Sudah 5 hari sejak kecelakaan itu Rio diperbolehkan pulang ke rumahnya dan sejak itu pula Nisa selalu menyempatkan diri untuk mengunjungi Rio.
Keduanya mulai tampak akrab.
Jika kalian tanya perasaan mereka berdua bagaimana ??
Semua nya sekarang berubah, berubah menjadi lebih baik.
Rio sekarang mulai mencintai Nisa dan Nisa semakin mencintai Rio walaupun Rio buta.Nisa POV
Hari ini aku menyempatkan diri mengunjungi kak Rio.
Ya, semenjak saat kak Rio kecelakaan aku dengan kak Rio semakin hari semakin dekat.
Walaupun aku tak tau kak Rio mempunyai rasa yang sama atau tidak dengan ku, tetapi aku tetap bahagia bisa dekat dengan dia.
Sekarang aku sedang memasak sarapan pagi untuk ku dan kak Hafiz."Kak Hafiz sarapan udah jadi," teriakku dari lantai bawah.
"Iyaa Nis," sahut kak Hafiz dari atas sambil berteriak.
Sekitar 5 menit aku menunggu baru kak Hafiz turun dari kamarnya."Kak, kakak lama amat sih," gerutuku dengan wajah cemberut.
"Tadi kakak lagi cari berkas kakak, soalnya kakak lupa menyimpan nya dimana, kan pagi ini kakak ada meeting besar," jawabnya santai."Ceroboh sekali kakak ku ini," batinku. Aku hanya menghembuskan nafas kasar.
"Ya udah kak, ayo berangkat," ucap ku ke kak Hafiz.
"Ayo," jawab kak Hafiz semangat.
"Semangat amat pak,ada apa sih?" ledekku sambil bertanya.
"Gpp kok," ucap nya sambil senyum-senyum gaje.Sesampainya di dekat mobil, aku langsung membuka pintu dan duduk dengan nyaman.
Selama di mobil hanya ada keheningan.
"Hening banget sih," gerutuku dalam hati."Kak Hafiz?" Panggilku memecahkan keheningan.
"Hmm." Kak Hafiz hanya berdehem untuk menjawabku.
"Kak kalau aku udah gak ada, kakak gimana?" Tanyaku
Entah kenapa perasaan aku sekarang mengatakan kalau aku tidak punya waktu lama untuk bersama kak Hafiz dan juga sahabat ku terutama kak Rio."Maksud kamu apa sih?" Tanya kak Hafiz mengerutkan dahi nya.
"Maksud aku kalau aku udah gak ada di dunia ini alias meninggal, kakak gimana?" Tanyaku ragu.Kak Hafiz tiba-tiba saja mengerem mobilnya mendadak.
"Kak Hafiz gimana sih untuk aku pake sabuk pengaman. Kalau gak gimana coba," batinku menggerutu."Kamu ngomong apaan sih? Gaje tau gak," ucapnya marah dan menjalankan mobilnya kembali.
Aku hanya bisa menundukkan kepala ku, jujur aku sangat takut melihat kak Hafiz bila sedang marah."Kak kalau memang aku udah gak ada, aku mohon donor kan mata aku untuk kak Rio ya kalau dia belum dapat pendonor," ucapku pelan bahkan seperti berbisik, tapi aku tau kak Hafiz dapat mendengarkan ku.
Aku dapat mendengar kak Hafiz menghembuskan napas kasar nya.
"Maaf kak aku membuat kakak marah, tapi aku gak tau perasaan apa ini. Perasaan ini seperti berkata aku akan meninggalkan kalian semua," batinku lirih.
Sesampainya di depan kampus.
Nisa langsung berpamitan dan keluar dari mobil kakaknya.
Nisa berjalan di koridor kampus menuju kantin untuk bertemu sahabat-sahabatnya."Nisa sini," pekik Jessie dan Naya sambil melambaikan tangan ke arah Nisa.
Nisa segera berjalan menuju meja yang di duduki sahabat - sahabatnya itu."Hai," ucap Nisa setelah sampai di depan sahabat nya itu.
"Cieee Nisa yang makin hari makin deket dengan kak Rio," ucap Naya meledek Nisa.
Sedangkan Jessie hanya tertawa melihat Nisa yang menunduk malu."Oh iya Nis, gimana kabar kak Rio?" Tanya Jessie pada Nisa.
"Kak Rio baik kok," ucap Nisa sambil tersenyum kearah kedua sahabatnya itu."Eh, aku mau bicara serius dengan kalian," ucap Nisa dengan serius.
"Santai aja kali Nis,emang lo mau ngomongin apaan sih?" Tanya Jessie terkekeh geli melihat wajah serius Nisa.
"Yoi Nis rileks, oke?" ucap Naya yang juga terkekeh.