AMOROSO MUSIK

298 10 0
                                    

Siang itu cuaca sangat terik. Matahari seolah ada dua. Semua orang terlihat kepanasan. Beberapa diantara mereka ada yang menyeka keringat yang mengalir di wajahnya. Dan ada pula yang mengibaskan wajah mereka dengan tangan dan kipas yg mereka bawa. Padahal bulan ini memasuki musim penghujan. Namun, tidak ada pertanda akan turun hujan. Langit dan awan cerah justru menghias angkasa.

Jadwal kuliahku telah usai. Kini aku tengah duduk di halte dekat kampusku. Hendak menunggus bus yang siap mengantarku pulang ke rumah. Sambil menunggu bus datang, aku mengeluarkan benda kecil dari dalam tas. Kuhubungkan kabel benda tersebut pada ponselku. Lalu kusumpal telingaku dengan benda tersebut.
Ya, earphone. Kalian benar.

Aku sangat menyukai musik. Musik yang kusukai diantaranya musik pop, klasik, dan jazz. Selain dari musik itu, aku tidak menyukainya. Sejak kecil, kedua orangtuaku selalu mengajarkanku untuk bernyanyi. Ibuku bilang, musik dapat membuat seseorang merasa tenang dan damai. Sedangkan ayahku berkata bahwa musik dapat menghibur seseorang yang sedang sedih. Dan sejak itu, aku mulai menyukai musik. Dimana dan kapanpun aku selalu mendengarkan musik. Karena aku ingin membuat seseorang terhibur melalui alunan musik yang kunyanyikan.

Kedua orangtuaku juga berusaha mengajarkanku bermain alat musik. Saat usiaku menginjak delapan tahun, mereka mulai mengajarkanku bermain piano. Hanya butuh dua sampai tiga bulan untuk membuatku lancar memainkannya. Hari demi hari pun berlalu. Hingga usiaku tepat sembilan tahun aku sudah mahir bermain piano, gitar, biola, suling, dan klarinet.

Kedua orangtuaku sangat bangga padaku. Mereka sangat senang karena tanpa harus les musik aku dapat memainkan alat musiknya dengan mahir. Aku pun turut ikut senang. Hingga aku berjanji akan memperdalam pengetahuan musik di dunia pendidikan. Yap, aku adalah alumni dari sekolah musik dan mahasiswi kesenian.

Dua tahun kulalui. Itu artinya, semester kelima telah menantiku. Hari-hari kulewati tanpa ada hal yang menarik. Hingga pada suatu hari datang seseorang yang membuat hari-hariku menjadi menarik.

Dia seorang pemuda yang dipuja oleh separuh kaum hawa di kampusku. Tidak ada satu gadis pun yang berhasil mendekatinya. Mereka bilang, pemuda itu sangat acuh dan dingin terhadap wanita. Ia jarang menebar senyum pada gadis manapun. Jika ada gadis yang memanggilnya namanya pun tak akan digubris olehnya. Tak heran, pemuda itu mendapat julukan Ice Prince oleh mereka.

Hal yang ingin kusampaikan pada kalian adalah pemuda itu hendak berlatih bermain piano denganku. Aku terkejut. Sangat terkejut. Bagaimana bisa aku tidak terkejut bahwa pemuda yang mendapat julukan Ice Prince ini memintaku untuk mengajarinya bermain piano? Mungkin jika salah satu diantara gadis-gadis pemujanya itu berada di posisiku akan senang atau bahkan akan mengadakan syukuran. Tapi tidak denganku.

Aku hanya menatap pemuda itu heran. Pemuda itu terlihat seperti menunggu jawabanku. Dan tanpa disadari, kepalaku mengangguk perlahan. Aku telah menerima tawarannya.

Pemuda itu tersenyum, mengangguk. "Kalau gitu, mulai besok lo ajarin gue, ya. Thanks, Melodi." Pemuda itu berbalik dan meninggalkanku sendiri yang diam mematung. Dan apa tadi ia bilang? Melodi? Bagaimana bisa ia tahu namaku jika aku dan Dia saja belum berkenalan? Darimana pemuda itu mengetahui namaku?

"Neng, nggak pulang?" Suara lelaki paruh baya di sampingku menyadarkanku dari lamunan. Aku mengerjapkan mata berkali-kali dan menoleh padanya. Ternyata salah satu penjaga di kampusku.

"Masih ada perlu di ruang seni? Kalau nggak ada, Bapak mau kunci ruangannya."

"Eh ... udah nggak ada kok, pak. Kunci aja pintunya. Saya juga mau pulang, duluan ya, pak." Mengingat besok adalah hari libur nasional dan bertepatan dengan long weekend, Pak penjaga itu akan mengunci seluruh ruangan di kampus ini.

Cerita Pendek - Separuh HatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang