Wedding Day

110 4 0
                                    

"Anakku akan menikah, bunda akan kehilangan satu anak gadis bunda" wanita bersetelan baju kebaya itu memandang anaknya penuh haru.

"Ya ampun bun, masih ada dua lagi anak gadis bunda. Jangan serakah berikan anak gadismu yang satu ini pada orang yah" wanita itu tersenyum mendengar jawaban anaknya yang satu ini, berbeda dari kedua anaknya yang lain.

"Apa tidak sebaiknya ditunda nak, apa tidak masalah kalian seumuran masih muda pula" rasa khawatir tergambar jelas diwajah wanita itu, tangannya tak henti membelai rambut anaknya.

"Bun..."

"Sayaaaang, bunda khawatir. Tidak bisakah menikah dengan yang lebih dewasa" wanita itu mulai merajuk menumpahkan rasa khawatirnya.

"Haha... bunda ini, emang gak malu anaknya batal kawin? "

"Hhhmmm malu juga sih" gadis itu tertawa mendengar jawaban lugu sang bunda.

"Inez janji bun akan bahagia sebisa inez" mereka saling berpelukan.
~~~
Faisal menarik nafas dalam-dalam "saya terima nikahnya dan kawinnya Inez Larisa dengan mas kawin tersebut tunai" ucapnya mulus bebas hambatan, setimpal dengan usahanya semalaman berlatih dengan ayahnya.

"Bagaimana saksi, sah?" Penghulu berkumandang, namun tidak ada satupun yang menyaut, rasa was-was menyergap Faisal.

Dalam hitungan ke-10 barulah terdengar "saaaaah" Faisal baru menyadari bahwa dirinya baru saja dikerjai, bahkan inez pun tertawa disampingnya tanda bahwa dia tau rencana itu.

Faisal hanya cemberut, tapi tidak dapat menahan senyumnya karena kebahagiaan yang membuncah. "Kamu ngerjain aku hmmm? " bisiknya pada wanita yang sudah jadi istrinya.

"Ciee udah ngajak ke kamar tuh bisik-bisik, gak usah malu-malu ampe bisik-bisikkan" celetukkan kakaknya Faisal membuat pasangan pengantin itu melotot, karena sekarang semuanya sedang tertawa.

"Udah cal bawa aja sono, " semuanya terus membully inez dan ical.

"Apaan sih kak" inez benar-benar malu, lalu menyembunyikan wajahnya didada ical.

"Aduh inez udah gak tahan tuh" semuanya terus tertawa,

"Udah dong, biasanya inez bikin orang malu sekarang dibikin malu. Kasian" ucapan ical mendapat hadiah cubitan

"Awww "

"Tuh kan udah maen cubit, positif udah gak tahan tuh inez " tingkah mereka terus saja jadi bahan bully an.
~~~
Setelah lelah seharian menghadapi kekonyolan para tamu yang seharusnya mendoakan malah membully habis-habisan mereka berdua akhirnya mereka bisa beristirahat barang sejenak untuk selanjutnya memboyong inez kerumah Faisal.

Sebenarnya inez enggan jika harus tinggal bersama  orangtua ical, pasti akan sangat canggung pikirnya. Tapi bagaimana, inilah persetujuan dan keharusan bahwa inez harus ikut dengan suami.

"Icaal"

"Hmmm" gumam ical yang sedang merebahkan tubuhnya.

"Berapa lama kita akan serumah dengan ortu kamu?" Tanyanya penuh harap bahwa ical akan menjawab secepatnya.

"Sampe aku punya uang setidaknya untuk membeli apartemen" jawab ical sambil melirik istrinya yang sedikit cemberut."kenapa?" Tanyanya

"Kapan? Lama pasti, sekarang kamu masih kuliah" inez menjawab pertanyaannya sendiri, karena itulah kemungkinannya.

"Kenapa memang?"tanya ical sambil memejamkan matanya.

"Ya gak enak aja" ical gak bisa pura-pura tidak mengerti maksud inez, tapi ia yakin inez juga akan terbiasa nantinya.

"Udah akrab juga nanti biasa" inez mendesah pasrah, inilah keputusan suaminya.

"Sini rebahan" ical menepuk tangan yang dijulurkannya agar inez tidur dilengannya, inez hanya menurut. Setelah inez sudah tidur dilengannya ical membelai wajah inez, inez hanya terdiam memandangi wajah ical yang terlihat lelah namun bahagia. Tangannya memeluk tubuh ical menepuk-nepukkan telapak tangannya dipunggung ical hingga mereka terlelap bersama.
~~~
"Apa tidak ada yang ketinggalan?" Tanya ical sebelum masuk kedalam mobil.

"Ya bagus kalau ada yang ketinggalan bisa kesini lagi nanti" ical hanya mendecak lalu membukakkan pintu mobil untuk inez.

"Makasih" ucap inez dimanis-maniskan.

"Jijik aku, udah masuk" celetuk ical.

"Bun, liat ical jahat" adunya, menirukan anak kecil yang membuat semuanya tertawa.

"Udah sana jangan manja, sekarang udah saatnya kamu yang manjain suami" tawa semakin pecah...inez hanya memberenggut.

"Mam, yah gak di mobil ini?" Tanya inez saat melihat keluarga ical masuk mobil dibelakangnya.

"Gak usah, siapa tau kalian mau mampir dulu di hotel" celetuk Amara, kakak Ical.

"Enggak bakalan, kita akan sewa kost an buat semalem" balas ical, lelah dengan bully an kakaknya.bukannya marah, Amara dengan yang lainnya tertawa.

Selesai bercanda ria, dan lambai melambaikan tangan akhirnya mereka berangkat menuju rumah ical.

"Ide yang bagus juga cal" kata inez memulai pembicaraan.

"Apa?"

"Sewa kost an, kan memang kamu sebelumnya anak kost" ical menarik nafas dalam-dalam.

"Nez kamu gak nyerah juga yah, udah aku bilang kan" suaranya sedikit meninggi, jengah dengan pertanyaan dan usulan inez.

"Tapi itukan lebih baik" inez juga sudah terpancing, gereget usulannya selalu ditolak.

"Lebih baik apanya sih nez? "

"Kamu lebih deket ke kampus, kita bisa mandiri " sebisa mungkin inez mencari alasan agar disetujui atau setidaknya bisa dipertimbangkan ical.

"Kalau aku sendiri kost aku bisa, bisa jaga diri tapi sekarang aku ada tanggung jawab lain nez. Kamu!" Bentak ical, inez merasa segalanya sia-sia langsung memalingkan pandangannya keluar jendela mobil melihat gelapnya diluar sana. Sama seperti pikirannya saat ini, suram.

Dihati lain, Ical merasa bersalah membentak inez sesekali ia melirik kearah inez yang memalingkan wajahnya. Pikirannya gusar, lalu membelokkan mobilnya kearah kanan yang sebenarnya bukan arah kerumahnya.

Inez melihat kearah ical, meminta jawaban tapi nihil karena ical hanya fokus pada jalan. Inez memejamkan matanya lelah, dia ingin tau tapi mulutnya sangat malas untuk digerakkan. Inez memutuskan untuk ikut saja tanpa protes.

WEDDINGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang