Chapter 3
Malam tiba, pesta di rumah siap digelar. Sebenarnya bukan pesta besar sih, hanya makan malam bersama saja dengan mengundang teman dekat dadda, dan teman bisnisnya. Tentunya kawan kawan lama dadda yang dulu tergabung dalam Northside juga akan datang.
Ciarán sudah sampai di rumah sejak jam 5 sore tadi, dan sekarang sudah siap. Oh, Ciarán memberiku sebuah jam tangan keren, merek Marc and Coblen, yang tahu sendiri sangat mahal harganya. Katanya sebagai hadiah penampilanku yang keren sekali semalam, dan langsung aku pakai.
Dadda pun sudah terlihat ganteng. Maa, cantik seperti biasanya, dan Ally, adikku yang masih 6 tahun, sang putri di rumah ini semakin terlihat seperti putri raja. Yang belum kelihatan adalah Finnian. Entah ke mana dulu dia. Sejak dia tinggal dengan Om Andrew di Dublin, Finnian memang pulang suka suka dia. Tapi kalau dipanggil pulang, yaa pasti pulang, hanya tidak jelas kapannya. Kadang aku berdebar jika menunggu kepulangan Finnian. Berharap dia tidak pulang sendirian.
Para undangan yang adalah kawan-kawan dekat Dadda mulai berdatangan. Om Mark dan Om Shawn juga sudah datang. Beberapa kawan jurnalis media Dadda- pun datang. Mereka mengucapkkan selamat pada Dadda, dan aku pun mendapatkan selamat atas penampilanku semalam. Dadda menyambutnya dengan sikap yang rendah hati dan menyenangkan. Dadda memang disukai banyak orang.
Dengan kedatangan jurnalis media cetak, aku langsung tinggi rasa juga, apakah dadda akan mengenalkanku pada mereka semua, dan mengatakan ia sudah memiliki rencana untukku, rencana untuk karir musikku ?? Aku semakin tak sabar mendengarnya. Semakin tak sabar aku, setelah melihat Finnian pulang sendirin. Tapi kok dia pulang sendirian ?
"Nggak dengan Ray, Finn ?" suara Maa sudah terdengar dari jauh sebelum aku menanyakannya. Maa tahu apa yang kutunggu.
"Nggak, tapi nanti ke sini kok..." Finnian menjawab dengan santai.
"Oh...," Maa menyahut dengan senyuman. Anak tambahannya akan datang juga.
Jawaban Finnian membuat lega. Dia akan datang. Aku tersenyum girang sendiri. Sepertinya malam ini akan menjadi malam indah untukku. Aaaah... senangnya.
Jamuan makan malam semakin marak. Teman-teman Dadda telah berdatangan semua. Mereka beramah tamah dengan Dadda. Terasa hangat dan akrab. Sesekali mereka menanyakanku dan mengucapkan selamat ada penampilanku semalam yang bagus. Tapi tak sekalipun Dadda menyinggung tentang rencana membuatkanku album, atau paling tidak berniat menjadikanku penyanyi professional, gitu. Aku mulai resah. Jangan-jangan Dadda memang tidak berniat mengorbitkanku menjadi penyanyi profesional?
Resahku teralihkan dengan sosok yang kutunggu muncul di pintu. Akhirnya dia datang juga ! Dia datang dengan mengenakan pakaian setengah formil. Hanya dengan kemeja berwarna coklat, dipadu dengan celana jeans casualnya, dia sudah tampak mempesona. Aku terpana melihatnya. Tentu saja ia langsung mencari 'kembar sialnya'; Finnian, dan menemui Dadda juga Maa. Dari jauh aku dapat melihat betapa senangnya kedua orang tuaku, dia bisa datang. Ryan McBride. Sahabat dekat Finnian yang sudah mereka anggap anak sendiri, sejak Finn mengenalkan pada kami 2 tahun yang lalu, tepatnya sejak Finn kembali dari Crookhaven.
Setelah berbincang sebentar dengan dadda, mereka berdua memisahkan diri. Mereka kalau sudah bersama, seperti baut dan mur..., tidak terpisahkan. Terkadang aku bertanya-tanya, apa mereka berpacaran ? Tapi selalu kubuang jauh pikiran itu.
Dengan girang aku langsung menuju mereka.
"Hey, Ray ...," aku tak dapat menahan rasa senangku.
"Hey, Kelly....," dia tersenyum menyambutku. "Semalam kamu hebat sekali ...."
Aku terkatup, "Kamu melihatnya ?" jantungku langsung berdebar.
Ray tertawa kecil, "Tentu saja aku melihatnya, Kell. Kamu keren sekali...., aku sampai merinding mendengarnya."
Pipiku langsung memerah. Hidungku serasa terbang, dan hatiku langsung mengembang. "Terima kasih," dengan menatap matanya malu-malu.
"Aku yakin ka,u akan seperti Dadda-mu menjadi penyanyi terkenal."
"Yeah ?" Aku bersemangat sendiri.
"Dia sudah nggak sabar pengen jadi penyanyi....," Finnian menimpali. "Tadi pagi saja sudah merengek di meja makan, minta dibikinin_"
"Finn!" potongku ketus manyun, sebelum dia menyelesaikannya. Nggak usah cerita ke Ray, bisa ga sih...
"Lho bener kan ...." Finnian masih merasa tak bersalah. "Belum tentu juga, nanti ada yang beli albummu, Kell...."
Aku semakin cemberut. Tapi justru membuat Ray tergelak.
"Tenang, Kell, aku yang akan beli albummu nanti ...," selanya mengagetkanku.
Aku tersenyum dengan senangnya, "Kamu mau beli albumku nanti ?"
"Pastinya. Aku akan langsung membelinya, begitu hari pertama albummu rilis...," tersenyum pasti.
Aku semakin sumringah, senang. "Datang ke konserku ...?"
"Pasti ....," lanjut Ray mantab.
Aku semakin girang.
Finnian tersenyum geli.
"Yeah, Kell..., tahan dulu itu semua," Finnian memotongku, merusak kesenanganku. "Tuh, dipanggil Dadda..."
"Huh...?" Aku menengok pada Dadda, yang melambaikan tangan padaku.
"Temani Dadda main ....," serunya dari sana dengan tersenyum hangat.
Aku kembali tersenyum bersemangat, dan mengangguk.
"Aku konser dulu yaaa....," pamitku pada mereka berdua, dan berlari menuju Dadda.
Dadda memintaku menemaninya bernyanyi. Seperti biasanya, Dadda yang bermain piano dan aku yang bernyanyi. Beberapa lagu lama dinyanyikan. Dan seperti biasa kami mendapat sambutan hangat dari para tamu. Mereka menyukaiku dan kembali bertanya-tanya apakah memang Keevan Egan akan mempersiapkan untuk mengeluarkan putranya menjadi seorang penyanyi terkenal, meneruskan jejak musiknya ? Perasaanku semakin melambung, terlebih dengan senyuman-senyuma kecil dan misterus yang dilemparkan padaku setiap pertanyaan itu terlontar. Meski belum menjawab pertanyaan mereka.
Aku semakin tak sabar, dan sangat yakin Dadda menyiapkan sesuatu untukku.
"Jadi, apakah kita akan melihat Kelly dengan albumnya ? Sudah terlihat sekali, putramu siap menjadi seorang penyanyi professional ?" Seorang jurnalis dari Irish Mirror bertanya kembali.
Dadda menengok padaku dengan tersenyum hangat, membuatku tersenyum gugup. Menunggu apa jawaban yang akan diberikan Dadda, sebagai pernyataan resminya pada media.
Dadda menghela nafas dengan tersenyum, "Tidak, saya tidak berniat menjadikan Kelly menjadi professional. Saya tidak akan melakukannya. Mungkin untuk Kelly bernyanyi di beberapa acara, event dan kesempatan, masih saya izinkan. Tapi untuk menjadi seorang penyanyi professional, seperti penyanyi penyanyi di bawah manajemen saya, saya kira tidak. Kelly tidak akan menjadi seperti mereka," jawaban yang pasti dengan wajah tersenyum hangat pada mereka dan pada diriku yang mengartikan jawaban yang tidak bisa dipertanyakan lagi.
Jawaban yang membuatku terkatup pucat. Jawaban yang menghempaskan semua mimpiku dan anganku. Jawaban yang sangat mengecewakan dan menyakitkanku. Jawaban yang membuatku seperti kehilangan harapan untuk hidup kembali. Rasa seperti dikhianati oleh orang yang paling kau sayangi, ayahmu sendiri. Aku tak dapat berucap lagi. Wajah kaget dan tak percaya pun terlihat dari wajah Finnian, Ray, Ciarán, dan mungkin Maa juga. Tapi Dadda sudah memutuskan. Adakah yang pernah bisa merubah keputusan Dadda ?
KAMU SEDANG MEMBACA
Love, Popularity, Freedom
FanfictionKelly Egan telah menghabiskan hampir seluruh hidupnya bertarung untuk hidupnya. Setelah 13 tahun, akhirnya ia terbebas. Kini saat ia mengejar yang diimpi-impikannya, menjadi seperti ayahnya, menjadi penyanyi terkenal. Tapi dengan masa lalunya, siapk...