9. Jawaban Pedang

2.9K 58 1
                                    

Sebagai penutup penuturannya, gadis itu berkata, "Sucouw, karena teecu merasa bingung dan selalu dikejar oleh pihak-pihak yang menghendaki pedang Thian Hong Kiam, maka akhirnya teecu mengambil keputusan untuk menyerahkan pedang ini kepada Sucouw dan minta nasehat selanjutnya." Sambil berkata demikian, Yang Giok menyerahkan pedang itu kepada sucouwnya.

Akan tetapi, Kok Kong Hwesio tidak mau menerima pedang itu dan berkata, "Yang Giok, mengapa pedang itu kau berikan kepadaku? Pinceng sudah mencuci tangan dari pada segala urusan dunia, bagaimana pinceng hendak diserahi pedang ini? Yang Giok, mengapa kau sendiri tidak bisa memilih orang yang patut diserahi pedang ini? Kulihat kawanmu itu bukanlah seorang yang lemah, mengapa dia tidak mau membantumu?"

Nyo Liong terkejut, karena baru melihat negitu saja, orang tua ini dapat mengetahui bahwa ia memiliki kepandaian.

"Sucouw," kata Yang Giok dengan suara manja. "Liong-ko ini telah cukup membantuku, kalau tidak ada dia, tentu pedang ini telah terampas oleh pihak lain." Kemudian ia menceritakan sepak terjang Nyo Liong dalam membelanya dan membela pedang Thian Hong Kiam, hingga hwesio itu mengangguk-angguk dengan sinar mata kagum.

"Akan tetapi, sucouw, antara Liong-ko dan teecu, terdapat perselisihan paham yang besar sekali. Menurut teecu yang hanya mentaati pendirian ayah, pedang ini sepatutnya diserahkan ke dalam tangan seorang calon kaisar pengganti kaisar yang telah lari itu, dan calon ini haruslah seorang yang benar-benar bijaksana dan patut menjadi seorang pemimpin besar. Teecu anggap bahwa pedang ini tidak pantas diserahkan kepada kaisar yang telah dikalahkan oleh pemberontak. Akan tetapi, Liong-ko, menganggap bahwa sudah seharusnya pedang ini diberikan kepada pemimpin pemberontak Oey Couw. Bahkan .... bahkan Liong-ko telah pula membantu pergerakan para pemberontak." Setelah berkata sampai di sini, tak tertahan lagi Yang Giok menangis.

Tiba-tiba Kok Kong Hwesio tertawa bergelak-gelak. "ha,ha! Kau memang patut menjadi puteri Mo Kong! Kau sama-sama keras hati dan kukuh seperti ayahmu. He, Yang Giok, dengarlah! Pendirianmu itu keliru, dan seharusnya kau menurut kata-kata Nyo enghiong ini karena dialah yang benar!"

Seketika itu juga terhentilah tangis Yang Giok dan ia memandang kepada sucouwnya dengan mata terbelalak.

Hwesio itu mengangguk-angguk, "Yang Giok kau masih muda dan tidak dapat mengikuti kekuasaan alam yang sewaktu-waktu memang mengadakan perubahan terhadap keadaan dunia dengan tiba-tiba dan tidak terduga. Ketahuilah, memang pergerakan orang-orang she Oey itu patut dipuji dan itupun telah menjadi kehendak alam. Kalau tidak, bagaimana ia bisa menumbangkan kekuasaan kaisar? Pedang pusaka ini sudah semestinya berada dalam tangan orang yang memegang tampuk kekuasaan di kota raja, dan sekarang yang menjadi pemimpin besar adalah orang she Oey itu, maka dia seoranglah yang berhak memiliki Thian Hong Kiam."

Yang Giok tak dapat berkata-kata hanya mendengarkan dengan hati tidak karuan. Akhirnya ternyata juga bahwa tunangannya yang betul. Ketika ia mengerling ke arah Nyo Liong, ia melihat pemuda itu justeru sedang memandang kepadanya sambil tersenyum, maka ia menjadi makin malu kepada diri sendiri.

"Nyo enghiong, sukakah kau memberitahukan siapa sebenarnya suhumu yang mulia? Barangkali saja pinceng kenal."
Nyo Liong lalu menceritakan riwayatnya secara singkat dan ketika ia menyebut tentang kitab Pat-kwa Im Yang Coan-si, pendeta itu nampak terkejut dan kagum.

"Aya ...... kitab itu telah terjatuh ke dalam tanganmu? Ah, sicu, kalau begitu, benar-benar kau seorang pemuda yang berbahagia sekali. Ketahuilah, di zaman ayahku masih menjadi menteri, kitab itu telah menjadi perebutan di antara seluruh orang pandai di dunia ini, akan tetapi kitab itu secara tiba-tiba telah lenyap tak meninggalkan bekas hingga tak seorangpun dapat mewarisi kepandaian yang hebat itu. Sekarang ternyata dewata telah memperlihatkan keadilannya hingga kitab itu terjatuh ke tanganmu hingga dapat kaupergunakan untuk membela perjuangan rakyat."

Pedang Keramat (Thian Hong Kiam) - ASKPHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang