Twelve

6.6K 566 53
                                    

W I F E' S  D A Y  O U T

[First Name] tidak bisa melepaskan senyumnya saat istri Reiji mengusulkan agar para istri berkumpul untuk merayakan kesembuhan [First Name]. Entah bagaimana caranya, Reiji menyetujui hal ini dan membiarkan istrinya melakukan apa yang disuka. [First Name] sudah memberitahukan hal ini pada Shuu sambil mengingatkan tidak boleh ada suami yang mendekati istrinya saat mereka sedang berkumpul.

"Peraturan macam apa itu?" tanya Shuu dengan nada tidak suka. [First Name] yakin sorot matanya penuh dengan rasa kesal walaupun kelopak matanya tertutup.

"Ayolah, Shuu. Aku jarang bertemu dengan mereka walaupun kami tinggal satu mansion, sementara aku menghabiskan hampir setiap saat bersamamu," mohon [First Name]. Ia menyerodok pada Shuu, membiarkan suaminya menghirup aroma darah dan rambutnya.

Sebelah mata Shuu terbuka malas. Ia menatap [First Name] dengan tatapan jengkel. Namun, setelah beberapa saat beradu tatap dengan istrinya, Shuu mendengus pelan lalu kembali memejamkan matanya.

[First Name] tersenyum kala mendengar jawaban Shuu. "Lakukan apa yang kausuka, gadis merepotkan. Tapi malam ini kau milikku."

Sepertinya [First Name] tidak mendengar kalimat terakhir diucapkan dengan nada berbahaya karena ia langsung mencium pipi Shuu dan melengang cepat ke arah pintu, tidak sabar untuk bertemu dengan teman seperjuangannya. Shuu kembali membuka sebelah matanya untuk menatap pintu yang tertutup, sama sekali tidak menyadari kedua sudut bibirnya tertarik saat mengingat [First Name] menciumnya.

Semua istri keluarga Sakamaki sudah duduk di atas selimut piknik di kebun mawar, kecuali dirinya dan istri Laito. [First Name] yakin usul piknik di kebun mawar adalah ide istri Subaru, mengingat hanya ia yang bisa membujuk Subaru melakukan hal yang tidak diinginkannya.

"Maaf aku terlambat," sapa [First Name]. "Shuu sempat kesal karena aku melarangnya untuk datang."

"Tidak masalah. Kami paham kalau Shuu tidak ingin meninggalkanmu," ucap istri Kanato dengan nada pengertian.

"Bagaimana dengan keadaanmu, [First Name]? Kudengar dari Reiji, kau sudah sembuh total. Benarkah itu?" istri Reiji memberikannya secangkir teh dengan gerakan anggun. "Aku penasaran dengan keputusan Shuu tentang Louise."

[First Name] mengangguk. "Aku sudah merasa sangat baik. Shuu yang merawatku dan bersikeras agar aku tidak meninggalkannya. Aku sendiri tidak tahu apa yang Shuu lakukan padanya. Gadis manja itu tidak akan pernah bisa menyentuhmu lagi, itu kata Shuu saat aku bertanya."

Belum sempat istri Subaru memberi sahutan, pengantin Laito datang terburu-buru dengan rambut yang sedikit berantakan. [First Name], istri Ayato dan istri Kanato tertawa begitu melihat ruam kemerahan di leher pengantin Laito.

"Aku sangat menyesal datang terlambat. Kalian tahu bagaimana Laito saat aku berkata membutuhkan waktu bersama dengan teman perempuanku," ucap istri Laito sambil membenahi rambutnya yang berantakan.

"Bisa kulihat Laito ingin cepat memiliki keturunan. Berapa kali kalian melakukannya dalam satu minggu?" tanya istri Ayato sambil tertawa puas melihat wajah pengantin Laito memerah.

"Bicara tentang keturunan, bukankah [First Name] yang seharusnya memiliki keturunan Sakamaki pertama?" istri Subaru menyuap biskuit yang tergeletak di dekatnya.

"Aku dan Shuu belum membicarakannya dengan serius. Masalah keturunan tidak begitu kupermasalahkan, lagipula Shuu sendiri terlihat masa bodoh dan tidak berniat untuk menjadikan anaknya kandidat Raja Vampir selanjutnya," ucap [First Name] seraya menyesap teh. Pikirannya tidak fokus saat istri Laito mengganti topik pembicaraan

Para istri menghabiskan waktu bersama sampai malam, mereka sama sekali tidak menyadari waktu berjalan begitu cepat saat hati merasa senang. Tepat saat [First Name] membantu melipat selimut yang sebelumnya mereka duduki, ada lengan yang memeluknya dari belakang.

"Aku sudah bersabar cukup lama. Sekarang saatnya kau menghabiskan waktu denganku," ucap Shuu dengan nada malas dan tidak bersemangat, tetapi pelukannya pada pinggang [First Name] mengatakan hal yang sebaliknya. "Ah ... kurasa si kembar tidak terlihat senang ketika kalian terlalu lama meninggalkan mereka."

[First Name] melihat raut wajah ketakutan dan panik menghiasi wajah para istri sebelum berpindah ke kamarnya. "Kenapa kau menakuti mereka seperti itu?"

Shuu memposisikan [First Name] berada dalam pelukannya saat ia berbaring. "Berisik."

[First Name] terdiam, tahu Shuu tidak ingin diganggu karena tidak mendapatkan tidur nyenyaknya. Ia memejamkan mata, menikmati kehangatan yang Shuu tawarkan saat malam mulai terasa dingin. Namun, tiba-tiba saja ia teringat dengan pertanyaan istri Subaru siang tadi.

"Shuu?"

Tidak ada balasan. Namun, saat pelukan di bahunya sedikit mengerat, [First Name] tahu kalau Shuu mendengarkan.

"Apa kau menginginkan seorang anak?" tanya [First Name] pelan dan ragu. Shuu tidak pernah membahas tentang masalah keturunan, ia juga tidak pernah menanyakannya, tetapi pertanyaan yang ia dapatkan siang tadi membuatnya penasaran.

"Tentu saja. Kenapa bertanya seperti itu?" balas Shuu. Ia menjauhkan diri dari [First Name], mengamati ekspresi istrinya dengan seksama.

"Aku hanya penasaran saja. Kau tidak pernah mengangkat topik ini, juga tidak pernah memperlihatkan isyarat untukku," [First Name] menyembunyikan wajahnya di dada Shuu, memainkan kancing sweaternya. "Aku tidak bisa menahan diri untuk berpikir bahwa kau tidak ingin selamanya di sisiku."

"Omong kosong. Laki-laki manapun ingin memiliki keturunan dengan wanita yang berarti untuknya, tidak terkecuali seorang vampir," ucap Shuu mencium puncak kepala [First Name]. "Tapi, aku harus merubahmu menjadi seorang vampir untuk membawa keturunanku."

"Kalau begitu rubah aku sekarang," pinta [First Name] tegas. Ia menatap suaminya penuh keyakinan.

"Tidak perlu terburu-buru," Shuu menyibak rambut yang menghalanginya menatap wajah [First Name]. Ibu jarinya bergerak, mengusap pipi [First Name] dengan lembut. Gestur yang tidak akan pernah ia perlihatkan di depan umum.

"T-tapi-"

"Presentase keberhasilannya sangat kecil dan aku benci memikirkan ada kemungkinan kau tidak akan berada di sampingku lagi," bisik Shuu setengah marah. "Tapi kalau kau memang bersikeras, kita bisa memulai proses pertamanya sekarang."

The Oldest's BrideTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang