Chapter 8

585 40 8
                                    

Dingin udara malam tidak membuat Salsha lantas berajak dari tempat duduknya sekarang. Ia memikirkan semua yang terjadi tadi siang. Dari soal ia dan Naufal hingga soal ia dengan Aldi.

Yang paling ia rutuki adalah kebodohannya meminta Aldi mengantarnya pulang dan juga menangis didepan lelaki itu.

Dering telfon dari handphone nya membuyarkan pikirannya tentang kejadian tadi siang. Ia menggambil iPhone yang ada di atas meja belajarnya.

Dianty memanggil...

Salsha tidak langsung mengangkatnya, ia ragu dan juga takut Dianty akan menanyainya soal tadi siang, ia belum bisa untuk menceritakan semuanya.

Dianty
3 Panggilan Tak Terjawab

Tiga panggilan di abaikan oleh Salsha.
Childish memang, tapi saat ini Salsha sungguh tidak peduli pada apapun. Lebih tepatnya ia sudah terlalu pusing dengan sikap bodohnya tadi, ia tidak mau ditambah lagi dengan mendengar banyak pertanyaan yang mungkin akan diberikan oleh Dianty. Ia memutuskan mematikan ponselnya lalu mencoba untuk tidur saja, semoga bisa.

-
-
-
-

Setiap orang memiliki tameng nya masing-masing untuk menyembunyikan luka nya dari orang lain. Setidaknya itu yang selalu Aldi percayai.

Didalam kamarnya ia juga sedang memikirkan kejadian yang  dilihatnya tadi siang. Dari Salsha yang bertemu dengan Naufal, sampai tangis sesunggukan gadis itu di mobil nya.
Entah kenapa dipikirannya muncul pertanyaan siapa laki-laki yang bertemu Salsha tadi sampai bisa membuat Salsha sebegitu dalam menangis.

"Kenapa ngeliat dia, gue ngerasa seperti ada bagian dari diri lo ada di dia ya? Kalian itu keliatan baik-baik aja diluar, tapi sebenernya ada sisi sebaliknya yang kalian tutupin didepan semua orang" ucap Aldi, matanya fokus pada figura yang ada ditangan kanannya, figura yang menampilkan foto perempuan cantik dengan rambut ponytail.

Rutinitas yang Aldi lakuin hampir setiap malam, seolah tidak ada bosannya untuk menatapi benda mati ditangannya itu.

Dianty's Calling....

Aldi menatap layar handphone nya yang menunjukkan panggilan dari Dianty, kening nya mengernyit... Tidak biasanya Dianty menelfon, tapi akhirnya ia putus kan untuk mengangkatnya.

"Iya dant, ada apa?"

Di... Salsha tadi gimana?

"Gimana apanya?"

Iya maksudnya pas lo anterin dia tadi gimana?

"Ya nggak gimana-gimana, gue cuma nganterin balik doang"

Ga ada yang terjadi gitu selama di jalan balik? Dia gabilang apa-apa?

Aldi diam, ia ragu harus menjawab apa, haruskah ia mengatakan kalau Salsha menangis di mobilnya? Tapi hak Aldi apa sampe harus menceritakan 'aib' seseorang ke orang lain.

Aldiii jangan diem aja dong, gue lagi nanya juga

"Nggak ada dant, dia gabilang apa-apa juga. Eh bilang deng, dia cuma bilang makasih doang pas udah sampe rumahnya"

Dih gue serius tau di, malah becanda

"Lah siapa yang becanda Diantyy, emang dia bilang makasih doang hahahaha"

Gue bisa minta tolong sama lo nggak di? Tapi janji jangan bilang Iqbaal maupun Salsha

"Wedeh minta tolong apanih? Pake rahasia-rahasiaan segala"

Sebenernya gue kenal sama cowok yang tadi ketemu Salsha, dia Naufal, sepupu gue di Bandung.

Aldi diam, ia masih mencoba mencerna kata-kata Dianty tentang siapa cowok yang bertemu Salsha tadi.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 25, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Why?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang