PROLOG

312 8 1
                                    

"Apa yang membuatmu ingin masuk AKMIL, Nayla? Dan kenapa kamu harus menyembunyikan identitasmu itu?" Tanya perempuan yang sudah sangat dikenal olehnya.

"Saya ingin menjadi seorang TNI yang terhormat. Dan alasan saya menutupi identitas, karena saya ingin dihormati dengan usaha dan prestasi yang saya raih sendiri. Bukan, karena nama ayah saya." Jawab perempuan yang bernama, Nayla. Tidak ada keraguan dari dalam dirinya.

"Itu bukan hal yang mudah, Nayla. Bahkan ayahmu saja dengan susah payah mendapatkannya. Apa kamu tidak ingin menjadi istimewa?" Tanya perempuan itu lagi yang diketahui namanya, Letnan Dyah.

"Saya tahu itu bukan hal yang mudah. Saya tahu perjuangan ayah, agar dia bisa mendapat jabatan seperti sekarang. Karena dialah yang membuat saya ingin berjuang sendiri. Kalau ayah saya berjuang sendiri, kenapa saya harus menggunakan namanya agar sukses? Saya ingin menjadi seperti ayah saya. Bukan hidup dalam bayang-bayang namanya." Jawab Nayla lagi.

"Baiklah, saya mengerti. Saya juga tahu kalau menjadi TNI adalah cita-citamu. Saya akan memudahkanmu dalam latihan. Jadi kamu bisa tunggu kabar ini seminggu lagi." Ujar Letnan Dyah. Bukan tanpa alasan perempuan yang berpangkat Letnan Kolonel ini berkata seperti itu.

"Tidak. Kenapa anda memudahkan saya. Saya ingin latihan seperti taruni lainnya. Jangan ada perbedaan antara saya dan mereka. Anda sudah tahu saya dari kecil. Anda tahu kalau saya tidak ingin dibedakan. Tetapi kenapa anda lakukan itu? Saya ingin menjadi istimewa karena usaha sendiri. Jadi, jangan lakukan apapun yang membuat saya berbeda. Apalagi kalau ayah yang meminta." Ucap Nayla tidak terima.

"Baiklah, tidak ada perbedaan antara kamu dan yang lain. Saya juga tidak akan menerima perintah ayahmu, yang bisa membuat kamu berbeda. Wawancara ini selesai. Silahkan tunggu kabarnya seminggu lagi." Ucap Letnan Dyah pasrah dengan keputusan keponakannya ini.

"Kalau begitu saya permisi dulu. Saya percaya dengan anda. Jadi, saya harap anda tidak mengecewakan saya." Ucap Nayla penuh penekanan.

Saat Nayla sudah pergi Letnan Dyah hanya bisa menghela napas pasrah. Karena tidak paham akan jalan pikiran keponakannya itu. 'Kau memang tidak bisa dibantah seperti ayahmu. Bahkan saat ini aku merasakan tekat dan aura kepemimpinan yang kuat dari dalam dirimu. Seperti aku melihat ayahmu dulu.' Batin Letnan Dyah.

*************

























Kalau ada salah kata tolong ada cerita yang tidak sesuai tolong dimaafkan :)

TBC..............

KAPTEN BERHIJABTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang