03 : Roh Pembunuh (Bagian 2)

299 35 3
                                    

'Hyeong-nim.'

Choi Yong bahkan masih ingat kata terakhir yang ia ucapkan sebelum mati. Walaupun ia tahu kakaknya tidak akan pernah bisa menerima dirinya sebagai bagian dari keluarga, ia tidak pernah menyangka kalau kakaknya akan melakukan sejauh itu, bahkan setelah melihat adiknya sendiri sekarat dan memanggilnya dengan merintih.

Tubuh Choi Yong masih menegang ketika makhluk tadi menarik kembali cakarnya, menciptakan lubang menganga di perut pria itu. Walaupun kondisinya terlihat mengenaskan, Choi Yong masih bisa berdiri di tempatnya. Pria itu sedikit terkejut dan matanya menyorotkan rasa tidak percaya. Bukan karena serangan mendadak barusan, melainkan karena tubuhnya tidak merasakan sakit sama sekali. Bahkan ketika ia meraba bekas tusukan di perutnya, lubang yang timbul pun sudah tertutup sempurna, hanya ada sisa-sisa asap hitam yang kemudian kembali masuk ke dalam tubuh.

Monster di hadapan pria itu juga sepertinya terkejut setelah tahu kalau korbannya tidak tumbang dan mati. Manusia biasa sudah tentu akan langsung tewas, tapi lain hal dengan orang yang sedang ia hadapi.

Choi Yong yang berpikir kalau ia memang tidak bisa dilukai, mengangkat wajahnya dan menatap makhluk tersebut lagi. "Kembalilah ke bentuk aslimu dan ayo kita bicara." Ajaknya dengan penuh harapan.

Bukannya mendengarkan ucapan tersebut, makhluk itu malah pergi dan langsung menghilang dari pandangan mata, menyisakan Choi Yong yang masih berdiri di sana dan menatap ujung jalan yang menjadi kosong.

Pria itu untuk sekian lama mematung karena rasa putus asa dalam dirinya yang menyeruak, membuat kakinya seolah kaku untuk berpindah. Jika mengurus satu jiwa saja sesusah ini, bagaimana ia bisa membebaskan sembilan lainnya?

Setelah beberapa saat terdiam, pria itu jadi khawatir kalau-kalau makhluk tadi pergi untuk membunuh orang yang lain. Lantas, Ia juga segera pergi dari tempat itu, menuju arah menghilangnya roh jahat tersebut.

.oOo.

Deok Sun sedang memasukkan beberapa ginseng ke dalam keranjang, menghitungnya dengan tepat sesuai dengan permintaan pembeli, kemudian memberikan itu kepada orang yang sudah menunggu di depan bangunan berukuran sedang tersebut.

Pagi itu dia membantu beberapa anak buah ayahnya untuk berjualan di toko. Toko milik mereka yang terletak di tengah pasar itu memang tak pernah sepi pembeli karena kualitas ginseng yang dijual juga memang tidak main-main. Beberapa bahkan harus mengantri karena banyaknya yang datang.

Ketika gadis itu sedang mengambilkan permintaan ginseng yang lain, Deok Sun sempat menguping pembicaraan beberapa pembeli yang masih menunggu antrian mereka.

"Apa kau sudah dengar kalau putra Tuan Jung meninggal dengan tragis kemarin malam?" Ucap pertama kali oleh seorang pria.

"Putranya Tuan Jung?!" Orang-orang kelihatannya terkejut karena yang sedang mereka bicarakan kebanyakan sudah mengenalnya.

"Iya, kematiannya juga mirip dengan dua korban sebelum ini. Ada tusukan di perut dan bekas cakaran di sekujur tubuhnya." Timpal pria tadi lagi.

"Seminggu lalu putranya Tuan Byun, kemudian kemarin putranya Tuan Kim, dan tadi malam putranya Tuan Jung?"

Semua yang mendengar itu langsung bergidik ngeri. Kelihatannya rentetan pembunuhan ini sangat serius. Bisa saja berjatuhan korban lainnya jika tidak segera diatasi.

Di saat orang-orang tengah membicarakan hal menyeramkan tersebut, seorang pria menyela antrian dan maju ke depan Deok Sun, yang kebetulan gadis itu sedang membalikkan badan untuk mengambil ginseng-ginseng di rak.

"Agassi, bisa kau ambilkan 2 karung ginseng untukku." Ujar pria tersebut.

"Tuan, kalau kau ingin beli ginseng dalam jumlah besar, sebaiknya kau datang saja ke gudang kami, bukan kesini dan menyela antri-an-se-per-ti… Kau!" Deok Sun memutar badannya di kata yang terakhir dan terkejut ketika melihat siapa yang sedang berdiri di depan tokonya.

After Death [Joseon Fiction]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang