(5) She...

35 1 0
                                    

'Sang tuan putri pun kembali masuk ke dalam kamarnya, dan meraih ponselnya di nakas dan melihatnya sekilas sebelum pergi ke kamar mandi. Entah mengapa, ia baru sadar bahwa ia kesiangan. Ia segera berlari menuju kamar mandi dan tiba-tiba....

"AAAAAAW!!" '

______________

Sang tuan putri terjatuh! Ia tersandung kakinya sendiri.

Teriakannya yang menyebar ke seluruh rumah membuat Bang Robi langsung menuju ke sumber suara.

"Lu kenapa Ris?"

"Jatoh, sakit banget ini"

"Yah ini mah keseleo"

"Gua mandinya gimana dongg"

"Ev, Evelyn! Gece sini!" Teriak Bang Robi.

"Kenapa bang?" Sahut Evelyn.

"Noh jatoh tuh, bantuin bangun trus mandi gih sono" Ujar Bang Robi.

"Yaampun kak, lo ngapain sih?" Ujar Evelyn.

"Bacot, gils, udah gece bantuin guee"

Lalu, Evelyn pun membantu sang tuan putri mempersiapkan segalanya.

Sehabis itu, mereka langsung pergi ke sekolah, karena acaranya sudah ingin dimulai.

Begitu mereka sampai di sekolah, sekolah sudah ramai sekali. Terutama para pengurus OSIS yang sedari tadi cemas menunggu kedatangan Riska dan Seno, takut penampilan mereka tidak berhasil.

Saat giliran Seno dan Riska tiba, dengan hati-hati Evelyn dan beberapa pengurus OSIS lainnya membantu Riska naik ke atas panggung.

Sontak itu menarik perhatian seorang Rino. Dia yang tadinya sedang duduk bersantai, langsung berlari ke arah Riska. Ia merasa yang membantu Riska naik ke atas panggung tidak melakukannya dengan benar. Rino itu pernah mengikuti ekstrakurikuler di SMPnya dulu, jadi ia tau harus bagaimana menangani Riska.

Rino langsung menyelak kerumunan para siswa yang mengelilingi Riska, yang membuat keadaan semakin memburuk.

Ia lepas tangan teman-temannya dan mengalungkan tangan kanan Riska ke pundaknya.

"Apaan dah ini?" Ujar Riska terkejut dengan apa yang dilakukan adik kelasnya tersebut.

"Udah sini gua bantuin" Ujar Rino dengan santainya.

Entah mengapa, ada sebersit rasa sakit didalam benak Evelyn. Dia mulai tidak mengerti dengan perasaannya yang kian lama semakin aneh.

Riska berhasil naik ke panggung dengan selamat. Disusul Seno yang membawa gitar akustiknya.

Riska mencoba sebisa mungkin mengingat bait-bait lagu yang sempat ia baca sekilas kemarin. Dan pertunjukan pun dimulai..

{ A/N: ANGGAP SAJA ITU YAK SI RISKA AMA SENO :v PADAHAL GUA KAN PENGENNYA RISKA YANG MUKANYA KEBULE2AN GETOHH :v TAPI MALAH DAPETNYA YANG CHINESSE, TAK APA LAHH :'V }

{ A/N: AYEY! DAPET UGHA AKHIRNYA YANG BULE2 OENYOEH GETOHH :v ANGGAP SAJA ITU RISKA, TEMAN-TEMANN^0^ }

{ A/N: KARENA GUA GA DAPET VIDEO COLD WATER ACCOUSTIC YANG GUA MAU, JADI GUA SISIPIN YANG COGAN2 NIH EUY! SEBAGAI TANDA PERMINTAAN MAAF :v }

{ A/N: BALIK LAGI KE CERITA OK? OKE :v }

Penampilan Seno dan Riska selesai. Dan nampaknya cukup berhasil. Gemuruh tepuk tangan memenuhi suasana di pagi yang cerah itu.

Seberkas senyum sehangat mentari terlukis di wajah manis Riska. Sambil menahan pedih di kakinya, ia turun dari panggung yang indah nan megah itu. Disambut dengan pelukan dan sorakan teman-teman se-organisasinya yang sedari tadi sudah terkagum-kagum melihat penampilan mereka dari balik panggung.

Hingga sampailah, ia bertemu dengan Rino yang menyambutnya dengan senyuman terbaiknya. Menyalami tangan Riska dan memeluknya sekilas sambil berkata "Congrats ya Ris! Lo berhasil, lo keren banget tadi!"

Sontak semua orang yang berada di kerumunan itu berteriak heboh! "Rino memang sudah tidak waras," mungkin itu yang mereka pikirkan.

Wajah Riska memanas.

"PLAKK!!"

Tak disangka, satu tamparan berhasil mendarat mulus dari tangan lembut Riska ke pipi kiri Seno.

Tamparan itu bisa dibilang cukup keras untuk ukuran gadis seperti Riska.

Dengan susah payah Riska berjalan menjauhi Rino dan terus diikuti oleh kerumunan itu.

Air mata Riska mulai bercucuran. Ia merasa harga dirinya sangat terinjak-injak.

Kerumunan itu telah pergi. Meninggalkan Rino sendiri. Rasa sakit di pipinya tidak terasa. Malah kini batinnya yang terasa sangat pedih.

Menyesal.

Satu kata yang terlintas dibenaknya saat ini.

Ia mengaku salah karena tadi dengan begitu lancangnya memeluk Riska walaupun hanya sekilas. Itu efek dari rasa bahagianya yang tak terbendung.

Di tengah keheningan yang dirasakan Rino, ia merasa ada langkah kaki yang mendekat.

"Rin, lo gapapa?" Ucap sang pemilik langkah kaki itu.

"Evelyn? Eh, gue gapapa kok," Sahut Rino setelah mengetahui siapa yang sedang berbicara kepadanya.

"Eh itu, bibir lo berdarah" Ujar Evelyn lagi.

Dengan sigap, Evelyn mengambil selembar kertas tisu dari tasnya, dan mengelap sudut bibir Rino yang berdarah itu.

"Sakit ga?" Tanyanya.

"Engga"

"Ih kok bisa?"

"Sakitnya disini.." Ujar Rino sambil menangkap tangan Evelyn dan membenamkannya di dada bidangnya itu.

Setetes air mata jatuh membasahi tangan mereka berdua.

"Rin.."

Suara lembut Evelyn berhasil menyadarkan Rino.

"Eh maaf Ris, ga sengaja," Ujar Rino sambil melepas genggamannya.

"Eh iya, Evelyn, sorry," Ujar Rino lagi, seakan sadar akan kesalahan yang ia buat.

"Ris ya Rin?" Batin Evelyn.

"Lo beneran gapapa kan Rin?" Ujar Evelyn sambil tersenyum miris.

"Eng-engga, gapapa kok"

"I know u lied Rin.." Batin Evelyn lagi.

"Wanna go out?" Tanya Evelyn.

"Umm, yap" Sahut Rino cepat.

"How about canteen?" Tanya Evelyn lagi.

"Okay, let's go"

______________________
Maaf banget ya ga bisa rutin update, lagi sibuk banget soalnyaa.. Maklumin lah, taun depan gue un oe😂

Btw, makasih banget kalo masih ada yang nungguin + masih mau baca cerita ini, kalian yang bikin gue semangat nerusin part ini walaupun pr tabus sudah menunggu😁

Vomment(s)nya jangan lupa ya teman..

Have a great day! XOXO!

23/09/16



Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 23, 2016 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Cinta Datang Terlambat (Too Late Love Story)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang