Istimewa (Bag.B)

6.1K 241 0
                                    

"Ify, ayo cepetan. Gue ada kuliah pagi nih,"

Mario yang sudah stay di motornya berteriak keras. Ify keluar dari rumah nya dengan masih mengunyah seraya menatap sang kakak dengan kesal.

"Nggak sabaran banget sih lo kak," ucap Ify setelah ia meneguk makanannya.

"Gue ada kuliah pagi."

Mario memberikan helm pada Ify dengan tanpa melihat adiknya itu.

"Berarti lo nggak bisa nonton gue ngalahin Angel dong."

Ify memasang wajah kecewanya. Mario menoleh menatap Ify lalu menghela nafas.

"Pagi ini?" tanya Mario . Ify menggeleng.

"Pulang sekolah," jawab Ify.

"Masih lama! Gue pasti datang. Cepet naik dari tadi ngomong mulu."

Ify mengerucutkan bibirnya tak suka mendengar ucapan dari kakaknya itu lalu menaiki jok belakang motor  Mario.

BRUUMM

Ify yang tidak siap saat Mario menggas motornyanya langsung memeluk Mario. Melingkarkan tangan nya erat diperut kakaknya itu.

Ify tidak berteriak untuk memarahi Mario yamg mengendarai motor nya di atas rata-rata. Ia hanya diam seraya menikmati betapa Wangi nya tubuh kakak nya itu.

Di balik helm NHK nya, Mario tersenyum. Sangat nyaman dipeluk Ify.

---

20 menit kemudian, Mario sudah sampai di depan gerbang Vanquish.
"Udah nyampe," ucap Mario membuat Ify tersadar dan segera melepaskan tangan nya yang sedari tadi melingkar erat di perut Mario.

"Belajar yang benar," ucap Mario saat Ify turun dari motornya. Ify tertawa pelan.

"Lagak lo. Udah sono jalan nanti kuliah nya telat."

Ify memberikan helm yang dipakainya ke Mario.

"Telat juga bukan lo yang telat."

Mario menerima helm Ify. Ia mengecup singkat kening Ify membuat sang gadis mematung. Mario pun melesat pergi dari hadapan Ify tanpa menunggu reaksi Ify selanjutnya. Ify tersenyum memandang Mario yang sudah menjauh lalu memegang keningnya.

'Gue sayang lo, Kak Mario,'

Drrttt..

Ponsel Ify bergetar menandakan ada pesan masuk. Ify merogoh ponselnya di saku rok nya.

SiviaChubby

Langsung ke ruang musik aja. Katanya mau bikin lagu kan? Sekalian gue mau nanya soal Ray.

Oke(y)

Ify memasukkan ponsel nya kembali ke saku rok nya lalu segera berjalan menuju ruang musik.

---

"Ify, katanya lo ditembak Ray?" tanya Sivia sahabat sekaligus teman sebangku Ify saat Ify sudah berada di hadapan nya.

"Iya, tapi gue tolak," ucap Ify santai.

Pletak..

"Heh apaan sih lo jitak-jitak."

Ify menatap Sivia tajam sedangkan yang ditatap malah membalas menatap tajam.

"Lo ngapain nolak Ray, hah? Cewek diluaran sana aja pengen banget jadi cewek Ray sampai rela ngelakuin apa aja dan lo malah seenak jidat nolak Ray."

Ify mencibir mendengar ucapan Sivia yang menurutnya itu lebay. Ia memang tak menyukai Ray karena menurut Ify pemuda berambut gondrong itu terlalu manis. Iya manis. Manis ke semua wanita.

"Biasa aja kali. Lo kan tau gue nggak bisa nerima Ray karna-"

"Karna hati gue milik Kak Mario," potong Sivia cepat. Ify mengangguk menyetujui ucapan Sivia.

"Bego! Kak Mario itu kakak lo. Sadar nggk sih lo, Fy!"

Sivia jengkel. Sumpah ya nggak paham banget sama jalan pikiran Ify. Duhh jaman sekarang pacaran pake hati? Tanpa hati, tanpa perasaan juga kan bisa pacaran.

"Gue tau!" sahut Ify seraya memetik senar gitar nya asal.

"Tapi, kenapa lo masih bertahan sama perasaan yang salah?"

Sivia menghela nafasnya kasar. Menatap Ify dengan tatapan tajam nya lagi.

"Lo udah kelas 12. Udah dewasa, bentar lagi lulus. Dan lo masih bertahan sama perasaan yang salah itu? Lo nggak pengen nyoba buat buka hati lo buat seseorang yang tepat?"

Ify memutar bola mata nya malas. Itu adalah ucapan Sivia yang entah keberapa kalinya ia dengar.

"Bawel! Daripada lo bawel nggak jelas gini. Mending bantuin gue buat lagu," ucap Ify. Sivia mencibir. Dasar gadis keras kepala.

*

582 word

Istimewa [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang