MY GIRLY BOY [ONE SHOOT]

147 5 0
                                    

My Girly Boy

Rio bersidekap dada sambil mengetuk-ketuk sepatu. Pandangannya menyebar ke sekeliling, enggan menatap gadis yang berdiri di depannya dengan gugup. Rio sama sekali tidak mau bersusah payah menyembunikan ekspresi bosan.

"Anu."

Itu kata pertama yang gadis itu ucapkan setelah bermenit-menit lalu hanya terdengar suara angin. Walau begitu, Rio sama sekali tidak menaruh perhatian maupun berniat untuk pergi.

Hening lagi. Suara angin yang berhembus sejuk kembali mendominasi.

Rio memandang gadis yang sedang memelintir ujung kemeja sekolah itu dengan jengah. "Mau lo apa?" tanyanya akhirnya.

Gadis itu bergerak semakin gelisah. Pandangannya berputar-putar, tak punya nyali memandang Rio yang tadi bertanya dengan nada dingin dan angkuh yang kentara.

"Kamu..." Gadis itu membuang dan menghirup nafas kuat-kuat dengan cepat hingga mirip orang sesak nafas untuk menenangkan diri.

"KAMUMAUGAKJADIPACARKU?" Gadis itu berkata dengan cepat dan dengan suara keras yang terkesan cempreng.

"Hah?" tanggap Rio. "Lo nembak gue?"

Itu pertanyaan retoris, tapi gadis itu tetap mengangguk cepat dan tipis.

"Siapa nama lo?" tanya Rio lagi.

"Adora," jawab gadis mungil itu.

Rio mulai memindai dari atas sampai bawah seolah sedang menerawang sampai dalam jiwa.

Dipandang dengan cara seperti itu oleh cowok paling keren, paling ganteng, paling pinter satu sekolah membuat Adora panas dingin. Terlebih dia sudah naksir berat—hingga dikatai gila oleh sahabatnya—cowok itu selama hampir dua tahun terakhir.

"Oh," Rio membulatkan mulut. "Jadi lo maunya gue jawab apa?"

Mana gue tau?! Adora menjerit sambil guling-guling dalam hati. Tapi kalau bisa, please bilang iya, harapnya lagi-lagi dalam hati.

"Nggak tahu," raga Adora hanya menjawab seperti itu.

Rio menatap Adora datar, "Kalau lu nggak ngomong, gimana gue bisa tau apa yang lu pingin."

"Ka-kalau B-bi-bisa," Adora tergagap, "a-aku p-pi-pinginnya ka-mu, bilang iya," lanjutnya dengan suara mencicit di akhir. Wajahnya tertunduk dalam, menatap tanah dengan wajah pucat dan pipi memerah, seolah takut bumi di bawahnya tiba-tiba membelah dan menelannya tapi juga excited seolah akan diajak naik bianglala.

Sempurna dua menit berlalu, tapi Rio belum juga bersuara. Rona merah pada pipi Adora perlahan memudar. Dengan takut-takut, Adora mengangkat wajah dan memandang Rio yang kini tengah memandangnya dengan ekspresi geli.

"Well Dora, lu pikir gue sudi?" tanya Rio yang sebenarnya adalah pernyataan penolakan yang gamblang. "Cewek jelek macam lu ngak cocok buat jadi cewek gue, jadi temen gue pun lu sama sekali nggak cocok," lanjutnya menohok tepat di kokoro.

Well, sebenarnya bagi Rio Adora tidak jelek-jelek banget. Gadis itu daripada cantik, lebih mengarah ke manis dan imut. Sedangkan bagi Rio, manis dan imut saja tidak lah cukup.

Setelah berkata begitu, Rio langsung balik badan dan berjalan meninggalkan Adora yang nyaris mewek.

"Trus menurut lo, siapa yang pantes buat jadi temen lo? Parasit busuk yang setiap hari dempel-dempelin lo Cuma biar bisa populer itu hah?" Adora bersuara rendah sarat akan luka. Mata hitam bulatnya buram tertutup genangan air mata. Hilang sudah aku-kamu yang sedari tadi digunakannya. "Lo terlalu sombong, lo terlalu buta, lo terlalu nggak perduli sekitar sampai-sampai lo nggak bisa bedain siapa yang tulus siapa palsu."

[OS] MY GIRLY BOY (COMPLETED)Where stories live. Discover now