Waktu berjalan tanpa mengenal habis dengan aku yang memujamu dan mencoba menemukan cara untuk meraihmu bersama waktu.Aku tahu kau memandangku masih dengan cara yang sama.
Cahayamu terasa begitu sepi meski kau di kelilingi jutaan jiwa yang hidup dari nafasmu, yang berwarna karena cahayamu, dan yang mencintaimu mungkin nyaris sebesar diriku.
"Kenapa kau begitu sedih?" Tanyaku.
"Karena aku kesepian," jawabmu. "Segalanya akan benar jika kita bersama. Aku tidak akan merasakan sepi lagi"
"Bukankah akulah yang merupakan alasan dari sepi?" Sekarang lihatlah aku yang tengah mencoba membuatmu berhenti bersedih. "Tak ada apapun, segalanya adalah kegelapan disini. Tak ada kehangatan, tak ada harapan untuk selanjutnya. Tak ada apapun seperti yang kau memiliki bersamamu"
"Tapi itu tak mengubah fakta kalau kita tak bersama"
"Kita masih bisa saling memandang, itu hal yang cukup bagus, bukan?"
"Tapi kita tak bisa bersentuhan"
Aku terdiam karena aku tak mampu menjawab kenyataanmu. Sampai kau berkata lagi,
"Bolehkah jika aku meminta suatu hadiah darimu?"
"Tak ada yang bisa kuberikan padamu dari sini" Jawabku dengan jujur.
Kau bisa melihatnya, aku tak punya apapun selain kegelapan dan akhir. Karena bukan aku yang memiliki nafas untuk menghidupkan jiwa-jiwa seperti halnya dirimu.
"Tapi aku bisa," jawabmu. "Jadi biarkan aku membagikan apa yang kumiliki untukmu. Karena itu adalah satu-satunya cara kita bersentuhan, cara kita merasakan keberadaan satu sama lain"
KAMU SEDANG MEMBACA
The Gift
Cerita PendekKisah sederhana mengenai hidup, mati, dan cinta di antaranya. Terinspirasi dari lagu Queen yang berjudul "In The Lap Of The Gods"