Was it all in my fantasy?
Where are you know?Alan Walker - Faded
.
Perempuan itu tampak serius. Duduk di kursi yang berada di pojok taman ini.
Menulis. Tidak pernah perempuan itu melewatkan waktu untuk menulis setiap harinya. Entah apapun itu yang dia tulis.
"Hai."
Perempuan itu mendongakkan wajahnya kepada arah suara itu. Perempuan itu hanya mengangkat kepalanya sebentar lalu kembali lagi menunduk. Fokus kembali kepada tulisannya itu.
"Boleh gue duduk disini?" Laki-laki itu kembali bertanya.
Yang ditanya hanya menganggukan kepalanya tanpa menoleh sedikit pun.
Terjadi keheningan yang begitu lama. Merasa diperhatikan, perempuan itu pun menghentikan tulisannya dan menoleh kepada laki-laki yang ada disebelahnya itu.
Lelaki yang ada disampingnya itupun menaikan alis kirinya lalu tersenyum tipis.
"Nama lo siapa?" Akhirnya laki-laki itu menyuarakan suaranya.
"Rainaya. Kenapa lihatin gue kaya gitu? Gue gasuka dilihatin lama-lama."
"Gue lihat lo serius banget. Nulis apa emang?"
Lelaki itu menghiraukan pertanyaan Rain. Rain hanya menghembuskan nafasnya dan kembali menulis di bukunya itu.
"Apa perlu gue jadi buku dulu supaya lu perhatiin kaya gitu dan mengabaikan semua orang yang ada di sekitar lo?"
Rain menaruh pulpen yang sedari dia pegang di tengah-tengah buku dan menutup bukunya itu.
"Pertama, gue gatau lo siapa. Kedua, gue gasuka diganggu disaat gue nulis. Dan yang ketiga, sebaiknya lu pergi aja dari sini karena gue gamau buang-buang waktu gue buat jawab pertanyaan lo."
"Kalau dari awal lo emang gamau gue ada disini seharusnya lo udah mengusir gue dari awal. Tapi nyatanya lo malah mau membuang waktu lo untuk menjawab pertanyaan gue dan ya--"
Belom sempat laki-laki itu melanjutkan kalimatnya, Rain sudah beranjak dari tempatnya itu. Lelaki itu hanya tersenyum melihat punggung Rain yang semakin lama semakin menghilang.
[.]
Di jam yang sama dan tempat yang sama. Seperti biasa, Rain akan duduk di bangku yang terdapat di kursi taman. Tetapi berbeda dengan hari ini, Rain tidak sendiri.
"Kenapa sih lo ada disini? Gue--"
"Berisik. Lagian gue ga ganggu lo juga disini." Lelaki itu menatap lurus ke depan.
Rain hanya mendengus kesal. Dan kembali melanjutkan aktivitasnya. Menulis.
Satu jam berlalu dan mereka berdua sibuk dengan pikirannya masing-masing. Rain sedari tadi hanya mencoret-coret bukunya. Tidak fokus dengan pikirannya saat ini. Ada sesuatu yang menghalangi pikirannya.
"Eh lo.." Rain menepuk bahu lelaki itu. "Nama?"
"Waw kayanya udah ada yang mulai tertarik sama gue?" Lelaki itu menunjukan cengirannya.
YOU ARE READING
Second Chance
Teen Fiction(Complete) Karena Awan, Hujan membawa cerita yang dititipkan langit kepadanya. Tetapi Awan juga yang menghentikan ego Hujan untuk berhenti membasahi bumi. Setelah Hujan datanglah pelangi. Tapi tanpa Hujan, Pelangi tidak akan pernah ada. Cover by me ...