Rere mulai berjalan ke pintu gerbang sekolah dan melompat2 mencoba untuk menghindari genangan air hujan yang masih saja terus bertambah sejak tadi pagi, hujannya memang sangat deras namun tak membuat semangat Rere untuk kesekolah luntur.
--
"Hai.. " Mia tersenyum dan melambaikan tangannya kearah Rere dari jendela kelas ux
Dan membuat Rere pun melambaikan tangannya kearah Mia dibalik payung putihnya dan tersenyum
Namun disaat itu ada kendaraan yang menabraknya kesamping sehingga Rere dengan sekejap langsung jatuh dan bercucuran darah
"RERE!!" Mia berteriak histeris dan segera mendatangi Rere dengan orang2 yang mulai menggerumuni Rere
--
Rere merasa sangat pusing dan mencoba membuka matanya dengan perlahan
Dan mengingat kejadian yang membuatnya seperti ini
Ia melihat ibunya senantiasa memegang tangannya
"Ibu" Rere terdengar lirih memanggil ibunya
"Apa kau sudah sadar?" Ibunya sangat khawatir
"Aku bahkan merasa baik2 saja sekarang" Rere tersenyum mencoba menenangkan ibunya
"Kau sedang tidak baik2 saja nak" tangisan ibunya semakin keras
"Apa yang ibu bicarakan, apa aku boleh pulang sekarang?, ayah mana?" Pertanyaan bertubi2 yang ia berikan membuat ibunya tak dapat berkata apa2
"Ibu, kenapa? Apa ibu bertengkar lagi dengan ayah?" Memang tak jarang Rere melihat ibu dan ayahnya bertengkar secara langsung namun ia selalu mencoba untuk memahaminya"Tidak, kami tidak bertengkar ini semua tentang kamu nak" ibunya mencoba tegar untuk mengatakan kenyataannya kepada anak satu2nya itu
"Maksud ibu?" jantung Rere sekarang berdetak sangat cepat kini ia sangat gugup untuk mendengar jawaban dari ibunya ia takut sesuatu yang besar telah terjadi padanya
"Kaki sebelah kananmu patah, dan butuh waktu yang lama untuk menyembuhkannya, maafkan ibu" ibunya mencoba mengusap2 air matanya yg sedari tadi terus saja mengalir tanpa hentinya
"Apa? Ini gak mungkin, ayo pulang bu" kini ia merasa harapan dalam hidupnya sirna dan tak ada artinya lagi
Seakan tak percaya ia mencoba menggerak2kan kakinya namun usahanya nihil dan ternyata pernyataan ibunya benar kini ia hanya bisa pasrah sambil menangis dan diam tanpa ingin bicara dengan ibunya.
--
Akhirnya pagi hari menjumpai Rere dan kesedihannya ia sangat berharap itu hanyalah mimpi buruk namun itu tak mungkin apalagi kini ia tak bisa menggerakkan kakinya seperti biasa dikala sekarang ia sedang berlari2 segera mandi agar tak terlambat kesekolah namun ia bisa bernafas lega tidak ketinggalan pelajaran karena libur sudah dimulai hari ini
"Hhuhh.." Rere hanya bisa pasrah dengan kenyataan ini
"Ibu, akan segera bekerja ada orang yang bertanggung jawab atas kakimu yg menemani kamu selama ibu bekerja maafkan orang tuamu yg selalu saja sibuk , hati2 ya" ibunya memberinya senyuman seraya pergi meninggalkan.
--
Ia hanya melamun dan tak menyentuh makanannya sedikitpun ,
kemana temannya Mia disaat seperti ini ia tidak ada ia tersadar segera mengambil handphonenya yg baru ia aktifkan.
"Halo, bagaimana keadaanmu? Aku mengkhawatirkanmu, kenapa nomormu baru aktif?" Denni memberikannya pertanyaan yang sangat banyak.
"Kakiku patah, kau kemana kenapa tidak ada disaat aku membutuhkanmu?" Rere kesal
"Mm.. maafkan aku setelah mengantarkanmu ke rumah sakit aku tak menjengukmu, aku tak bisa mengatakan alasannya sekarang" Mia memang sahabat ku satu-satunya yang peduli denganku.
KAMU SEDANG MEMBACA
It's Ok, It's Love
RomansaMeskipun kakinya patah akibat kejadian itu, Rere malah tidak merasa apa-apa dan biasa saja dengan keadaannya, semua itu karena kehadiran seseorang yang selalu menjadi penyemangat hidupnya. Siapakah orang itu?