Karena Aku

64 1 1
                                    

Hujan malam ini membuat hatiku semakin sendu. Sudah dua minggu sejak pertengkaran itu, kamu masih keras kepala tidak menjawab permintaan maafku. Aku sudah berusaha meneleponmu, tidak diangkat. Aku sudah berusaha bicara langsung denganmu, namun kamu selalu mencari banyak alasan supaya tidak bertemu denganku.

Memang salahku, aku mengakui itu. Padahal aku sudah mengatakan beratus kali padamu bahwa dia hanya sahabat lamaku. Aku melakukan pertemuan itupun terpaksa, karena sikapmu yang akhir - akhir ini berubah. Sejak dulu, dia adalah teman curhatku. Namun, sejak aku bersamamu, kami tidak bebas mau mengobrol kapan saja. Perbincangan 2 minggu lalu adalah perbincangan pertama kami setelah 6 bulan saling menghilang.

Apakah kamu tidak sadar? Bahwa kamu sering pergi bersama perempuan lain tanpa sepengetahuanku, lalu baru mau mengaku setelah kutanya. Lalu aku mewajarkannya dan hubungan kami kembali normal. Aku tidak membuat rumit, membuatnya jadi masalah yang tidak ada selesainya, seperti kamu.

Bisakah kamu hilangkan rasa egoismu itu? Memangnya ketika kamu pergi dengan perempuan lain aku merasa baik - baik saja? Memangnya ketika kamu berinteraksi dengan perempuan lain aku merasa baik - baik saja? Aku ini sayang kamu, maka aku cemburu!

Namun, aku tidak ingin bertengkar denganmu, sehingga aku mewajarkanmu. Lalu, jika sekarang aku sudah meminta maaf padamu, berusaha sekeras mungkin untuk dimaafkan, ada apa denganmu? Apakah dengan tidak memaafkanku adalah kepuasan bagimu? Apa lebih baik kita berpisah?

***

Dear YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang