Ini rasanya?

36 3 0
                                    

"Ical, besok kamu udah kuliah lagi?" Tanya inez yang sedang mengikat rambutnya sambil memperhatikan suaminya dari cermin dihadapannya. Sedangkan Ical sedang sibuk mengetik tugas kuliahnya yang sudah terabaikan beberapa hari ini.

"Hmmm" Ical hanya bergumam, karena konsentrasinya tertuju pada tugasnya. Ada rasa terabaikan memang, tapi ia tahu bahwa sekarang ia harus mengerti bukan hanya harus dimengerti.

"Kamu gak cape? " ical menatap inez penuh permohonan, dan inez mengerti kalau ical tidak mau diganggu saat ini.

"Aku mau keruang tv kalau begitu" setelah inez berpikir panjang .
~~~
Suara tv terdengar, menandakan bahwa inez memang sedang diruang tv, dengan langkah pelan ical menghampiri inez yang ternyata sudah tertidur. Ical tersenyum bahwa sekarang inez hanya miliknya.

"Inez, bangun jangan tidur disini" tepuknya halus pada pipi inez.

"Mmmmm, apa acaranya sudah mulai? "Tanya inez masih setengah tidur.

"Acara apa? Reunian, kamu mimpi reunian hmmm? "

"Acara tv ical" kesal inez

"Oh kirain, acara apa?" Tangannya menarik kepala inez tidur dalam dekapannya.

"Itu, big movies" ical mengacak rambut wanita dipelukannya.

"Belum, sekitar 15 menit lagi... udah tidur aja udah ngantuk gitu juga" inez mengerucutkan bibirnya dengan sindiran ical.

"Kamu aja yang tidur, besok kan kamu kuliah" balas inez sengit sambil menjulurkan lidahnya.

"Dasar keras kepala dan gak peka" gemas ical sambil mengeratkan pelukannya, dan inez tertawa geli melihat niat terselubung disetiap kata-kata ical.
...
Lima belas menit berlalu, acara yang ditunggu pun dimulai. Sepuluh menit berikutnya iklan pun tiba, lima menit berikutnya acara kembali tapi mereka berdua sudah masuk cerita masing-masing dalam mimpi.
~~~
Pagi menjelang, kendaraan telah berlalu lalang, aktifitas manusia sudah dimulai. Kedua sejoli itu juga tengah bekerjasama membereskan tempat tidur, saling membetulkan pakaian. Seperti yang dibayangkan.

"Oh tampannya, ayo berangkat" ajak inez.

"Ayo?" Ical menghentikan aktifitasnya, mencerna satu kata dalam rentetan kalimat yang sebenarnya sederhana. Inez mengerutkan kening, menelaah kembali perkataannya yang dirasa normal. Kemudian mengangguk bahwa benar ical mendengar kata 'ayo' memang apa yang salah.

"Ayo, berarti kau akan ikut?" Tanya Ical kembali ditambah penjelasannya.

"Ayolah Ical, maksudku ayo kita keluar aku akan mengantarmu sampai depan. Kau ini, kenapa mempermasalahkan itu." Jelas Inez dengan kata sejelas-jelasnya, memilih kata yang tidak memungkinkan akan ada dua makna yang akan membuat kelemotan Ical tambah parah.

"Oh, kamu sih udah tau aku begini" Inez diam, antara jengkel, sebal dkk.
~~~
"Ical udah berangkat, aku dirumah? Ngapain" ada sedikit penyesalan sebenarnya kenapa ia tidak mencari pekerjaan dulu sebelum menikah.

Dipandanginya vas bunga kecil dihadapannya yang berisi setangkai bunga mawar yang sudah diawetkan. " kau sama sepertiku" gumam Inez tanpa sadar.

"Aku ingin sekali berkuliah, tapi tidak mungkin meminta pada Ical. Ical saja masih dibiayai orangtuanya, itu berarti aku akan menambah beban mereka" Inez mendesah lagi dan lagi, pikirannya berkelana kemana-mana saat sendirian.
~~~
Jarum jam panjang telah melewati sekitar delapan angka, itu artinya sebentar lagi Inez akan kembali berjumpa dengan Ical.

"Aku pulang" dengan semangat Ical meneriaki seisi rumah, kata ajaib yang sudah sejak lama ingin ia ucapkan, kata ajaib yang ia bayangkan adalah mantra untuk memanggil bidadarinya.

"Inez aku pulang" teriaknya lagi, tapi nihil tak seorangpun menyahut.

"Oh jadi cuma mau manggil Inez aja biar nemplok huh?" Tiba-tiba suara yang tidak diharapkannyalah yang menyahut, suara kakaknya Amara.

"Dimana Inez kak?" Tak menggubris apa yang dikatan kakaknya Ical masih fokus pada tujuan awalnya.

"Yang suaminya kan kamu cal" balas Amara dengan cuek.

"Kan kakak yang duluan dirumah, munkin kakak udah ketemu sama Inez" Amara menatap datar Ical.

"Tidak" satu kata itulah yang meluncur dari mulut Amara, lalu berlalu meninggalkan Ical.

"Ayolah kak, kau pasti tau" Amara yang sudah setengah jalan menuju lantai dua kembali berhenti.

"Ical kau bisa mengeceknya sendiri bukan dikamarmu?" Tanpa berbalik, lalu melanjutkan perjalanannya.

"Kak" baru saja satu langkah berjalan Amara kembali berhenti.

"Apalagi Ical?" Kini dengan nada tinggi, dia berbalik menampakkan wajah garang khasnya.

Ical hanya nyengir "makasih sarannya" pundak Amara langsung saja merosot mendengarnya.

"Ya tuhan cobaan apa yang Engkau berikan pada hamba" gerutunya sambil melanjutkan langkahnya.
***

Terimakasih pada teman-teman yang terus mendukung meski berapa kali aku mengatakan aku akan menyerah 💝

WEDDINGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang