Empat

49 4 1
                                    

"Iya ma."

".........."

"Sabar dong."

"........."

"Aku otw."

"........."

"Sayang mama."

Dirga berjalan menyusuri jalan setapak ditaman dekat rumahnya. Awalnya, dia memang berniat melakukan lari sore. Namun lantaran sifat mamanya yang cerewet membuat dia harus segera pulang.

Belum sempat dia memasukkan handphone-nya kedalam saku jaket yang dia kenakan, handphone-nya berbunyi, lagi. Dirga mendengus pelan dan perlahan melihat layar handphone-nya.

+6281398454327 is calling...

Dahinya berkerut melihat sederet nomor yang tak dikenal. Perlahan, ditempelkan layar handphone-nya ke telinga kirinya.

"Halo?"

"........."

Hening.

Dirga tak menjawab ucapan dari nomor tadi. Pasalnya, ucapan sang penelpon membuatnya kaget. Dilihat kembali nomor yang tertulis disana. Kemudian, dipencetnya tombol loud speaker untuk memastikan pendengarannya tidak salah.

"Bang Damian?"

Hening sejenak dan dilanjutkan dengan pekikan tertahan seseorang.

"Eh, maaf salah nomor. Umm... Dirga kan?"

Seketika Dirga merasa dia tak ingin menutup panggilan telepon tadi.

*

Athaya merutuki dirinya saat ternyata dia salah menelpon orang. Bahkan otaknya sempat berhenti saat melihat siapa yang dia telepon barusan.

Dirga Erlangga.

Dia bahkan bingung bagaimana nomor Dirga bisa masuk kedalam handphone-nya. Seingat Athaya, kemarin dia hanya meminjamkan handphone kepada Aldan yang sedang kebingungan mencari transportasi untuk pulang.

"Goblok," kata Athaya sambil menepuk dahinya pelan. Diucapkannya kalimat tadi berulang-ulang. Bahkan rasanya Athaya ingin bersembunyi di dalam lubang yang sangat kecil.

Dering handphone-nya berbunyi sekali lagi. Dia menghela nafas dan perlahan melihat siapa yang menelponnya.

Bang Ian is calling...

"Halo bang?"

"........."

"Lu kena tilang?!"

"........."

"Oh, keselek tulang. Kirain kena tilang"

"........."

"Bang. Ini kenapa nomor Dirga ada di handphone gue?"

"........."

"Tadi gue mau nelpon lu. Tapi salah pencet jadi nelpon Dirga. Kampret emang lu bang"

"........"

"Oke. Sayang abang"

Klik.

Athaya menghela nafas. Dia kemudian terduduk lemas di sofa ruang tamu. Kebetulan, ibu dan ayahnya tengah berlibur ke Bandung selama lima hari. Jadi, dirumah hanya ada Athaya, Damian dan pembantu mereka Mbok Sarti.

Pikirannya berkelana ke saat pertama kali dia mengenal Dirga, saat pertama kali dia bertemu Dirga dan saat pertama kali Athaya mendengar suara tegas namun lembutnya. Tanpa dia sadari, senyumnya terbit saat mengingat tatapan Dirga pertama kali.

UnseenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang