Setelah aku meminta beberapa crew untuk mencari data-data pemenang berinteraksi bersama One Direction yang dari Asia dan aku menemukan datamu, Dei. Aku sangat bersemangat untuk menghubunginya. Sayang, Dei tidak mengangkat telfonku karena aku tahu dia takut mengangkatnya.
Tetapi, keajaiban ada ditanganku, ternyata Dei bisa FaceTime. Aku meng-callnya dan Dei angkat. Aku senang melihat Dei ketika kaget. Dia anak yang lucu. Sungguh, aku tidak akan menggigitnya tetapi kenapa dia tampak ketakutan?
"Aku tidak akan menggigitmu," kataku.
"Te-tapi--duh--" katanya dengan gugup.
"Aku bukan--ergh--bukan--takut. Tapi--aku--gu-gu-p," katanya. Oh, ternyata dia gugup karena berinteraksi denganku.
"Andai saja aku bisa memelukmu, aku akan menenangkanmu," kataku. Aku melihat mukanya memerah.
"Haha, bukankah menelfonku dengan menggunakan nomor ponselmu sendiri merupakan sebuah pelanggaran?" tanya Dei. Ya, memang kita tidak boleh menelfon fans. Tetapi, ini semua karena dia membuatku tertarik.
"Ya, itu benar," kataku dengan muka sedih. Apakah aku akan dikeluarkan dari One Direction kalau itu ketahuan?
"Niall!" oh, Louis mengangguku!
"Ya, ya sebentar!!" kataku.
"Dei, I'll call you later," dia mengangguk dan memberikan senyuman mematikan itu.
Louis, kenapa kau selalu menggangguku disaat aku sedang senang?
Halo, ini semuanya gue ganti jadi Diarynya Niall. Semua kata-kata di Sinopsis emang kesannya gak nyambung. Tapi nyambung kok. Sabar aja.
KAMU SEDANG MEMBACA
Together [CANCELED]
FanfictionCopyright © 2013 by Shanianglst. All Right Reserved Deiva Delisha, seorang directioner dari Indonesia yang beruntung dapat berinterkasi bersama the boys dalam acara 1DDAY. Mereka mungkin banyak yang tidak tahu bagaimana kehidupannya, sebenarnya. Mer...