Author Point Of View
-
-
-Diperjalanan pulang. Handphone Shania terus berdering hebat tanda panggilan masuk tapi dihiraukan oleh sang pemilik, Shania justru lebih terfokuskan pada novel yang ada ditangannya.
"Non itu telponnya nggak diangkat?" Tanya sang supir, Shania menggeleng.
Sekitar 30 menit kini akhirnya mobil yang ditumpangi Shania telah terparkir rapi di halaman rumahnya.
Shania berjalan memasuki rumah tersebut, ia berjalan menuju ruang keluarga yang sudah terlihat Devan berdiri tegap menunggu kedatangan putrinya.
"Shania! Papi sudah perintahkan pak agus untuk langsung pulang, tapi kenapa kamu jam segini baru pulang? Ingat kondisi kamu!" Ucap Devan dengan nada tinggi.
"Maaf Pi, tadi Shania suruh pak Agus buat mampir ke rumah pohon sebentar" Jelas Shania.
"Papi enggak mau tau alasan kamu Shania! Ke rumah pohon besok-besok kan bisa?!" Bentak Devan
Ini pertama kalinya Shania dibentak oleh sang Papi, dari arah dapur Maminya berjalan menuju ruang keluarga tersebut.
"Maaf Pi... Shania permisi"
PLAK
Tamparan keras dari tangan Papinya itu, menuju pipi halus Shania yang ingin melangkah melewati Devan.
"Devan!" Ve tersentak kaget dengan perlakukan Devan kepada anak bungsu.
"Sekali lagi Shania minta maaf Pi..."
Shania berjalan melewati sang Papi sampai di tangga tiba-tiba setetes air mata jatuh dipipi Shania tanpa sepengetahuan Papi dan Maminya, Ia terus berjalan sampai didepan kamarnya.
Entah kenapa ia enggan untuk masuk kedalam kamarnya, justru ia terus berjalan sampai akhirnya berada di lantai tiga ia berjalan pelan menuju taman rooftop dirumahnya.
"Devan! Yang kamu lakukan itu salah besar!" Hati ve benar-benar kalut dengan perbuatan suaminya tersebut.
"Itu Shania anak kamu Dev! Anak aku! Anak kamu juga!" Ucap Ve penuh penekanan.
Entah setan apa yang merasuki tubuh Devan? yang jelas kini kedua lutut Devan terduduk dilantai.
"Ya Tuhan! Tuhan apa yang aku lakukan barusan?" Devan benar-benar menyesali perbutannya.
"Apa kamu tidak ingat kondisi Shania down sampai sekarang! Setelah kehilangan Reyhan untuk selama-lamanya. Seharusnya kita bisa buat dia bahagia, bukan malah menambah beban dipikirannya Dev!" Sungut Ve yang sudah terlihat sekali kemarahannya pada Devan.
"Ya Tuhan... maafkan aku, aku menyesal sangat menyesal" Devan berjalan gontai mendekati Ve.
"Maafin aku Ve, maafin aku..., aku menyesal. Aku terlalu khawatir dengan keadaan Shania saat ini" Devan memeluk sang istri, begitu pun sebaliknya.
"Samperin Shania Dev, minta maaf lah kepadanya" Devan mengangguk.
Devan berjalan menuju kamar Shania.
Tepat berada didepan kamar putri kesayangannya, Devan perlahan mengetuk pintu kamar tersebut. Sudah 3 kali Devan mengetuk pintu kamar Shania, tapi sama sekali tidak ada jawaban dari dalam kamar.
Tangan Devan beralih di knop pintu kamar Shania, Tidak terkunci! Dan saat itu juga terlihat didalam kamar Shania kosong.
Kini Devan beralih berjalan menuju lantai paling atas lebih tepatnya taman rooftop berada, sudah terlihat Shania duduk di bangku putih panjang ditaman rooftop.
YOU ARE READING
What Can I Do For Someone?
FanficShania & Boby [Jangan copy-paste story ini] Berfikir keras, dengan kereatifmu sendiri.