04 : Seseorang Yang Dirindukan

390 36 25
                                    

Asap dari ujung sendok penuh ramen semakin kelihatan nyata ketika ditiup beberapa kali oleh Deok Sun. Malam itu ia kelaparan dan lauk yang ayahnya buat juga sudah habis, makanya ia buru-buru pergi ke kedai makan yang kebetulan buka tak jauh dari rumahnya. Kedai itu memang sering menjadi tempat pelampiasan bagi lidah dan perutnya setiap kali kehabisan makan atau tak berselera dengan hidangan buatan ayahnya itu.

Mulut Deok Sun membuka lebar dan ia hendak memasukkan suapan pertamanya. Baru saja sendok itu menempel di bibir, seorang pria paruh baya mendadak datang dan langsung meneriaki Deok Sun dengan nada seraknya yang khas. Alhasil, sendok itu hampir lepas dari genggaman dan membuat isi diatasnya tercecer di lantai.

"Anak nakal, disini kau rupanya!" Tuan Seong yang langsung menemukan Deok Sun sejak di ambang pintu tadi langsung menghampirinya dan menarik telinga kiri gadis itu.

"Ah, Abeoji! Lepaskan! Kau tak malu dilihat banyak orang?" Tunjuk Deok Sun pada beberapa pasang mata yang sedang menatap mereka keheranan.

Tuan Seong segera melepasnya, namun sedetik itu juga tangannya langsung mencubit perut gadis itu, yang kemudian diikuti rintihan akibatnya. "Ikut aku." Ajaknya sambil menarik tangan Deok Sun untuk pergi.

"Tapi aku bahkan belum makan sesendokpun." Deok Sun hanya bisa melihat mangkuk ramennya yang terus menjauh dari pandangan mata dengan sedih.

Tuan Seong membawa Deok Sun keluar untuk menghindari orang-orang yang bisa mendengar mereka. Ayah gadis itu memang sering marah padanya, tapi itupun karena ada alasan. Entah kenapa kalau dipikir, Deok Sun tidak salah apa-apa sepanjang hari ini.

"Kau tadi pergi bersama Tuan Muda kan?" Sergah Tuan Seong.

"Tuan Muda siapa?" Deok Sun balik bertanya berpura-pura tidak mengetahuinya.

"Ku dengar kau memintanya untuk menemanimu ke hutan itu.
Seong Deok Sun, Abeoji kan sudah bilang untuk jangan masuk ke sana. Apalagi kau mengajak Tuan Muda. Bagaimana kalau dia terluka atau terjadi sesuatu?"

"Aku tidak mengajaknya, tapi dia yang menawarkan diri. Lagipula kami bisa keluar dari sana dan hutan itu juga tidak sejahat yang dikatakan orang-orang."

"Dia menawarkan diri?" Tuan Seong merasa aneh dengan hal itu. Terlebih Deok Sun kelihatannya tak berbohong dan mengangguk meyakinkan.

"Lalu apa kau menemukan Yong atau tidak?" Tanyanya lagi.

"Tidak, kami tidak menemukan apapun. Aku rasa dia tak pernah masuk ke sana."

Tuan Seong memegangi kedua pundak Deok Sun dan menatap matanya dengan serius. "Dengar ya. Ayah tidak ingin kau atau orang lain terluka. Kau boleh mencari Yong kemanapun asal jangan libatkan dirimu dalam bahaya. Kita tidak tahu apa yang terjadi pada Yong sampai dia bisa menghilang. Karena itu kau harus berhati-hati."

Ayah Deok Sun memang sering memarahinya. Itupun karena sikap Deok Sun sendiri yang pemalas dan keras kepala. Tapi gadis itu tahu kalau ayahnya sangat menyayanginya lebih dari siapapun. "Aku mengerti." Jawabnya sembari tertunduk.

Tuan Seong tersenyum dan menepuk bahu putrinya dengan lembut. "Oh ya, dan jangan libatkan Tuan Muda Im. Kau tidak tahu sesibuk apa dia? Dia menemanimu ke sana-sini saja membuat Abeoji penasaran dengan alasannya."

"Baiklah, aku tidak akan libatkan dia. Kalau Abeoji sudah selesai, boleh aku kembali ke sana? Ramennya nanti jadi dingin." Tunjuk Deok Sun ke dalam kedai sambil memamerkan senyum kudanya.

.oOo.

Suara burung gagak yang merintih mengawali munculnya asap hitam di atas danau misterius yang tampak tenang sebelumnya. Asap itu bereaksi ketika seseorang datang dan berjalan di atas jembatan kayu. Orang itu tak lain adalah Choi Yong. Dia kembali datang ke tempat tersebut karena ada beberapa hal yang ingin ia tanyakan pada roh di sana.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 17, 2016 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

After Death [Joseon Fiction]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang