“Aku mencintainya, lebih dari apapun. Tetapi, apakah cinta itu selalu memiliki? Sepertinya, tidak. Sama seperti kisah cintaku ini, aku tak bisa memiliki dia. Seseorang disana yang aku sangat cintai dari awal aku melihatnya, aku tidak tahu apa yang ada didalam hatinya apakah ia mencintaiku juga? Ataukah ia hanya melihatku sama seperti gadis-gadis yang lain dan tidak mempunyai perasaan apapun.
Aku mencintainya, tanpa ia ketahui aku benar-benar mencintainya. Aku tak tahu, apakah ia dapat membalas perasaanku dan menyamakan perasaanku. Ntah, aku tak tahu tetapi aku tetap mencintainya apapun yang terjadi.
Aku mencintainya layaknya seseorang yang menunggu bis di stasiun. Bis itu takkan datang menghampirinya, melainkan kereta-kereta yang akan menghampirinya.
Mungkin diluar banyak yang lebih-lebih dari kau, dan selalu peka terhadap perasaan seseorang. Tetapi, aku tetap mencintainya.
Walaupun aku begitu mencintainya tetapi aku relakan dia untuk seseorang yang tak bisa lagi kusebut sebagai teman.
Bisa dibilang, hatiku lelah. Hatiku tidak terbuat dari baja dan besi, hatiku takkan bisa menunggu dirimu lebih lama lagi. Tetapi, aku harus tetap menunggumu agar kau sadar ada yang sangat mencintaimu.
Bisa dibilang, kakiku terlalu lelah untuk menunggu bila aku diibaratkan seseorang yang terus menunggu lelaki yang tak pernah tau bahwa ia sangat mencintai lelaki itu.
Aku terus bertanya-tanya mengapa kau memilih dia. Memang, memang aku sudah relakan dia bersamamu tetapi itu hanya dimulutku saja sejujurnya aku tak rela. Sungguh aku tak rela dia menggandeng tanganmu, dia memelukmu, dia menciummu semua itu harusnya aku yang lakukan! Bukan dia, dia yang mengkhianati aku. Dia yang merasa dirinya sangat perfect padahal, didunia ini tak ada yang sempurna.
Maaf, tidak ada kata-kata lagi yang harus kuucapkan kepadamu. Aku cukup menerima kenyataan pahit ini sendirian saja, semoga tak ada lagi gadis-gadis lain yang kau tak tahu bahwa ia sangat mencintaimu. I love you, to the moon and back. To infinity, and beyond.” Dei mengakhiri tulisannya, lalu menyimpan kertas itu di kotak untuk menyimpan surat-surat yang ia bikin tetapi tidak berani ia kirimkan itu.
“Hei! Aku sudah menatap kosong lembaran ini, aku tak tahu apa yang aku ingin tuliskan disini. Memang aku bersama Valencia, tetapi hatiku hanya untukmu, Dei. Hanya untuk satu orang yang selalu membuat fikiranku melayang-layang memikiran kau sedang apa? Kau berada dimana? Kau baik-baik saja atau tidak. Hanya itu, yang membuatku mengingatmu. Ingatkah? Kau bilang, kau rindu padaku? Ingatkah? Kau bilang, kau sayang padaku? Haha, I’m so fool yeah? Aku tak menyangka, kalau itu benar-benar tulus dari mulutmu, Dei. Maaf, ini harus kulakukan. Sebenarnya, aku tak mencintainya. Sama sekali tidak, karena aku hanya menginginkan dirimu. Ada beberapa hal yang tak perlu ku kasih tau kepadamu, biarkan aku dan beberapa orang yang menyuruhku berbuat untuk memacari Valencia yang tau. Apa kabarmu saat ini, Dei? Ku harap kau baik-baik saja, jangan lupakan aku. Jodoh, takkan lari kemana-mana. Ku harap, kau masih ada perasaan denganku bila aku telah bebas dari semua ini. Aku mencintaimu, selamanya.” Surat yang ditulis oleh lelaki yang disebut-sebut Dei tadi itu dimasukkan lelaki itu ditumpukkan surat yang tak berani ia kirimkan ke Dei.
You never know, if you never try.
Aku balik lagi bikin penasaran kalian. Ditagih mulu nih sama Dei, dan lagi-lagi aku bikinnya spontan disaat aku mau belajar. Hehe, comment, share and vote! ^^
KAMU SEDANG MEMBACA
Together [CANCELED]
FanfictionCopyright © 2013 by Shanianglst. All Right Reserved Deiva Delisha, seorang directioner dari Indonesia yang beruntung dapat berinterkasi bersama the boys dalam acara 1DDAY. Mereka mungkin banyak yang tidak tahu bagaimana kehidupannya, sebenarnya. Mer...