"Kalau gue dikhawatirin sama elo gue jadi pengen gak jadi berandalan. Biar gue bisa peduli sama diri gue sendiri dan juga, Elo"
----------
"Mau makan apa? Bakso? Soto ayam? Gado gado? Hmm?" Al menaikkan satu alisnya. Menunggu respon dari Yuki yang tak kunjung memberikan balasan.
"Oh iya gue lupa. Loe kan holang kaya. Makannya gak begituan yah?"
Yuki menggeleng cepat. Ia mebenarkan posisi duduknya. Yah mereka sedang berdua di teras depan Rumah. "Enggak gitu. Gue cuma..... Loe gak papakan?" Al menatap Yuki kemudian tersenyum.
"Loe khawatirin gue yah?" senyum devil Al langsung keluar. Yuki yang tadinya sedikit banget peduli jadi gak sama sekali.
"Elo tuh yah"
Yuki menoyor kepala Al.
"Ngapain gue khawatir sama berandalan? Yang kerjaannya cuma berantem berantem dan berantem. Yang gak bisa peduli sama dirinya sendiri"
"Kalau gue dikhawatirin sama elo gue jadi pengen gak jadi berandalan. Biar gue bisa peduli sama diri gue sendiri dan juga, Elo"
Deg.
Deg.
Deg.
"Ah lu mah alay" Yuki tertawa renyah.
"Eh makan aja nyookk. Makan bakso gue yang traktir. Kalau makan yang mahal kita bayar sendiri sendiri" Yuki ngakak. Nih cowok otaknya miring yah?
"Mau nih?" Yuki mengangguk. Al segera menggeret Yuki. Mereka berlari kecil keluar Rumah. Yuki bilang tadi didekat komplek rumahnya ada abang abang jualan bakso yang enak. Mereka terus bergandengan sesekali tertawa kecil.
"Tapi Al. Gue pengen makan mie ayam"
"Apapun for you Saaaa" yang
"Sa? Siapa?" langkah Yuki terhenti. Al salah tingkah. "Itu panggilan aku ke kamu. Masih 50% jadi Sa. Nah entar kalau udah 100% aku panggil yang lengkapnya" alis Yuki saling bertautan. Ini menandakan ia bingung teramat sangat. "Kamu sehatkan?"
Al menyentuh jidatnya lalu ia menyentuh pantatnya.
"Alhamdulillah"
Sekali lagi Yuki tertawa. Dan desiran hangat ketika Yuki tertawa muncul lagi dalam diri Al. Ia membelai rambut Yuki perlahan kemudian sampai ditengkuknya. Senyum manis terlihat disudut bibir Al. Mulai detik ini menit ini jam ini hari ini tanggal ini dan tahun ini, Al mempunyai sebuah keinginan untuk mencintai Yuki selama lama lamanya.
"Al"
"Hmm?"
"A.. Apa yang dibilang kakek tadi ke elo? Apa dia cerita sesuatu sama elo?"
Genggaman tangan Al semakin erat. Yuki merasakannya lalu menatap Al cemas. Apakah terjadi sesuatu yang sulit?
"Itu mie ayam!" Al menunjuk tempat yang tak jauh dari tempat mereka terhenti. Yuki mendengus sebal. Al sedang mengalihkan pembicaraan. Gak tau apa dia penasaran banget. Huh.
"Sambil makan gue bakalan cerita semuanya" sesinar wajah senang muncul dari raut muka Yuki. Ia berdecak lalu segera menghampiri mie ayam tersebut.
"Ayo lakukan!" Ditagihnya janji Al sesaat setelah pantat mereka berhasil duduk di kursi makan.
"Belum pesen. Kan aku tadi bilangnya sambil makan" Yuki mendengus. Kebanyakan alasan.
Tibalah saat saat yang ditunggu Yuki. Ia menajamkan alat pendengarnya.
"Kita adalah keluarga" Al menghela nafas setelah mengeluarkan sepenggal kalimat tersebut. Berbeda dengan Al yang tenang, bola mata Yuki kini membulat dengan sempurna. Al bercanda?
"Aku tidak bercanda. Ayah kita adalah saudara. Aku ini sepupumu" sepupu? Mendengarnya membuat Yuki sama sekali tidak mempercayainya. Apa takdir sedang mempermainkannya sekarang?
"Gue gak tau maksudnya apa..."
"Maksudnya... Maksud Kakek adalah ingin mencariku supaya bisa melindungimu" Al diam sebentar.
"Apapun itu. Biarkan gue saat ini menjaga elo"
"Jadi?"
"Panggil gue abang"
"Apaan" Yuki menggeleng cepat.
"Aa'?"
"Najong"
"Kakanda?"
"Audzhubillahimindhaliq"
"Terus apaan?"
"Abang aja deh"
"Yaelah dari tadi ngapa. Biar gak main tebak tebakan"
"Muke loe sih jijay hahaha"
"Kok jadi nyalahin muka gue yang kece ini sih?"
"Apaan? Najong"
Begitulah. Suasana penuh canda mengiringi kebersamaan makan mereka. Terkadang Al menatap Yuki penuh sayang membuat Yuki jadi salah tingkah. Terkadang Al menjadi malu menatap Yuki yang tidak ia sangka tersenyum manis mendengar candaannya yang katrok. Sampai menjelang malam mereka tetap betah disana. Sampai sang pemilik gerobak frustasi sama mereka katanya.
--------
Flashback
"Seharusnya Kakek jangan lakukan ini kepada Yuki. Jika tau...."
"Makanya Yuki jangan sampai tau"
"Kenapa Kakek jadi egois seperti ini?"
Kakek menghela nafasnya. Ia mengatur nafasnya untuk sedikit lebih teratur. Langkahnya sedikit maju kedepan. Ia menatap Al sebentar yang berdiri kaku didepannya. Dengan perlahan ia bersimpuh dihadapan Al. Sejenak tak ada respon yang ia dapat dari Al.
"Kakek begitu menyayangi Yuki. Ia sudah Kakek anggap seperti cucu Kakek. Sepertimu"
"Dulu Kakek membuangku, sekarang Kakek mencariku karena membutuhkan aku. Aku tanya. Jika ayah dan ibu masih hidup, masihkah kakek akan mencariku?"
Kakek terdiam. Al sudah tau jawabannya. Jika ayah dan ibunya masih hidup tentu ia tidak akan mencari Al, karena masih ada orang yang akan menjaga Yuki selain dirinya. Kakek menggeleng pelan.
"Bukannya seperti itu...."
"Jadi, aku harus benci kepada siapa?" Al membantu Kakeknya untuk berdiri. Ia menatap Kakeknya sebentar lalu berbalik keluar ruangan. Ia menggenggam kenop pintu dan membuka pintu sedikit.
"Orang berbohong akan menciptakan kebohongannya yang lain. Selama belum ketahuan akan terus berbohong. Dan jika kebohongannya yang pertama terungkap, maka kebohongannya yang lain akan terbongkar juga"
TBC~~
Gimana? Sekian lama tidak kulanjut dan akhirnya kulanjut hasilnya gimana? Garing nan absurd kah?
Jangan lupa vote yah. Terus komen. Atau rekomendasi ke temen yang suka baca cerita Romcom. Hahaha. Alay banget yak gua? Najong najong gimana gitu hahahaha.
Oh iya. Quote yang berada paling atas itu adalah Quote favorit gue dipart ini. Kalau kalian yang mana nih? Hahaha maapin yah gua orangnya suka ngalay soalnya.Bay bay
KAMU SEDANG MEMBACA
INNOCENT LOVE *ALKIVERSION*
RomanceCinta itu. Ketika marah menjadi memikirkan. Ketika benci menjadi perhatian. Dan ketika rasa ingin menjatuhkan menjadi kepedulian.