Part 24 : Decision

1K 60 2
                                    

Gimana sebelum baca vote dulu😂

Author POV

2 hari setelah kejadian itu. Dan sehari setelah acara terima rapot. Safir sedang duduk di balkon rumahnya, sambil menatap indahnya langit sore.

"Gue harus ngambil keputusan apa? Hati gue udah ancur dan susah di satuin lagi." katanya.

Tiba - tiba, Allen datang menghampiri Safir sambil membawa beberapa roti dan segelas susu.

Yaps, Safir jadi tak berniat untuk makan selama seharian ini. Safir bilang, ia sedang diet. Tapi Allen tak percaya. Mungkin sedang ada masalah yg membelit putrinya itu.

"Safir, makan dulu yuk. Kamu udah gak makan seharian loh. Nanti kamu sakit, sayang." kata Allen.

Safir menggeleng pelan dengan tatapan kosong yg tak lepas dari sorot kedua mata indahnya.

Allen mendekat ke arah Safir. Ia mendekap hangat tubuh putrinya itu. Dingin.

"Kamu ada masalah?" tanya Allen.

Dan tak terasa, air mata Safir tak terbendung. Ia menangis perlahan di dekapan Allen.

Allen semakin merengkuh tubuh gadisnya itu. Inilah remaja. Dan Allen harus selalu siaga untuk Safir dalam keadaan apapun.

"Tell to me your problem, dear." kata Allen.

Safir mengusap air matanya. "I can't momsky."

Ya, satu kebiasaan Safir jika ia sedang sedih. Ia akan memanggil Allen dengan sebutan momsky. Entah ada apa dengan panggilan momsky, namun panggilan itu selalu bisa menenangkan Safir.

"You can, my love."

Beberapa menit kemudian, setelah Safir meminum air putih dan menenangkan dirinya, akhirnya ia dapat bercerita.

"Kamu gak boleh kayak gini dong sayang. Ini resiko. Kalo kamu kayak gini, sama aja kamu gak adil sama perjanjian awal kamu. Karena resiko mencintai seseorang itu, ya sakit hati. Kamu harus siap terima itu. Kalo kamu gak bisa nerima dan malah terpuruk kayak gini, sama aja kamu curang dari perjanjian awal." Allen menegaskan.

Safir terdiam.

"Kamu harus kuat ya. Lagian kamu baru mau naik kelas 12. Cerita hidup kamu masih panjang banget. Kamu gak tau kan, kehidupan kamu dikelas 12 nanti? Bisa aja kamu nemuin cowok lagi yg 'mungkin' lebih baik dari dia. Semua keputusan di tangan kamu. Kalo kamu mau ngelanjutin, mami gak larang. Tapi kalo kamu mau mengakhiri, mami juga gapapa. Satu yg mami mau, kamu jangan pernah nangis lagi gara gara cowok ya. Belum tentu dia jodoh kamu kan? Jadi, jangan tangisi apa yg belum tentu jadi milik kita. Senyum dong." Allen menasehati.

Safir mengangguk paham. Nasihat maminya itu sangat sangat berguna. Ia sangat bersyukur dianugerahi Tuhan, seorang mami yg sangat memperdulikannya.

"Iya, mam. Aku janji sama mami gak nangis lagi. Nih aku senyum." kata Safir sambil tersenyum manis. Dan Allen hanya membalas senyuman Safir sambil mengelus rambut anak sematawayang nua itu.

Safir mengambil ponselnya. Ia membuka aplikasi kamera.

"Kamu mau ngapain?" tanya Allen.

"Mau foto sama mami. Boleh kan?" tanya Safir semangat.

"Apa sih yg engga buat princess nya mami."

Satu..dua..tiga.. Cekrek!

Friendship or Relationship? [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang