Untuk Apa?

14 0 0
                                    

Artur berjalan gontai keluar kamar menuju kamar mandi yang ada di ujung lorong bangunan tersebut. Ia berjalan seraya menenteng tas kecil berwarna biru ditangan kirinya dan mengusapkan tangan kanannya pada pagar besi yang terpatri indah disepanjang perjalanan menuju kamar mandi yang sekarang telah berada persis didepan mata Artur. Setelah sampai disana, Artur pun masuk dan lekas mandi.

Saat Artur sedang menggosok giginya yang berbaris dengan rapi di gusinya. Tiba-tiba ada seseorang memgetuk pintu kamar mandi seakan ingin menghancurkannya saat itu juga.

"Artur, ayo cepet. Bentar lagi mulai acaranya." teriak Givan dari luar sambil terus menggedor pintu.

Artur yang mendengarnya, sedikit memiringkan kepalanya ke kiri.

"Iya, aku udah beres nih." bunyi ketukan pintu pun berhenti bersamaan saat pintunya terbuka dari dalam. Emang ada acara apa sih van?"

Givan tertegun, kemudian mengangguk tanda mengerti.

"Lo ketiduran ya? Kita kan diundang ke acara ulangtahun cucunya ibu Rida. Ibu kos kita." kata Givan yang terlihat telah siap dengan pakaiannya sambil mereka berjalan beriringan ke kamar masing-masing.

"Oh gitu. Ok deh. Aku siap-siap dulu." kata Artur sambil mengeluarkan kunci kamarnya dari tas kecilnya.

Givan hanya bisa melongo sambil memdahului Artur karena kamarnya berada tepat disebelah kanan kamar Artur.

"Kok, Givan tau ya aku lupa?" kata Artur terheran-heran.

Apa yang dikatakan Givan benar. Sebelum Artur mandi tadi memang ia sempat tertidur untuk beberapa saat. Artur, memang anak yang cerdas, bahkan sangat cerdas. Apa yang ia indra pasti akan dia ingat. Tapi sayang semuanya hanya bertahan sampai ia tidur. Karena saat ia terbangun ia akan melupakan apa yang terjadi sebelumnya. Maka dari itu, setiap harinya Artur selalu menulis dibuku jurnalnya sebelum ia tidur. Selain menulis pada buku jurnalnya. Iapun memasang foto orang-orang terdekatnya didinding yang bersebelahan dengan meja belajarnya. Sehingga ia dapat mengingat mereka semua, termasuk Givan tadi.

Setelah selesai dengan pakaianya. Ia lekas keluar sambil membawa kotak karton berisi hadiah bagi yang punya acara. Sebelum ia pulang, dan Setelah mengunci pintu kamarnya, ternyata Givan sudah menunggu Artur sambil menyandarkan tubuhnya pada dinding kamarnya.

Mereka pun berjalan menuju tangga kelantai bawah.

"yang lainnya mana?" tanya Artur ketika melihat suasana dibawah yang amat sepi.

"mereka udah duluan. Kecuali Mas David. Dia masih kerja."

Mereka pun keluar dari kawasan kos mereka. Memang tidak terlalu jauh, hanya terhalang beberapa rumah dari rumah ibu kos.

Acara ulangtahun yang digelar disana berbeda dari biasanya. Jika biasanya akan ada kue, lilin, dan balon. Disana hanya ada nasi kuning yang sengaja dikerucutkan, beberapa hidangan yang ditata layaknya perasmanan dan karpet yang tergelar cukup luas untuk para tamu. Karena yang dipahami oleh keluarga mereka, merayakan hari ulangtahun seperti itu bukanlah budaya yang dilakukan oleh orang muslim. Sederhana memang, tapi penuh berkah.

Beruntung Artur dan Givan datang tepat waktu disaat acara baru akan dimulai. Acara pun dimulai oleh MC.

Selang beberapa menit, pembicara telah berganti pada seorang ustadz yang menuntun do'a dan harapan untuk seseorang yang usianya bertambah dihari itu dan diaminkan oleh semua orang disana.

Setelah semua rangkaian acara selesai, acara selanjutnya adalah makan besar bersama. Setelah mengambil makanan mereka, Artur dan Givan mencari posisi yang pas untuk mereka duduk. Setelah semua orang sudah duduk dan mendapat makanannya masing-masing, barulah acara makan besar dimulai. Suasana disana begitu hangat. Tiba-tiba Artur tersadar akan sesuatu.

"Givan, aku lupa kadonya belum dikasihin." ucap Artur seraya membuka lebar matanya dan menaruh piring makan didepannya.

"Yaelah. Kapan lo ga lupa?" balas Givan lebih ke menyindir tapi bangkit bangun dari duduknya sambil menarik tangan Artur. "yok kasihin sekarang" lanjut Givan.

Mereka pun menyimpan piring dan gelas yang mereka pakai terlebih dahulu ke tempat yang telah disediakan.

Setelah itu mereka pun pergi ke meja yang telah disediakan untuk menyimpan kado dari tamu undangan yang letaknya tak jauh dari pintu keluar.

"Tur, Van. Kapan kalian kesini?" sapa seseorang dari belakang mereka.

"oh As. Tadi pas acara mau mulai pas kita nyampe sini" kata Givan. "Dio sama Fatan mana?" lanjut Givan.

"noh" tunjuk Astra pada ujung ruangan tersebut. Dio asyik bermain dengan anak-anak kecil disana, sedangkan Fatan mengobrol dengan orang tua mereka.

"haha. Emang makhluk dengan sosial yang tinggi" kata Givan tertawa renyah.

"emangnya Lo yang kerjanya ngecengin cewek dari jauh? Tundukin tuh pandangan! " Ucap Fatan yang entah sejak kapan sudah berada diantara mereka. Semuanya seketika tertawa mendengar celetukan Fatan. Givan hanya bisa nyengir kuda karena merasa dia memang seperti itu.

"eh bentar. Ada telpon." ucap artur sambil berjalan keluar dan memakai sendalnya terlebih dahulu.

"halo mah, Assalamu'alaikum" kata Artur kepada seseorang yang berada disebrang telpon.
"oh iya mah. Artur pulang sekarang juga ya." panggilan pun terputus.

Arturpun bergegas pulang setelah pamit pada tuan rumah dan seluruh tamu undangan. Artur pulang sendiri, karena Givan, Dio, dan Fatan masih disana untuk bantu beres-beres.

Selang beberapa menit, Artur sampai didepan gerbang kosannya. Dan melangkah masuk. Ternyata diruangan khusus untuk menerima tamu disana sudah ada Ibu dan Adik perempuannya bersama Mas David dan Zafar.

"Eh, itu Artur." kata Zafar ketika melihat kearah pintu. Artur pun berjalan menghampiri dan mendapat pelukan dan kecupan hangat dari ibunya.

"baru sebulan ibu tidak bertemu, sudah banyak yang berubah, A" kata ibunya sambil melihat dan mengusap wajahnya.

"mungkin itu hanya perasaan mamah aja" kata Artur. Sambil melepas pelukan mamahnya dan melihat ke samping kiri mamahnya ada adik kesayangannya.

"lho, Alsi ikut juga?" tanya Artur yang seketika mendapat lemparan dari tas kecil milik seseorang yang bernama Alsi itu.

"Cici emang ikut. Apalagi sekarang cici bakal tinggal sama kakak disini. Wlee" katanya sambil menjulurkan lidahnya.

"Apa? Tinggal disini? Untuk apa?" tanya Artur membuat tawa semua orang disana pecah.

Untuk apa? Aku mohon jangan. Ucap Artur dalam hatinya.

Ok.. Skip. Sampai sini dulu. Alhamdulillah. Nanti dilanjutkan lagi minggu depan ok? Pantengin terus ya Finding Memories.

Yeeeee yeeeeee yeeeee. :*

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 11, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Finding MemoriesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang