Chapter 4

1.8K 136 5
                                    

Salsha POV.

Ini hari pertama aku masuk ke sekolah baruku, SMA Cendrawasih.
Kesan pertama masuk sekolah ini dan ada di kelas XI MIA 1 cukup mengesankan. Aku belum menemukan hal-hal horror yang selalu teman-temanku ceritakan tentang tabiat anak Jakarta yang katanya nakal, tidak bersahabat, kasar dan suka mem-bully. Ya, aku belum menemukan itu semua, kecuali seseorang dengan atmosfir yang dingin dan cukup mengintimidasi, yang duduk tepat di sebelah ku.

Namanya Aldi, aku tahu setelah tadi temannya -iqbaal- yang duduk di depan meja kami memperkenalkan diri dan memperkenalkan Aldi padaku. Aku tidak bilang Aldi buruk, hanya saja dia terlalu dingin. Dan aku paling anti dengan spesies semacam itu. Lebih lagi aku harus duduk berdua dengan dia setiap hari, entah apa yang akan terjadi nanti didepan.
Saat seperti ini, aku jadi merindukan sahabat-sahabatku yang begitu hangat di Bandung.
Ah sudahlah, aku harus terbiasa, lagi juga ini baru hari pertama, terlalu dini untuk aku menyimpulkan semuanya.

2jam pelajaran pertama terlewati begitu saja. Dan sekarang jam istirahat, semua anak dikelas menghambur keluar dan memiliki satu tujuan yang sama : kantin.
Aku ingin keluar dan ikut mencari kantin, namun mengingat aku tidak tau apapun tentang sekolah ini aku mengurungkan niatku.

"Sal, ke kantin yuk" itu suara Iqbaal.

"Apaan sih baal. Ngapain ngajakin dia segala" Aldi lebih dulu merespon ucapan Iqbaal sebelum aku membuka suara.

"Sans di. Kesian dia ga ada temen. Lo mau dia kesasar sana sini nyari kantin? Dia temen kita juga kan sekarang"

"Serah lo dah. Gue pergi" melihat itu aku hanya bisa mendesah gusar. Aldi tidak bersahabat sama sekali.

"Di.. Aldi.. yaelah. Sal, ayok ikut ke kantin" Iqbaal mencoba memanggil Aldi tapi tidak mendapat respon apapun dari Aldi

"Ga usah baal. Aku disini aja gapapa. Mending kamu susulin Aldi, dari pada dia marah sama kamu."

"Udah kamu ga usah pikirin sikap Aldi, dia emang gitu kalo baru kenal sama orang, tapi aslinya dia baik kok. Udah yuk ikut aja. Kamu juga pasti laper kan?" Aku gabisa bohong, kenyataannya aku memang lapar. Jadi dengan terpaksa aku menerima ajakan Iqbaal.

"Ya udah, aku ikut".

-------------------WHY•DNRHN------------------

Aldi POV.

Iqbaal... Iqbaal nggak ngerti sama apa yang ada di pikiran itu anak, kenapa ngebet banget ngajakin si anak baru itu. Ya emang sih ga ada salah nya berteman, cuma rasanya aneh aja kalo harus langsung ngakrab gitu, kesannya sksd.

"Di, lo mah gitu ga asik masa ninggalin kita" gerutu Iqbaal yang mendaratkan tubuhnya di samping gue, dengan ditemani anak baru tadi yang sekarang duduk tepat di hadapan gue.

"Lebay lo" balasku memutar bola mata jengah dengan sikap Iqbaal hari ini.

"Yeee, dasar kunyuk. Udah ah gue mau pesen makan dulu. Sal mau nitip sekalian?" Lihat? Bahkan sekarang dia lebih mentingin anak baru itu ketimbang gue.

"Hem, samain sama kamu aja baal."

"Okay, lo sekalian ga di?"

"Gue bisa sendiri"

"Dih jutek amat mas" ya Tuhan, kenapa Iqbaal menyebalkan sekali hari ini. Mendapati responku yang tak bersahabat, Iqbaal langsung melesat ke tujuan nya : Mie Ayam mang Udin.
Sekarang tinggalah berdua gue sama anak baru tadi. Awkward momen.

"Maaf kalo kamu ga nyaman dengan keberadaan ku disini" mulainya membuka suara.

"Sans, gue cuma risih aja sama sikap Iqbaal yang terkesan berlebihan." Ucapku dan cuma dibalas dengan senyuman sama anak baru itu. Karna tujuan gue kesini buat makan, bukan buat melewati Awkward momen dengan cewek bernama Salsha ini, gue bangkit dan segera menuju ke gerobak siomay mang Ali yang ada disebelah gerobak mie ayam mang Udin.

"Bang siomay nya satu yak" ujarku memesan.

"Lah kenapa lo kesini juga?" Iqbaal mengintrupsi ketika mendengar suaraku.

"Lah emang kenapa? Orang gue laper, suka-suka gue lah mau kemana juga"

"Ya kenapa tadi ga sekalian aja maksud gue, kalo lo mau pesen siomay juga. Kan kesian Salsha sendirian" jelasnya panjang lebar.

"Kesian Salsha. Kesian Salsha. Baru sehari kenal tu cewek lo udah peduli banget yak. Mentang ga ada Dianty lo."

"Lah kenapa bawa-bawa Dianty. Gue cuma mau bersikap baik sama dia. Ga ada niatan lebih."

"Ya udah sih. Kalo kesian sama tu anak, mending buru samperin sana" balasku malas menanggapi Iqbaal lebih jauh lagi. Iqbaal hanya menggelengkan kepala melihat responku. Tak selang berapa lama pesanan Iqbaal sudah selesai, dan dia kembali ke meja yang kita tempati tadi.

"Den ini siomay nya" mang Ali menyerahkan satu porsi siomay, aku memberikan uang satu lembar dua puluh ribuan.

"Makasih mang" aku bergegas kembali ke meja.

"Kembalian nya denn"

"Udah buat mamang aja"

"Makasih den Aldi" aku hanya menganggukan kepala dan meneruskan langkah menuju meja.

"Jadi kenapa lo pindah dari Bandung?" Itu suara Iqbaal.

"Ga papa, pengen tau gimana rasa nya sekolah di Jakarta aja" balas salsha. Apa dia bilang? Pengen tau? Dia kira sekolah sama dengan liburan kali ya, cuma untuk menjawab keingintahuan terhadap sesuatu objek wisata.

"Eum tinggal dimana di Jakarta?"

"Tinggal di perumahan Airlangga, tempat Tante sih"

"Lah deket sama tempat lo tuh di" balas Iqbaal.

"Emang kenapa kalo deket tempat gue?"

"Ya sapa tau bisa berangkat bareng"
Kenapa Iqbaal menyebalkan sekali hari ini? aku diam tak menggubris ucapan nya lagi. Setelah itu kita bertiga sibuk dengan makanan masing-masing.

-------------------WHY•DNRHN-----------------

Keheningan yang terjadi di meja kantin tadi berlanjut sampai di kelas.
Aldi dibuat kesal dengan sikap Iqbaal yang menurutnya terlalu berlebihan. Melihat Aldi mendiamkannya, Iqbaal pun cukup tau diri untuk tidak lebih membuat Aldi kesal. Karena ia paham betul seperti apa watak sahabatnya itu ketika ia sudah dalam kondisi badmood. Walaupun dengan alasan yang berbeda dengan Iqbaal, Salsha juga bungkam. Ia tau kekacauan yang terjadi diantara Aldi dan Iqbaal itu karna dia. Oleh karna itu ia lebih memilih diam. Sesekali Salsha melirik Aldi lalu menghela nafas berat.

"Kenapa harus duduk dengan orang sedingin es ini" batin nya dalam hati.

Ia masih tidak habis pikir kenapa takdir harus mempertemukannya dengan spesies semacam Aldi.

Disisi lain, Aldi menyadari bahwa gadis di samping nya beberapa kali meliriknya. Tapi ia enggan bereaksi apapun karna menurutnya itu tidak perlu.

*Ting*

Bunyi notifikasi Line dari handphone Aldi mengintrupsi.

Iqbaal

"Sorry, kalo menurut lo gue keterlaluan.
Gue cuma mau lo mulai belajar terbuka sama orang lain di.
Seenggaknya berteman dengan orang lain selain gue.

Gue yakin, lo tau niat gue baik. cara."

Aldi

"I know."

Singkat, padat dan jelas. Setelah membaca balasan Aldi, Iqbaal memasukkan kembali handphone nya ke saku celananya. Tidak berniat membalasnya.

-------------------WHY•DNRHN-----------------

Yeayers❣ aku tau ini cerita ga jelas. TAPI Makasih buat yang udah luangin baca dan kasih vote. Ditunggu komentarnya. Kalo ada saran mau scene Alsha gimana jangan ragu buat komen yak. Tengkiu💛💛💛

Why?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang