Ucup menyeringai bangga melihat lembar jawabannya yang telah terisi semua. Berlagak jumawa dia melangkah maju ke depan kelas, dan menyerahkan lembar jawaban ujian pada pengawas cantik berambut gelap yang duduk di bangku guru.
Dari semua murid yang ada di kelas 3 IPS2 baru Ucup sendiri yang selesai, dengan rekor waktu kurang dari lima belas menit. Bahkan Lian dan Rangga, yang notabenya juara kelas masih sibuk mengerjakan jawaban, hal itu membuat Ucup makin bangga.
"Udah selesai?" Tanya pengawas tersebut.
"Iya Bu. Dan boleh langsung pulang kan?" Ucup balik bertanya, mengingat hari ini hanya ada satu mata pelajaran saja, Bahasa Inggris.
"Iya."
"Yoo. Permisi kalau gitu Bu," pamit Ucup manis, dia kemudian berbalik menghadap teman-teman sekelasnya, "Dadah teman-teman. Ucup yang jenius mau pulang dulu," katanya sambil tertawa-tawa lalu keluar kelas.
Teman-temannya yang lain hanya bisa mencibir.
"Tumbenan Ucup pinter," cibir Didot iri.
"Ho'oh. Biasanya dia cuma jenius di mapel ekonomi doang," tambah Wawan.
"Ah. Palingan dia ngisi lembar jawabannya sambil ngitungin kancing baju," kata Lian kalem.
"Ho'oh," yang lain menanggapi dengan anggukan kepala. Tak percaya kalau Ucup yang bahkan tidak bisa membedakan arti kata beach dan b*tch bisa mengerjakan empat puluh lima nomer soal bahasa inggris, dalam waktu kurang dari lima belas menit.
***
Pengawas yang tadi menerima lembar jawaban Ucup mengerutkan kening. Bergantian dia membaca soal dan lembar jawaban Ucup. Pengawas itu tampak kebingungan.
Seperti ada yang aneh.
Tapi apa?
"Eh?" Mata pengawas itu terbelalak saat menyadari sesuatu. Dia kemudian bangkit dari kursi, berlari keluar keluar kelas untuk mencari Ucup yang bahkan sudah keluar dari gerbang sekolah.
"EH NAK! TUNGGU! INI SOALNYA EMPAT PULUH NOMER. KENAPA JAWABANMU LIMA PULUH NOMER?!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Warna-Warni di Putih-Abu
Krótkie OpowiadaniaKumpulan cerita pendek tema putih-abu/remaja