Hari-hari terus berganti tanpa bisa kita hentikan, rutinitas alan pun selalu begitu sangat membosankan. Awal di pagi hari ia bangun kemudian memegang sapu untuk membersihkan rumah, lanjut menyapu halaman. Dan di pagi-pagi sekali di memasak air untuk menuangkan ke dalam termos dan teko tua warisan dari mbahnya yang sudah meninggal semenjak 3 tahun yang lalu.
(Mbah adalah sebutan nenek bagi orang jawa)Yang biasanya si mbah memasak air di tungku saat pagi buta sekali setelah melaksanakan sholat subuh. Sembari menghangatkan tubuhnya yang sudah rentan, duduk di dingkling didepan tungku untuk memastikan api agar tetap menyala di angsurnyalah kayu itu ke dalam tungku tersebut.
(Dingklik adalah tempat duduk kecil yang terbuat dari kayu)Namun sekarang sudah berubah keadaan dapur telah di rehab oleh ayahnya dan di gantikan tungku itu dengan kompor gas.
Entah alan pun tak tahu kapan dapur yang banyak kenangan bersama sang nenek itu di rehab. Karena 3 tahun lamanya dia tinggal di pondok pesantren sambil sekolah hanya saat liburan tiba dia bisa berkunjung ke rumah nenek. Saat neneknya meninggal memang sempat alan ada di rumah pada siang hari namun di sore harinya neneknya tersebut di panggil oleh Allah untuk pulang tanpa kembali lagi ke bumi. Seperti hanya ingin bertemu dengan alan baru saja beberapa jam alan menatap wajah sang nenek. Namun Allah begitu cepat mengajak neneknya pulang ke rahmatullah.
Innalillahi wa innalillahi rojiun.Belum sempat alan membahagiakan sang nenek yang selama ini telah mengasuh, mendidik dan memberikan kasih sayang padanya.
Alan sangat histeris pada saat itu bahkan dia sangat lemassss sekali bahwa ternyata sang nenek yang di cintainya itu telah tiada lagi di sampingnya.
Memang keluarganya tidak memberitahu saat neneknya sedang di rawat inap di rumah sakit, karena pada saat itu pula alan sedang sibuk-sibuknya mempersiapkan UN yang sebentar 2 minggu lagi.
Oleh karena itu, dia sangat marah mengapa tidak ada yang memberi kabar bahwa neneknya sedang sakit.Alan di gotong oleh mang ucu di pindahkan ke kamarnya.
"Sudah Lan, sudah.. Jangan menangis lagi.Allah telah memanggil mbah, mbah sudah tenang di samping Allah"ucap mang ucu menenagkan alan. Alan hanya terisak-isak tangis dan membanjiri wajahnya dengan air mata.
Alanpun mulai menangkan hatinya, dia ingat kata ust nya semua yang benyawa pasti akan meninggal, dan itu sudah sunnatullah. Dan juga memanglah usia mbahnya sudah sangat tua.Alan membuka pintu kamarnya dan menuju ruang tengah yang begitu ramai dengan orang-orang untuk melayat dan membacakan surat yassin.
Akhirnya alan mengambil wudhu dan mengambil al-qur'an membacakan surat yasiin di depan jenazah neneknya. Dengan terisak-isak suara tangis sambil membaca setiap ayatnya.
" Ya Allah, kenapa kau ambil duluan mbah ku sebelum aku membahagiakannya" usik alan dalam hati
Dia tak sanggup melihat jenazah neneknya yang sudah di tutupi kain kafan.Esoknya jenazah neneknyapun di makamkan, setelah di sholatkan di masjid. Alan berserta rombongan keluarga besarnya mengantarkan sang nenek ketempat peristirahatannya yang terakhir.
Kepergian seseorang yang sangat kita sayangi sangatlah sulit untuk kita terima apa lagi kepergian untuk selama-lamanya. Namun rizki, jodoh, dan maut hanya Allah yang tahu dan semua telah diatur sebelum kita di lahirkan di dunia 1000 tahun lamanya yang telah tertulis di lauful mahfudz.
Terima & ikhlaskanlah karena kita, juga dunia dan isinya ini milik Allah maka semua akan kembali pada Allah.(innalillahi wa innalilahi rojiuun)
***
Huuuf ceritaaaa awalnya mengingatkan kita pada kematian.
Kematian itu sudah pasti bagi yang bernyawa mau masih muda, tua, anak-anak, remaja kalo sudah saatnya tidak bisa kita hindari dan kita tidak bisa mengumpat di kolong meja.
La illaha illallah ya Allah..Kehilangan adalah guru terbaik dari keikhlasan. Kalo sudah tiada mau gimana lagi kita harus ikhlas agar sang nenek pun tenang di alam kuburnya.