Aku Tahu!

9 0 0
                                    


     Aku tahu kok! Sungguh! Mengenai isi hatiku ini. Aku sadar mencintai lelaki ini membuatku terus belajar tentang apa itu sebenarnya kesabaran, keikhlasan, kepercayaan, dan banyak hal lain yang dapat membangun tembok-tembok kokoh yang akan tahan segala rintangan. Apa aku salah mencintainya sedalam-dalamnya? Mungkin aku salah. Tapi tidak salah–kan kalau aku terus belajar mengendalikan perasaanku yang kadang terlalu berlebihan padanya.

Aku sangat serius dengan hatiku ini! Sudah tidak bisa diganggu-gugat lagi dan sudah tidak bisa ditolerir lagi. Aku memang keras pada hatiku, semkin banyak orang berbicara tentang hubungan kami, maka semakin kuat pula–lah pertahananku. Berusaha mungkin untuk terus menanamkan rasa percaya padanya, mengapa? Karena aku telah berkomitmen pada diriku sendiri.

Aku tahu dia lelaki yang menurutku sangat karismatik dan unik. Aku tahu banyak gadis yang menyimpan hati pada priaku ini. Aku tidak marah, cuma kesal saja. Dia kadang terlalu memberikan perhatian lebih pada gadis-gadis itu, dan sialnya mereka adalah sahabat-sahabatku, malah ada salah satu sahabatku pun punya perasaan yang sama denganku, dia mencintainya juga. Bahkan, mungkin lebih dalam lagi sehingga ia sulit move-on dari kekasihku ini. Aku sama sekali tidak mengutuk mereka, aku bersyukur karena kekasihku banyak disukai.

Yang paling dalam perasaan cemburuku sih, saat dia punya hubungan dengan teman wanita di sekolahnya. Dulu sekolahku dengannya berbeda, dan dia jujur dia tidak bisa melupakannya, mungkin sampai sekarang. Di saat kita telah berhubungan sampai sejauh ini. Hatiku masih sakit. Tapi mau bagaimana, aku sangat mencintainya. Kenapa ya? Kita sering berdebat karena masalah sepele, pernah bertengkar hebat juga, aku pun tahu dia pernah selingkuh! Tapi rasa sakit itu musnah seketika saat lontaran maaf darinya terucap, rasa empati yang keterlaluan membuat aku mudah memaafkan dan kembali mencintainya lagi. Lalu, kalau kamu bertanya, kenapa kamu bisa bertahan dengan lelaki macam dia? Jawabanku adalah karena aku sendirilah yang 'memutuskannya' toh, dia itu tidak bisa berbohong padaku, bukannya sombong, tapi memang benar, rasanya aku dan dia adalah satu, aku pasti tahu saja kalau dia berlagak mencurigakan, entah perasaanku, dan kesensitifanku–sangat tajam.

Kenapa kamu memilih dia? Itulah pertanyaan yang paling kusukai, kenapa? Karena aku bisa menjawab pertanyaan itu dengan setulus hatiku. Aku memilih dia karena memang dia yang terbaik di mataku, seperti yang tadi kujelaskan meskipun aku selalu bertengkar dengannya, aku merasa betah, malah disengaja! Dia telah menyamankan hati, tubuh, dan jiwaku. Saat melihatnya rasanya semua letihku perlahan-lahan menyusut. Menikmati setiap waktu yang sengaja disajikan untuk kita. Indah bukan! Aku tahu dia luar dalam begitu sebaliknya, kita saling; mempercayai, menghargai, berbagi suka maupun duka, menangis bersama. Memegang tangannya bagaikan memegang kehidupan buatku, entah perasaan ini akan berubah atau tidak yang jelas aku sudah tahu kemana aku harus kembali. Aku sudah tahu kemana aku harus pulang. Bersamanya aku bisa merasakan hidup. Tentang apa? Banyak hal, yang paling berkesan sih aku mempelajari apa itu kesederhanaan darinya dan keluarganya, kehangatan keluarganya membuatku betah berlama-lama. Jadi kenapa kalian protes? Kenapa kalian selalu menilai sebelah mata saja? Kalian tidak bisa merasakan kesayangan itu sebagaimana jadinya. Yang kalian tahu, ooo jadian! Pacaran! Lho kok putus? Hubungan antara pasangan kekasih menurutku tidak sesimpel itu! Berlebihan? Ahh, aku sudah tidak peduli lagi dengan semua ocehan kalian. Kalian hanya menilai pakai realita dan faktual yang semu, tidakkah mencoba sesekali pakai hati kalian yang paling lembut, seperti daging rambutan dalam cangkang.

Biarlah. Aku sudah sabar selama ini, kali ini aku hanya akan membiarkan kalian menertawaiku, katakan saja aku wanita bodoh, katakan saja! Katakan! Aku sudah kebal saat ini. Aku pun tidak terima kalau kalian menjatuhkan kekasihku. Tahu apa kalian dengan semua kelakuannya. Kalau aku sombong, hanya akulah manusia yang paling tahu tentangnya! Sayangnya aku bukan orang seperti itu. Aku hanya bisa: tutup telinga, meleletkan lidah, dan menjulingkan mata. Entah itu kau sahabatku, saudaraku, atau apalah. Kalau mau cintai kekasihku aku tidak melarang, itu hak kalian untuk bisa mencintai siapa pun, tapi bolehkah aku minta tolong? Jangan kalian menghasut dan memanipulasi hubungan kita, bukankah aku sudah 'mempersilahkan' kalian mencintai lelaki-ku. Aku pun mengakui dia memang istimewa, baik bagiku ataupun bagi kalian. Benarkan pendapatku? Jangan serang kelemahannya!

Aku masih melamun setelah salah seorang temanku curhat mengenai seseorang yang suka pacarku. Bosan, aku membuka jendela kamarku, kulihat pemandangan perumahan sehabis hujan lebat tadi, perlahan cahaya matahari berevolusi menjadi kejingga-jinggaan, aku melihat jam sebentar. Masih jam lima. Aku mengambil handuk berwarna merah muda yang kugantung sedari pagi tadi, sesaat kumelirik tumpukan kertas-kertas yang berisi tugas laporan mengenai hasil praktek kelompok di kampus. Tapi, tiba-tiba kok aku jadi kangen dia ya, segera kuambil ponselku dan menelponnya.

"Halo."

"Huaaaaaalo. Tumben Am sore nelpon biasanya habis maghrib." Jawabnya sambil menguap ditambah suara yang sedikit serak.

"Kamu flu, Ai?"

"Enggak."

"Udah cari makan buat malam?"

"Udah, sekalian tadi sama makan siang, biasa anak kos, harus irit. Hehehehe. Eh, Kamu belum jawab pertanyaan aku, tumben nelpon?"

"Ih, terserah aku dong, aku kan.." belum selesai pernyataanku sudah dipotong olehnya, dengan nada yang menggoda.

"Kangen ya..."

"Ih gombal, enggak!"

"Kangen nih!" dia terus memaksa

"Enggak!"

"Bohong."

"IYAAAAA, puas!!! Dasar!"


Bandung, April, 2016

Antologi Di Dalam RasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang