Part 2

315 45 19
                                    

Haiii~ duhh aku gk nyangka ternyata ada yg tertarik sama ff ini wkwk padahal ini fanfic request-an dari temennya adikku, dia minta dibuatin ff yoyo tapi terserah gue mau dipasangin sama siapa. Yaudah gue pasangin aja sama Hanbin, klo june kan udh milik jinan seorang 😄
Tanpa banyak bicara, aku persembahkan part 2 nya buat para pecinta YunBin.
Here we go~~~

Selamat membaca 😍


Dilarang Copy Paste karya ini




Song Yunhyeong PoV

Alarm ponselku berbunyi tepat pukul 6 pagi. Aku tersentak kaget dan segera mematikan alarmnya. Aku mengusap mataku untuk membiasakan cahaya matahari yang mulai masuk dari jendela kamarku, kemudian bergegas bangun dan tak lupa membereskan tempat tidurku. Aku membuka hordeng jendela lebar-lebar, merasakan sejuknya mentari pagi. Sebenarnya hari ini aku masuk kerja jam 9, berhubung masih terlalu pagi, lebih baik aku mandi dulu setelah itu baru sarapan.

Aku sudah selesai mandi, dan kini sudah didepan kompor. Bingung harus makan apa. Pasalnya aku belum belanja bahan makanan lagi. Jadi aku cuma makan roti dan susu coklat hangat di pagi hari ini.

Sambil menyantap sarapan pagiku, aku terbayang lagi wajah tuan Kim Hanbin. Apa yang sedang dia lakukan sekarang? Aku masih tak menyangka dia mau menolongku waktu itu, mungkin itu hanya kebetulan, tapi entah kenapa aku merasa senang ditolong olehnya. Memikirkan hal itu membuatku tersenyum sendiri jadinya.

Tak terasa waktu sudah menunjukkan pukul 8. Aku harus bersiap-siap untuk pergi bekerja sekarang. Tidak mungkin kan aku menghabiskan waktuku hanya untuk memikirkan tuan Hanbin. Bisa kacau pekerjaanku nanti jika yang ada dipikiranku hanya dia seorang.

Aku membuka pintu rumahku lalu menutup dan mengunci pintunya sebelum pergi. Baru melangkah sebentar, tiga orang pria berjas hitam yang kemarin mengejarku kini datang lagi kerumahku. Pasti mereka ingin menangih hutang lagi. Aku harus bagaimana? Aku belum gajian, ini masih tanggal 20. Lagipula gajiku pasti tidak akan cukup melunasi hutang Ayah. Apa mereka mau kalau aku mencicilnya?

"M-Mau apa kalian?" tanyaku sambil memundurkan langkahku kembali.

"Hei, bocah. Berani sekali kau menghindar dari kami kemarin, bahkan kau mencoba kabur. Kau mau mati, huh?"

"Ya, benar, kau mau mati, ya? Cepat berikan uangnya dan lunasi hutang Ayahmu. Cepat!" ucap pria dengan badan besar disebelah kananku.

"M-Maaf.. Aku tidak punya uang. Aku belum gajian, ini masih tanggal 20" ujarku takut. Tuhan, semoga mereka mau menerima alasanku. Aku bingung harus bagaimana lagi.

"Persetan dengan semua itu. Yang kami mau kau lunasi utang Ayahmu sekarang, ini sudah satu bulan lebih sesuai perjanjian yang kau katakan waktu itu. Kau sedang mencoba mencari masalah dengan boss kami?!" ucap seorang lelaki disebelah kiriku. Dia mencengkeram bahuku dengan kuat, rasanya sangat sakit. Kenapa mereka melakukan ini kepadaku? Ayahku yang punya hutang kenapa harus aku yang merasa tertekan seperti ini. Sebenarnya apa salahku? Aku hanya ingin menjalani hidup ini dengan tenang dan damai. Kenapa harus begini?

"Hei, kalau ada yang bicara tatap dong mata kami. Jangan menunduk saja!" ujar seorang pria dengan tubuh tinggi didepanku. Dia menarik daguku dan memaksaku menatap matanya. Sungguh aku takut sekali, jadi aku hanya memejamkan mataku tak menuruti ucapan pria itu barusan.

"Cih, bocah ini sama sekali tidak menurut. Bagaimana kalau kita beri dia pelajaran, kawan?"

Aku membuka mataku sedikit dan melihat mereka yang sedang memasang senyum mengerikan dihadapanku. Apa? Apa yang akan mereka lakukan? Tiba-tiba pria didepanku menghantamkan kepalan tangannya ke perutku.

The Lipbalm BoyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang