"artur, aku mencarimu dari tadi. Kamu kemana aja?" protes Abi dengan nafas yang terengah-engah akibat dari mengejar sahabatnya yang berperawakan tinggi dan berkacamata tersebut.
"oh sorry. Aku tadi habis dari perpus buat ngembaliin buku yang aku pinjem kemaren. Soalnya sekarang dendanya mahal kalo telat ngembaliinnya." Artur coba tersenyum pada sahabatnya yang pecinta kamera dan sudah sangat mahir memainkannya.
"huh, untung aja aku ga suka minjem buku" ucap abi sambil mereka melanjutkan langkah mereka. "oh ya. Aku ada kabar baik! Kau tau, nanti akan banyak dokter yang datang ke sekolah kita untuk melakukan pengarahan, dan banyak yang bilang bahwa dokternya itu cantik dan masih begitu muda. Apa kau tertarik?" lanjut Abi.
"Abi!!" Artur meneriakan nama Abi dengan nada dan ekspresi yang begitu menyeramkan, membuat Abi merinding melihatnya.
"oke tur oke." Abi pasrah. Lagi pula siapa lagi orang yang dikenal Abi yang memiliki tatapan tajam paling mengerikan selain Artur. Walaupun tatapannya terhalang oleh kacamata, tapi tatapannya itu tetap bisa saja sampai ke hati lawan bicaranya.
Walaupun begitu, Artur tetaplah anak yang baik. Dia tidak akan mengeluarkan tatapan mematikannya ke sembarang orang. Walau dia masih anak SMA, dia telah memiliki karisma layaknya orang dewasa. Ia akan sangat hati-hati memberikan setiap keputusan dalam hidupnya.
"Bi, mampir dulu ke kosan ga?" Ajak Artur "Aku punya makanan kesukaan kamu yang ibu bawa dari rumah, kemarin ibu baru kesini dan bawa banyak makanan buat aku."
"Lain kali aja deh. Aku lagi pengen istirahat dulu. Bye. Duluan" sebelum Abi benar-benar pergi. Seperti biasa mereka melakukan jotos ala mereka.
"Ok. Bye." Artur pun masuk ke kosannya.
Kosan Artur berada di sekitar sekolah. Tidak begitu jauh, walaupun Artur ada barang yang tertinggal ia bisa berlari untuk mengambilnya, dan itu tidak memakan waktu lebih dari 7 menit. Kos-kosan tempat Artur tinggal sekarang memang begitu ramai. Walau dari 10 kamar hanya 6 yang terisi, tapi satu dengan yang lainnya sudah saling akrab. Apalagi disana merupakan kos-kosan khusus anak laki-laki yang masih sekolah maupun kuliah. 10 kamar itu jika dilihat dari depan, akan terlihat sempit, padahal didalamnya memanjang ke belakang. Bangunannya dua tingkat, 5 dibawah dan 5 diatas. Dengan halaman yang cukup luas di belakang kosan yang dirancang sedemikian rupa untuk menjadi tempat parkir dan tempat menjemur. Karena koskosan ini dikhususkan untuk anak laki-laki, jadi, sang pemilik sudah siap dengan segala yg dibutuhkan laki-laki. Hanya saja, disana hanya terdapat 2 kamarmandi. Jadi, saat ingin ke kamar mandi harus bergantian.
"Duh, siapa di dalem. Aku mau pipis nih. Udah ga tahan" teriak Artur sambil menggedor pintu kamar mandi.
"oh, Lo, Tur. Bentar ya. Gue lagi mandi nih. Masih pake sabun. Lo pipis di bawah aja!" teriak orang yang berada didalam. Dia langsung tau kalau saat ini yang sedang menunggunya itu Artur. Siapa lagi yang hari gini, masih pake aku-kamu, disana selain Artur.
"Yah, Van. Dibawah lagi dipake sama Mas David. Ayolah cepetan." Atur sudah benar-benar tidak tahan menahan panggilan alam yang mendesak untuk segera dikeluarkan, memang susah membujuk Givan, orang yang saat ini sedang mandi disana. Untuk mengalihkan rasa ingin pipisnya Artur terus menggerak-gerakkan tubuhnya kesana kemari.
"GIVAN!!!" Teriak Artur akhirnya, yang hanya disahuti oleh suara gemerisik air dari dalam.
***
"huh,Givan. Dia ga tau apa aku hampir mati gara-gara nahan pipis dari pulang sekolah" gumam Artur sambil menutup pintu kamar mandi kembali. Setelah menyelesaikan kebutuhan yang sangat mendesak tersebut. Artur langsung pergi ke kamarnya yang hanya terhalang oleh 2 kamar dari kamar mandi tersebut. Kamar mandi memang didesain berada di paling ujung lorong kosan di lantai 2 tersebut. Sedangkan yang berada di lantai 1 kamar mandinya merada dia antara kamar-kamar atau bisa dibilang di tengah.
Artur sedang mencari kunci kamarnya dari dalam sakunya. Memang, walaupun ia laki-laki. Artur termasuk anak apik pada barang-barangnya, dan diantara semua orang yang tinggal disana, Kamar Arturlah yang selalu rapi dan bersih. Baru saja Artur menemukan kuncinya, ada seseorang memanggilnya.
"Artur, ayo turun ke bawah. Kita makan bersama. Gue dah masak cukup banyak buat kita semua." Ucap seorang laki-laki yang dari wajah dan postur tubuh memang terlihat lebih tua dari Artur, tapi soal gaya? Huah jangan ditanya. Gayanya masih ala-ala anak SMA. Mungkin dia akan segera mengalami puber ke-2 nya.
"wah, asyik tuh Mas David. Tapi, emang ada acara apa? Ga biasanya nih?" Artur yang heran. Biasanya kan Mas David itu paling ga mau makan ditemenin? Gumam artur dalam hati.
"ah. Gue baru aja gajian, Tur. Yuk, Gue duluan ke bawah. Jangan lama-lama" ucap seorang yg seing Artur panggil Mas David itu. Dan dia mulai berpikir, 'sekarang akan ada kejadian apa? Semoga mas david selamat sampai kamar nanti'.
***
Acara makan-makan antar anak kosan tersebut diadakan di halaman dengan tikar sebagai alasnya.
Dipertengahan acara makan mereka. Tiba-tiba...
"hah udah aku duga. Mas David pasti bakal kayak gini" ucap Artur setelah melihat Mas David, dengan polosnya bangun menuju teras kamar kosan, meringkuk diatasnya , dan kemudian tertidur dengan lelapnya.
"itulah kenapa Mas David jarang mau makan bareng. Dia kalo kekenyangan suka lupa diri. Dan lihat sekarang." Ucap seseorang yang mukanya hampir mirip dengan Mas David. Menghampiri Mas David dan mencoba mengangkat tubuthnya.
"udahlah Za. Biarin aja dulu. Ayo selesaikan dulu makanmu." Ucap Astra pada adiknya mas David yang masih seumuran dengan Artur, bernama Zafar. Astra memang orang yang paling bijak disana.
"tapi koq bisa Mas David kayak gitu?" Givan yang selalu ingin taupun coba menanyakannya. Semua matapun tertuju pada Zafar sekarang.
"ah, jangan liat gue kayak gitu." ucap Zafar sambil senyum garing dan menggaruk lehernya yang sepertinya sama sekali tidak gatal. "entahlah, Mas David memang begitu. Kalo dia makan bareng-bareng pasti dia akan makan dengan lahapnya. Setelah kenyang iapun akan tertidur. Makanya dulu Mas David tuh bisa dibilang gemuk. Tapi, setelah dia jadi anak kos. Dia jadi kurusan. Mungkin dia jarang makan kenyang. Dia kalo makan emang harus ada yang nemenin, kalo mau makannya sampe kenyang." Tutur Zafar kemudian.
"sepertinya cukup berat menjadi Mas David." Ucap semuanya serentak kecuali Zafar. Entah mengapa mereka bisa serentak seperti itu. Zafar hanya bisa menatap heran. Makan malam mereka malam itu diakhiri dengan petikan gitar sang ahli, Dio. Dan diiringi nyanyian semua orang yang di pimpin oleh Fatan yang punya suara paling bagus disana.
Semuanya pun kembali ke kamarnya masing-masing tanpa lupa membereskan semuanya terlebih dahulu. Kamar Mas David, Astra, Dio dan Fatan, berada dibawah. Sedangkan Artur dan Givan berada diatas. Jadi tak heran Artur memang paling dekat dengan Givan. Hari ini adalah hari sabtu, bagian Artur untuk piket menyalakan lampu diatas, dibawah dan dihalaman. Setelah selesai melakukan piketnya, Artur pun kembali kekamarnya. Diputar knop pintu dengan perlahan dan di dorongnya pintu supaya terbuka. Ia pun melangkah masuk setelah sandalnya ia simpan di rak alas kaki. Kepalanya mendongak ke atas, mencari sesuatu yang bisa memberikan keterangan waktu padanya.
"wah, udah hampir tengah malem. Memang waktu ga kerasa lewatnya." Ucap Artur pada dirinya sendiri. Iapun berjalan menuju meja belajarnya. Duduk sebentar dikursinya untuk mengecek handphonenya, siapa tau ada pesan atau panggilan untuknya. Setelah dilihat, ternyata ada satu pesan dari profesor Fatih.
From : Prof. Fatih
Artur, besok temui aku di rumah jam 1 siang. Ada yang ingin aku tunjukan padamu. Dan ini sangat penting. Cepat kamu tulis dijurnalmu sebelum kau melupakannya."sekarang apa lagi? Aduh ada-ada aja prof. Oke lah aku akan datang. Kira-kira ada apa ya?" gumam artur sambil menuliskan sesuatu dibuku jurnalnya. Tak hanya pesan prof Fatah tadi. Tapi ia juga menuliskan rangkaian peristiwa yang ia lalui sepanjang hari ini. Karena mungkin esok. Semuanya akan hilang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Finding Memories
Teen FictionMengisahkan tentang sesuatu yang seharusnya tidak dipercayai, jatuh cinta yang salah, dan arti sebuah kehilangan. Update setiap malam minggu. *ngisi weekend sama finding memories.