"Kayana?" Suara yang tiba-tiba menyebut namaku dari arah belakang
Aku hanya berhenti sejenak dari novel yang sejak tadi kubaca, lalu mengangkat kedua bahuku "mungkin hanya nama yang sama" gumamku dalam hati.
"Kayana Ellenha?"
Kali ini novel yang berada ditanganku kuletakkan di meja, bukan sejenak lagi tapi benar-benar untuk ingin berhenti membacanya.
Mendengar nama Kayana Ellenha, ini bukan nama yang sama lagi tapi jelas itu adalah namaku."Tapi siapa?" Tanyaku dalam hati
Sepertinya ini terlihat aneh, tempat ini bahkan baru kedua kalinya kukunjungi? Tapi namaku ternyata begitu cepat untuk menjalar kepengunjung cafe.
Bukan mengangkat kedua bahuku lagi, kini aku memutuskan untuk berbalik arah kepemilik suara itu.
"Kayana Ellenha?" Menyebut namaku untuk yang ketiga kalinya
"Y..ya" jawabku dengan nada yang sedikit canggung
"Aku melihatmu duduk dengan kegiatan yang sama sekitar seminggu yang lalu, dimeja itu juga" jelasnya
"Benarkah?" Tanyaku yang tak begitu percaya dengan penjelasannya
"Ya, masih dengan novel yang sama juga?" Tanyanya kembali
Aku hanya sedikit memiringkan kepala mendengarkan penjelasannya "kamu benar" jawabku dalam hati
"Hari ini kamu tidak berkunjung ke perpustakaan. Tidak seperti biasanya?"
"Y..yya? Perpustakaan?" Aku rupanya tidak menyadari bahwa hari ini adalah untuk pertama kalinya aku absent ke perpustakaan selama masuk tingkat ke-2 di Senior High Shcool Shade International.
"Don't work it tomorrow!" tersenyum simpul dan segera meninggalkan cafe ini.
Aku tidak tahu dia manusia berasal dari mana, tiba-tiba datang, lalu menyebut nama Kayana bahkan nama lengkapku, tahu setiap kebiasaanku, novel yang kubaca, dan yang paling mengagetkannya hari ini bahkan dia tahu aku tidak mengunjungi perpustakaan, tempat favoriteku.
Tapi siapa? Satu sekolah? Neighbour? Bukan, aku baru pertama kali melihat wajahnya di cafe malam ini.
20.24 WIT, "sudah waktunya untuk meninggalkan tempat ini" gumamku
"Cafe Droptop" ucapku, lalu segera menutup telponnya
- - - -
"What's on your mind?" Tanyanya yang sedang fokus menyetir
"Tiba-tiba menyebut nama seseorang, tahu aktivitasnya, bahkan tempat favoritenya. Apa ada situasi seperti itu?"
"Hm.. of course. Siapa?"
"Siapa, maksudnya kakak?"
"Tidak perlu dijelaskan, I can see on your face?" Lalu mengangkat kedua alisnya
"Jangan so' tahu, kak Shawn bahkan belum dengar penjelasanku"
"Okok, I-don't- know!" Mengangguk-anggukkan kepala lalu melirik ke arahku, ucapan I don't know yang ditekan seolah mengerti maksudku
"Ya, sebaiknya memang seperti itu" lalu aku hanya menghela nafas dalam-dalam menikmati angin malam saat itu
Dia selalu saja tahu apa yang sedang ada dipikiranku, hatiku, situasiku, dan memang hanya dia satu-satunya manusia yang mengerti keinginanku, dan apa yang tidak kusukai.
Aku masih ingat, bagaimana kak Shawn mendukungku ketika menolak ikut dengan mereka untuk pindah ke Korea, dan lebih memilih untuk sekolah di Indonesia.
Meskipun negara Korea menjadi salah satu negara yang sangat ingin kukunjungi, tapi semenjak kejadian itu aku bahkan tidak memiliki sedikitpun selera untuk tinggal disana.
Indonesia menjadi tempat yang lebih kupilih untuk melupakannya.
Menutup rapat segala gerak-gerik yang pernah dia ciptakan dihadapanku.Sekitar 2 hari yang lalu laki-laki yang menjemputku tadi "Shawn Keifanno" baru saja tiba di Indonesia. Dia akan menghabiskan liburannya selama satu minggu disini.
Selama di indonesia, kak Shawn akan tinggal di apartmen yang selama ini telah kutempati setelah mereka memutuskan untuk pindah ke Korea.Seminggu? Ya.. setidaknya kak Shawn punya waktu yang cukup, cukup untuk mengantarku, menjemputku setelah pulang sekolah, dan cukup untuk sedikit membuat telingaku bising dengan ceritanya selama di Korea.
Kalian tahu? Aku Kayana Ellenha betapa beruntungnya memiliki seorang kakak seperti kak Shawn Keifanno.
*****Kenapa kayana lebih memilih untuk di Indonesia? Bukankah saat ini negara korea menjadi impian hampir semua orang untuk mengunjunginya?
Lalu ingin melupakan siapa?
Keluarganya? Atau..?Happy reading guys, semoga kalian lebih excited dengan kehadiran negara Korea 😊
KAMU SEDANG MEMBACA
Forgetting
RomanceMemilikimu? Ini sepertinya hanya sebuah puzle-puzle mimpi yang sangat sulit untuk kususun. Jangankan memilikimu, mendengar suaramu menyebut namaku adalah harapan terbesar dalam hidupku. Yaa.. dirimu memang hanya bagaikan patung hidup yang anehnya me...