Hay, apa kabar? Sudah lama kita tak jumpa. Jangankan berjumpa, saling sapa pun sudah tidak. Aku maklumi itu semua. Aku menghargai kehidupanmu, dan kau? entahlah masih peduli dengan hidupku atau tidak.
Mungkin kamu akan bertanya, kenapa aku menulis ini semua? Kau pasti mengira, bahwa aku ingin mencuri perhatianmu, tentu tidak.
Lalu untuk apa? Pasti kau mengira, aku ingin mendramatisir keadaan? itupun tidak. Sama sekali tidak.
Aku menulis semua ini hanya karena rindu. Tak pernahkah kau merasakannya juga? Aku harap kau sempat merindukanku walau hanya semalam.
Setidaknya kau mengingat bagaimana aku tertawa lalu menangis. Setidaknya kau mengingat bagaimana susahnya berusaha dan mudahnya menyerah.
Aku masih ingat betapa lucunya saat pertama kali aku melihatmu. Kita terlihat canggung. Lalu saling tersenyum sesudahnya.
Aku juga masih ingat betapa indahnya waktu itu, kau melajukan motor dengan kecepatan sangat pelan padahal disaat terik matahari yang begitu menyengat. Aku hanya bisa bersembunyi sambil mengeratkan pelukan dibalik punggungmu. Kau tidak tahu, seberapa banyak aku tersenyum saat itu.
Yang aku tau hanya, cinta itu menyakitkan ketika kamu memilih meninggalkanku dan berbahagia dengan perempuan lain. Itu saja. Bodoh? Iya. Sangat bodoh. Kadang aku pun hanya tertawa bila mengingatnya. Perjalanan kita amat sangat lucu ternyata.
Perjalanan memang kadang membuat aku terbang lalu jatuh. Dan terimakasih, kamu telah menjadi perjalananku. Hidup kadang terasa manis seperti gulali yang aku beli di
taman hiburan, tapi ada masanya terasa pahit sama seperti aku yg tidak sengaja menyesap ampas kopi. Dan kamu telah menjadi keduanya di saat yang bersamaan. Sekali lagi, terimakasih. Untuk pernah hadir lalu pergi. Dan untuk sempat memulai lalu mengakhiri.~ ~ ~ ~ ~ ~ ~ ~ ~ ~ ~ ~ ~ ~ ~ ~ ~ ~ ~ ~
Hari ini tepat tanggal 29 Juni 2016, tepatnya sebulan yang lalu aku memutuskan untuk mengakhiri semuanya yang sebenarnya sulit untuk ku akhiri.
Tetapi apa dayaku, aku hanyalah seorang wanita yang tak bisa menahan semua perasaanku, aku wanita yang cengeng, bodoh, egois.
Tetapi aku lebih memilih mengakhirinya karena aku sudah muak dengan semua yang terjadi.
Sebenarnya sulit untuk mengatakan itu semua.Karena jujur dari lubuk hatiku yang terdalam Aku masih mencintainya, Raditya Putra Pratama, sosok lelaki yang aku kenal sejak aku duduk di bangku kelas 1 SMA, lelaki yang setiap jam istirahat memperhatikanku dari depan pintu kelas, dan lelaki yang mampu membuatku jatuh hati kepadanya dengan segala kekonyolannya, lelaki yang mampu membuatku tersenyum bahagia selama 1 tahun belakangan ini. Yang telah membuatku merasa nyaman saat berada di sampingnya. Tetapi semuanya berakhir sia-sia saat dia lebih memilih wanita lain yang saat ini dia cintai, yaitu Dhea Naura Putri sahabatku sejak SMP.
Benci? Tidak, menjauh pun rasanya tak sanggup.
Sedih? Tentu saja, aku tidak bisa memeluknya lagi.Aku sangat berterimakasih kepada Tuhan karena telah mendatangkan dia di hari-hariku meskipun hanya sebentar saja.
Kelak jika Tuhan menakdirkan dia memang bukan untukku, setidaknya aku pernah menyebut namanya didalam setiap doaku.
Sampai bertemu di lain hari pangeranku, mungkin ketika waktu dan keadaan sudah berubah.
Aminnnnnnnnn :)
~RADITYA PUTRA PRATAMA~
KAMU SEDANG MEMBACA
Olivia
Teen FictionCinta kita hanyalah cinta monyet. Cinta yang tumbuh dibawah atap sekolah. Cinta yang terus tumbuh hanya karena memandang dari jauh. Cinta yang terus tumbuh ketika kita bertukar sapa dan senyum. Cinta yang terus tumbuh karena pipiku merona setiap kal...