BAB 2 -CINDERELLA WISHES-

251 9 1
                                    

Widi mengerutkan keningnya ketika melihat seorang pemuda berdiri di depan gerbang kosannya. Ia bersandar di tembok pembatas pagar, kepalanya tertunduk menatap jalanan di bawah kakinya, kedua tangannya tersembunyi di dalam saku jeansnya.

Suasana pagi yang mendung membuat Widi mengenakan pakaian hangatnya, namun ketika menyadari siapa yang berdiri di depan gerbang kosannya, hawa dingin itu terlupakan begitu saja. Widi berlari pelan menghampiri sosok Fathan yang langsung mengangkat wajahnya ketika mendengar langkah kaki Widi semakin mendekat.

Senyuman Fathan sontak mengembang lebar ketika melihat sosok Widi sudah berada di belakangnya. Untuk beberapa saat mereka hanya berdiri saling bertatapan tanpa mengatakan sepatah katapun, tersenyum satu sama lain.

“Cieee Widi!! Fathan!!” goda Raisa dari lantai atas. Ia baru saja akan berangkat ke rumah sakit tempatnya bekerja, tangan kirinya menenteng tas tangannya, sedang tangan kananya membawa handuk yang hendak ia jemur. Wajah Widi langsung memerah malu, sedangkan Fathan langsung mengadah untuk menyapa sosok cantik Raisa.

“Hai kak Raisa!” sapanya dengan riang.

“Jadi kalian sekarang pacaran?” tanya Raisa seraya menuruni tangga.

“Eh… nggak kok ka…” jawab Widi gugup.

“Iya juga nggak apa-apa kok Wid, lagian aku setuju, tuh Fathan aja udah romantis banget pake acara ngejemput kamu segala.”

“Hahaha kak, aku kesini karena dia punya utang pin bb temennya,” ujar Fathan santai. Widi tertegun mendengar jawaban Fathan, kemudian ia tersenyum tipis mengiyakan.

“Temen Widi? Siapa?”

“Shandy…”

“Shandy?” Raisa menatap Widi yang hanya terdiam dengan kening berkerut.

“Kak Raisa kenal dia?” tanya Fathan penuh antusias. Raisa mengangguk pelan, segores keraguan menghiasi wajahnya yang cantik. “Kak Raisa punya nomornya? Widi pelit banget dari semalem aku pinta.” Adu Fathan.

“Hm… kalau kontaknya sih aku juga nggak ada. Eh aku duluan yah, harus apel pagi.” Ujar Raisa seraya melambaikan tangannya kepada kedua mahasiswa itu.

“Kak Raisa nggak di jemput kak Niko?” tanya Widi.

“Ketemu di depan gang aja, kalian hati-hati!” ujarnya seraya berlari tanpa menoleh lagi. Fathan menatap sosok cantik Raisa yang setengah berlari dengan mata menyipit heran. Ketika ia menoleh kepada Widi, gadis itu malah mengangkat bahu tak tau menau.

“Yuk kita ke kampus, sebentar lagi masuk.” Ujar Fathan seraya berjalan mendahului Widi.

Widi menghela nafas panjang untuk menghalau segala keresahan di dalam dadanya, matanya menatap punggung bidang Fathan dengan pandangan nanar. Jemarinya mengepal keras, mencoba menahan sebuah amarah yang tidak memiliki alasan sama sekali.

Begitu dekat… mungkin ia hanya membutuhkan satu langkah untuk mengejar sosok Fathan, namun rasanya, meski ia berlari secepat kijang-pun, ia tidak akan pernah bisa mengejar sosok sahabatnya itu. Terlalu jauh dari gapaiannya.

***

Hari itu kampus tampak cukup ramai, mengingat hari itu adalah hari terakhir mahasiswa baru untuk melakukan regristasi ulang sebelum mengikuti OSPEK. Fathan bersiul-siul ketika melewati seorang mahasiswi baru yang mengenakan rok mini, membuat Widi gerah melihat kelakuannya.

“Heh sopan sedikit kenapa?!” tegur Widi seraya menyikut perut Fathan.

Fathan menatap sinis gadis itu, kemudian melenggang tak acuh. “Mereka aja nggak berupaya menghormati diri mereka sendiri, kenapa gue harus menghormati mereka?” ujarnya sambil lalu.

Broken CinderellaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang