Nyatanya kau seperti bintang di malam hari
Aku terus memandangnya seakan bintang itu sangat dekat
Namun kenyataannya aku hanya dapat memandangmu dan
Tak akan pernah menyentuhmu
*****
Seminggu sudah semenjak kejadian pertumpahan air mata malam itu. Layaknya sepenggal raga yang kehilangan jiwanya, sookyung bertekad untuk tetap menjalani kehidupannya. Berkali-kali oppanya mengingatkan bahwa ia tidak seharusnya sesedih ini, tapi mungkin memang terasa amat menyakitkan ketika perasaanmu dianggap salah.
Ditemani suara riuh lingkungan dan sengatan cahaya matahari, sookyung melangkahkan kakinya setelah turun dari mobil appanya. Langkahnya terlihat berat, kepalanya terus tertunduk, dan tatapannya kosong.
"aisshh...haruskah aku menyewa seorang penghibur untukmu?" ujar Jaehyun yang kini mensejajari langkah adiknya.
Tidak ada jawaban, hanya gelengan kepala yang Jaehyun dapatkan. Pemuda yang berstatus sebagai kakak laki-laki sookyung itu menghela nafasnya perlahan.
"sookyung-ah!" panggilnya. Sang adik berhenti dan memandang kakaknya.
"berhentilah!" ujar Jaehyun.
"aku sudah berhenti, oppa."jawab sookyung.
"berhentilah seperti ini, dan kembalilah sebagai adikku yang dulu." Ucap Jaehyun.
"mengapa aku harus kembali?" tanyanya.
"kau harus menerima apapun yang tuhan berikan, dan berusahalah untuk tetap hidup. Setidaknya tuhan masih memberimu hidup hingga hari ini. Bersyukurlah dengan tetap melanjutkan hidup." Jelas oppanya.
"sudahlah, aku akan melewatkan jam pelajaran pertama jika harus menasehatimu seperti ini." Tukas Jaehyun lalu berjalan mendahului sookyung yang masih berdiri mematung, sambil mencerna apa yang oppanya katakan barusan.
****
Bel istirahat baru saja menggema, seluruh siswa memulai aktifitasnya sesuai dengan kebutuhan mereka. Sookyung menghela nafasnya pelan, kemudian berdiri dan merapikan beberapa peralatannya yang ada di meja. Ketika sookyung melangkahkan kakinya, eunmi buru-buru memanggil.
"sookyung-ah?"
Sang pemilik nama hanya berbalik lalu tersenyum, "kau harus menjadi lebih baik." Ucap eunmi. Melihat sahabatnya tersenyum untuk menyemangatinya, sookyung merasa tak sanggup menahan air matanya. Akhir-akhir ini ia jarang menghabiskan waktu dengan eunmi, dengan dalih karena ia ingin sendirian. Air mata itu jatuh begitu saja, menuruni kedua pipinya.
"ne..." sebuah kata dua huruf, hanya itu yang ia ucapkan lalu berjalan keluar kelas.
Eunmi hanya tersenyum menatap punggung sookyung yang keluar melalui pintu. Dalam hatinya ia yakin, bahwa sookyung mampu melewati semuanya. Ya, semuanya. Mungkin saat ini ia hanya butuh waktu untuk menata kembali kepingan dirinya yang berserakan.
****
Derap langkah kaki menggema di ruangan kosong, langkah kaki itu berjalan sangat pelan menuju panggung. Sookyung tertunduk, otaknya memutar semua ingatan tentang seseorang yang pernah menjadi semangat hidupnya. Kenyataan yang pahit pun tak luput dari pikirannya, hal yang mustahil bila harus menyukai seseorang yang tak boleh dicintai dan tak ingin dicintai.
Langkahnya terhenti ketika tubuhnya telah berada di atas panggung, matanya menatap sendu piano hitam di hadapannya. Semua ingatan itu tiba-tiba hadir, mulai saat ia pertama kali masuk ruangan ini, kemudian kali pertamanya memainkan lagu dengan piano itu, lalu ketika Mark sunbae menyanyikan lagu untuknya, dan ketika ia mendapat pujian yang sanggup membuat hidupnya 1000% lebih baik.
KAMU SEDANG MEMBACA
PROMISE [Mark Lee FanFiction]
Short StorySebuah cerita cinta pertama pada senior yang..... begitulah