Gilang dengan tertawa sinis.

''Apaan si, Lang. jangan bawa-bawa Bella ya, dia gak tau apa-apa," Ali lelah.

"Terus kenapa lo gak suka?"

CHANGEDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang