BC2

328 12 1
                                    

Cinta memang butuh perjuangan. Tetapi cinta juga butuh pengorbanan.
.
.
.
.
.
.

Happy reading!

"Prilly, kayak yang gue bilang kemarin, hari ini jadwal lo padet banget. Jadi, gak ada alasan buat males makan. Oke?" Ucap Agny.

"Iya, iya. Ck! Bawel lo ah."

"Dih, diperhatiin malah marah-marah. Bukannya terima kasih."

"Iya, Agny ku sayang. Makasih banyak ya."
Ucap Prilly.

"Iya, sama-sama. Oh iya, Prilly. Yang suka ngirim bakso ke kita itu kenapa gak ngirim lagi, ya? Udah 5 hari ini."

Yups. 5 hari belakangan ini Ali tidak mengirim bakso ke Prilly.

Prilly terdiam. Ia sebenarnya juga bingung. Tapi, ia berusaha untuk berpikir positif.

"Gue juga gak tau. Tapi, udahlah. Mungkin dia lagi pulang kampung. Lagian elo. Masa seumur hidup dia mau ngasih kita bakso. Bangkrut lah dia."

"Hehe. Abis baksonya enak banget, Prilly. Lo juga ketagihan kan?"

"Iya. Gue juga ketagihan."

"Maksud gue, lo ketagihan sama penjualnya kan? Kata Pak Ujang dia ganteng loh." Ucap Agny jahil.

"Dih, elo mah. Ngerjain gue, ya. Awas ya, lo."

Agny tak membalas. Ia hanya tertawa karena berhasil menjahili sahabatnya itu.

***

Disisi lain, Ali sedang sibuk melayani para pembeli yang sudah memenuhi tempat Ali jualan. Bakso Ali memang terkenal lezat. Bahkan, ada yang menyarankan agar Ali membeli atau menyewa tempat khusus untuk ia berjualan dan membuka cabang mengingat omset penjualan baksonya yang saat ini sedang tinggi. Namun, Ali belum terfokus kearah itu. Ali ingin menggunakan uang hasil kerja kerasnya untuk biaya berobat ayahnya dan sekolah kedua adiknya. Sungguh Anak yang berbakti.

Oh iya, sempat disinggung diatas bahwa Ali tidak mengirim bakso kepada Prilly 5 hari belakangan ini. Itu benar adanya. Itu semua ia lakukan untuk mencoba melupakan Prilly dan menghilangkan rasa yang ia pendam pada Prilly. Awalnya, ia merasa ini hanyalah perasaan antara penggemar dengan idola. Tapi, makin lama perasaan ini semakin menjadi-jadi dan pada akhirnya ia percaya bahwa yang ia rasakan saat ini adalah perasaan cinta.

Ia mencoba menghilangkan rasa cintanya pada Prilly karena ia selalu disadarkan oleh sahabatnya, Vino bahwa ia dan Prilly sangat berbeda. Seperti langit dan bumi. Seperti pungguk merindukan bulan. Mungkin itulah peribahasa yang pantas untuknya.

Tapi, semakin mencoba ia menjauh dan tak menatap wajah Prilly walau dari televisi, dua sisi dalam dirinya seolah berkata

'Cinta butuh perjuangan.'

Dan

'Cinta tak bisa dipaksakan.'

Jika ia bisa meminta, ia ingin menenggelamkan dirinya dari bumi ini. Tapi, ia masih ingat dengan keluarganya. Jika ia tak ada, siapa yang mengurus keluarganya?

"Woy, Li! Ngelamun aja Lo. Kesambet tau rasa. Tuh, pembeli masih banyak yang belum kita layani."

Ali sedikit terkejut. Tak lama, ia kembali ke alam sadarnya. Lalu menoleh kearah Vino dan menatapnya sedikit kesal.

"Ck. Ngagetin aja Lo. Untung gue gak punya penyakit jantung."

"Ye Elo! Masih untung gue kagetin. Kalo engga, lo gak bakal sadar dari lamunan lo. Lagian, lo ngelamunin apa, sih? Kayaknya seru banget. Cerita cerita lah."

Bakso CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang