Jum'at 12 Desember 2007
"yahhh... karena hidup nggak akan pernah sesuai dengan apa yang kita harapkan...."
"bisa nggak sih ganti kalimat lain?! Bosen aku dengernya!"
Tubuhnya sedikit mendongak, terkejut akan jawaban yang Agung lontarkan, sedikitpun tak pernah terlintas dalam benak Mitha sebelumnya.
Berharap sahabatnya itu akan dapat menerima dan mencerna tapi justru yang terjadi adalah sebaliknya. Tapi memang benar adanya... entah sudah berapa kalinya kalimat itu terlontar setiap Agung tersulut emosi dan berhadapan dengannya."terus sampe kapan kamu mau kaya gini terus...?"
"sampe aku jadi orang kaya! Punya harta yang berlimpah dimana-mana!"
Mitha... bibir merah menawan pada paras cantiknya seketika manyun dibuatnya. Kesal? Sudah pasti... namun ia masih tetap mencoba berusaha sabar menghadapi sahabatnya yang satu ini... walau sebenarnya... ia hampir tak kuasa.
"emang dengan harta yang berlimpah kamu mau apa? Mau bales apapun yang udah mereka semua lakuin ke kamu?"
nadanya lembut...
"tentu lah!"
"terus itu bisa bikin kamu bahagia?"
"pasti lah!"
"kenapa sih kamu jadi kaya gini Gung? Perasaan dulu gak gini-gini amat!"
"Aku capek Mit! Aku udah cape, aku udah muak dipandang rendah terus sama mereka"
"Gunggg..."
Bibir Mitha membisu seketika, sesaat setelah menyebut namanya...
Mendung... angin mulai berhembus dari arah utara, cukup kencang... beberapa daun kering berguguran, dengan hamburan lembut serbuk-serbuk debu kering dari tanah lapang yang tak jauh dari bangku yang mereka duduki. Sebuah bangku panjang sederhana berbahan material kayu.
Hampir enam puluh menit mereka menghabiskan waktu disini, dibawah pohon rindang sebuah taman... entahlah, mungkin ini lebih tepat disebut dengan hutan kota karena kondisinya yang tidak begitu terawat. Daun-daun dan ranting kering berserakan dimana-mana, menciptakan suasana mistis sakral bak alam hutan belantara. Hmmm... sepertinya warga kota ini lebih memilih menghabiskan waktu mereka di mol ketimbang menghirup oksigen yang kadarnya cukup tinggi disini. Namun apapun keadaan itu, bukan tanpa alasan mereka bisa memilih tempat ini sebagai ruang pertemuan, tempat ini teramat lah istimewa bagi mereka, terlalu sulit mencari tempat pengganti setelah banyaknya waktu yang mereka lalui bersama... tempat yang menyimpan sejarah panjang... sejarah yang terukir sejak enam tahun yang lalu... tempat yang menyatukan dua insan dalam ikatan sebuah persahabatan... yah... ditempat inilah awal mereka dipertemukan."udahlah Gung... apa susahnya si kalo kamu bersyukur aja?"
"bersyukur...? Hidup ini sama sekali gak adil Mit! Kamu mau aku bersyukur dengan cara yang kayak gimana...?"
"Gung... kenapa sih kamu mau dengerin kata-kata mereka. Udah lah, anggap aja suara mereka itu hanyalah sampah busuk yang gak ada harganya..."
Tatapan Agung menunduk... diam...
"iya... Kamu juga udah bilang itu berkali-kali"
Mitha kembali menghela nafas... dalam fikirnya... "oh tidak... aku kehabisan kata-kata!"
"udahlah Gung... masih banyak hal yang lebih penting dari pada ocehan mereka, dimuka bumi ini ada tujuh milyar manusia lainnya dan mereka itu sama sekali gak layak buat kamu anggap mereka ada, mending sekarang kamu fokus sama belajar aja, biar kamu bisa tuh... raih semua mimpi-mimpi selangitmu itu... toh kamu gak minta makan sama mereka..."
"iya... Kamu juga pernah bilang kaya gitu juga"
KAMU SEDANG MEMBACA
JIKA SAJA
Teen Fiction"Gung... aku tidak bisa melihatmu terus-terusan seperti ini, aku sangat berharap kamu bisa kembali menjadi Agung seperti yang dulu, Agung yang kukenal baik, Agung yang percaya diri, ceria, Agung yang bijaksana... sesuai dengan namamu... Agung, yang...