09. Alpha Addicted
We Love You, Always
========================
Suasana menjadi hening luar biasa.
Ketika sadar, Rion merasakan serigalanya mendengking di dalam kepalanya kemudian menghilang, membuat tubuhnya kembali menjadi manusia yang bersimbah darah. Rion sama sekali tidak bisa bergerak. Tubuhnya seakan kehilangan kemampuan untuk melakukan sesuatu. Dia seakan melihat sebuah tontonan dari televisi.
"Rein!"Alfie menjerit nyaring ke arah Rein dan semua orang buru-buru berlari menghampiri Rein. Dhe mendorong Rion, menopang tubuh Rein.
"Panggil Dokter!"sayup-sayup terdengar suara lantang Yash.
Tangisan Dhe pecah. Tangannya dengan gemetar berusaha menepuk-nepuk pipi Rein.
Rein masih tidak bergerak. Matanya memandang Rion. Darah di lehernya tidak berhenti meski Dhe berusaha untuk menutupi bekas lukanya. Setiap orang menjadi panik dan gelisah. Teriakan histeris terdengar di sana-sini.
"Rein, kau bisa mendengarku?" kata Dhe dengan suara gemetar. "Kau harus bertahan, Rein. Kau dengar?"
Rein tidak meresponnya, tapi bibirnya bergetar perlahan. Salah satu tangannya terangkat perlahan. Dhe dan Yash menoleh pada tangannya, yang berusaha menggapai Rion.
"... Ri...on..."
Rion masih tidak bisa bergerak, melihat tangan Rein yang berusaha menyentuhnya. Dhe dan Yash melihatnya seperti melihat setan.
"Kau... terlihat... sehat..."
Perlahan-lahan, tangan Rion menggapai tangan Rein, gemetar memegang tangan adiknya yang dingin. "Maafkan aku... Maafkan aku, Rein..."
Rein tertawa kecil, tapi tawanya terdengar seperti kesulitan bernapas.
"Mana Dokter?" teriak Yash lagi. "Bertahanlah, Nak. Dokter akan datang."
Mereka ngeri melihat darah masih merembes di lehernya, bahkan Rion tidak berani melihat ada sesuatu yang berdenyut di sana, mengeluarkan darah tanpa henti. Wajah Rein semakin lama semakin pucat. Tapi sinar matanya tidak meredup dan senyumannya masih terjaga.
"Rion..." panggil Rein lagi, lebih lemah.
Suara kaki mendekat ke arah mereka. Dokter kawanan terlihat terkejut melihat kondisi Rein dan mulai membuka peralatan dokternya, sambil membawa kantong darah.
"Mission accomplished..." kata Rein terbata-bata, masih memegang tangannya.
"Apa maksudmu?" kata Rion lagi, suaranya bergetar.
Rein tersenyum, dia menyingkirkan tangan Dokter kawanan yang berusaha melakukan sesuatu pada lehernya. Mereka tahu kalau sudah terlambat. Denyut jantungnya sekarang malah tidak terdengar.
"Berjanjilah padaku... kalau..." Dia menarik napas dengan susah payah. "... kalau kau tidak akan menyalahkan dirimu."
"Rein..."
"Kalau kau akan bahagia..."
"Rein, jangan begini... Kau tidak akan ke mana-mana..." kata Dhe, mencoba untuk mengentikan racauannya.
"Aku menyayangi kalian... selalu..."
"Kau ini bicara apa?"kata Yash lagi, dia beralih pada Dokter Kawanan. "Kenapa kau tidak melakukan sesuatu?"
"Alpha... dia..."
Bagaikan sihir, seluruh kawanan sekarang menarik napas begitu mereka mendengar hembusan napas terakhir dari Rein. Rein tidak bergerak sama sekali. Bahkan di saat kematiannya, dia masih tersenyum. Denyutan di lehernya benar-benar menghilang, tidak ada denyutan sama sekali.
KAMU SEDANG MEMBACA
Alpha Addicted
AventuraRion sudah lama bersahabat baik dengan teman sejak kecilnya, Alfie. Sejak kecil mereka selalu bersama. Meskipun seorang Omega, Rion sangat menyanginya sebagai saudara sendiri. Namun dia tak bisa selamanya bersama Alfie, karena dia harus mengikuti la...