Part 16 : Who's He?

1.1K 65 8
                                    

Author POV

Alan datang.

"Gue ke belakang dulu ya. Pangeran lo udah dateng tuh.haha" ucap kak Tita seraya meninggalkan Safir.

Alan melangkah menuju ke arah Safir. Akhirnya mereka bertemu. "Lo kenapa? Hmm?" tanya Alan.

Safir langsung menatap Alan. "Gapapa kok. Cuma kecapean aja..".

"Firasat gue tentang lo bener kan. Lo lagi kenapa napa.." jelas Alan.

"Emang lo punya firasat tentang gue?" tanya Safir.

"Gue gak cuma punya firasat, tapi gue juga punya kontak batin sama lo karena status yg mengikat kita..".

Safir hanya ber-oh-ria.

"Lo beneran kecapean doang? Gue anter pulang deh ya biar lo istirahat di rumah?" ajak Alan.

"Gak! Gak usah! Gue gapapa kok. Percaya sama gue..".

"Tapi gue khawatir sama lo.." ujar Alan.

"Yaelah lo lebay banget sih abang kang cendol! Gue baik baik aja kok. Gue sekarang balik ke kelas juga bisa.." ujar Safir datar.

Alan tau, ia tak bisa melarang kehendak Safir. Jika ia melarangnya terus menerus, akibatnya fatal.

"Oke oke. Kita balik?" tanya Alan.

"Iya.." ujar Safir.

Akhirnya Alan dan Safir meninggalkan uks. Di perjalanan, Alan sangat protektif kepada Safir. Alan menjaga Safir sangat hati hati. Ia tak mau angel nya ini kenapa napa. Sampailah mereka di kelas Safir.

"Gue anter masuk ya? Gak ada guru kan?" tanya Alan.

Safir menggeleng. "Terserah."

Mereka pun masuk. Teman teman Safir memandang Safir dan Alan dengan tatapan beragam. Ada yg cengo', iri, bodo amat, ada juga yg asik sama kesibukannya sendiri.

"Udah duduk ya. Baik baik disini. Jangan macem macem. Nanti pulang gue gak bisa nganter deh kayaknya. Gue latihan futsal lebih awal. Gapapa?" tanya Alan.

"Gapapa. Gue bisa nelpon supir. Atau ya..bareng siapa gitu. Kalo emang gak ada barengan, ya pulang sendiri ajalah." jawab Safir.

"Beneran? Atau ngga gue anter lo dulu deh, baru gue latihan futsal. Gue gak tenang lo pulang sendiri sumpah." ucap Alan.

"Lebay banget mas. Santai kali. Dulu gue juga sering pulang sendiri sebelum jadi cewek lo.." ucap Safir.

"Itu kan dulu pas kita belom ada status apa apa. Sekarang, lo udah jadi cewek gue. Jadi ya..seengganya udah jadi kewajiban gue buat ngejagain lo.." ujar Alan.

"Yaelah. Gak usah lebay deh. Gapapa udah. Lo futsal aja. Itu lebih penting.." jelas Safir.

"Lo lebih penting dari apapun." sahut Alan.

Safir terdiam. Dan sorakan 'ciee' pun bergemuruh. "Apaan sih lan? Udah ah sono balik. Ntar lo di hukum lagi.." ucap Safir mengalihkan pembicaraan. Pipinya mengeluarkan rona merah. Ia blushing.

"Ciee blushing. Yaudah iya gue balik. Dah Safir!" ucap Alan sambil mengecup kening Safir

Safir kaget. Alan pun sudah beranjak meninggalkan kelas 11-3. Nanda, Alisha, Quena dan Saras yg sedari tadi hanya memperhatikan kemesraan kedua sejoli ini pun langsung menghampiri Safir.

"Gakuna gue fir.." ujar Alisha

~~~

Di tempat lain, Ditya sedang melamun di mejanya. Sejujurnya, ia masih belum yakin dengan keputusannya untuk menembak Saras. Tapi..ia merasa, sudah tak ada lagi harapan untuk mendapatkan Safir, sahabatnya.

Friendship or Relationship? [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang