8. Orang Sakti di Antara Pertapa

3.2K 51 0
                                    

Gadis ini tidak berdaya menghadapi serangan Kim Kong Tojin yang memiliki gerakan cepat, maka ia hanya memejamkan mata menanti datangnya serangan. Pedang Kim Kong Tojin berkelebat ke arah leher Yang Giok dan "trang!" terdengar suara nyaring karena pedang tosu itu telah beradu dengan sebatang pedang lain. Pertemuan tenaga ini demikian hebat hingga bunga api memercik keluar, sedangkan Kim Kong Tojin sendiri terhuyung ke belakang. Ternyata Nyo Liong dengan cepat dan tepat sekali telah berhasil menolong Yang Giok dari pada bahaya maut.

Kim Kong Tojin adalah seorang tokoh besar dari Bu-tong-pai, maka tenaga dan kepandaiannya telah mencapai tingkat tinggi. Maka tidak heran bila ia merasa gemas dan marah sekali.

"Bagus, anak muda, mari kita main-main sebentar!" ia berkata halus karena berusaha menekan perasaannya yang menggelora. Orang yang sudah memiliki kepandaian tinggi maklum bahwa nafsu amarah mempunyai pengaruh melemahkan dan berbahaya sekali apabila menghadapi seorang lawan tangguh dalam keadaan marah. Oleh karena itu, seberapa dapat ia menahan nafsunya untuk menghadapi pemuda yang berkepandaian tinggi ini.

Akan tetapi Nyo Liong tinggal berdiri dengan tenang dan menjawab. "Ingat, losuhu, bukan aku yang menghendaki pertempuran ini. Kalau kau orang tua tetap hendak turun tangan mengganggu, silakan!"

Sebetulnya kalau ia tidak sedang dipengaruhi oleh rasa dendam dan marah, Kim Kong Tojin tentu dapat melihat sikap mengalah dan tenang dari pemuda ini dan maklum bahwa sebenarnya pemuda ini memiliki kepandaian tinggi dan sedikitpun tidak jerih terhadapnya. Akan tetapi, karena ia merasa kecewa dan malu, apalagi di situ terdapat tiga orang muridnya dan perwira-perwira lain yang menjadi saksi, ia menjadi nekad dan lupa akan kewaspadaan.

"Baik, kalau begitu, waspadalah terhadap pedangku!" Tosu ini lalu menyerang bagaikan kilat menyambar. Ia mengeluarkan ilmu pedang Bu-tong-pai yang hebat dan ganas. Nyo Liong tidak mau berlaku semberono dan ia menghadapinya dengan tenang dan hati-hati sekali. Berkat ilmu pedang yang dipelajarinya dari kitab Pat-kwa Im-yang Coan-si memang sebuah ilmu silat yang jarang terdapat di dunia ini, maka ia dapat melawan serangan tosu itu dengan baiknya, bahkan ia masih dapat membalas dengan serangan yang tidak kalah hebatnya.

Mengetahui bahwa ia sama sekali tidak dapat mendesak pemuda itu dengan pedangnya, Kim Kong Tojin menjadi heran dan kagum sekali. Belum pernah seumur hidupnya ia menyaksikan ilmu pedang seperti ini, padahal ia telah mengalami banyak sekali pertempuran dan boleh dibilang ia telah mengenal semua gerakan ilmu pedang. Akan tetapi kali ini benar merasa malu karena ia sama sekali tidak mengenal ilmu pedang Nyo Liong. Menghadapi ilmu pedang yang sama sekali gelap baginya, tentu saja ia menjadi bingung, apalagi kalau yang memainkan memiliki kepandaian khikang dan ginkang sehebat Nyo Liong.

Sebenarnya Nyo Liong telah banyak mengalah dan sengaja tidak mau mempergunakan kesempatan-kesempatan baik untuk merobohkan lawan karena ia tidak mau menjatuhkan namanya di depan murid-muridnya. Kalau saja Kim Kong Tojin tidak begitu gemas dan marah, tentu ia akan tahu pula akan hal ini dan menyudahi pertempuran. Akan tetapi tosu ini bahkan menjadi murka sekali dan menyerang dengan nekad.

Menghadapi serangan yang dilakukan secara mati-matian oleh Kim Kong Tojin yang berkepandaian tinggi, terpaksa Nyo Liong tak dapat tinggal bertahan saja, karena kalau ia bertahan terus, tentu ia akan mendapat celaka. Maka ia segera merobah gerakan pedangnya dan kini gerakannya menjadi ganas dan cepat sekali hingga dalam beberapa jurus sajaKim Kong Tojin terdesak hebat. Mereka telah bertempur seratus jurus lebih dan sekarang mereka tidak menjadi lambat, bahkan makin cepat hingga merupakan dua gulung sinar yang saling menyambar.

Beberapa puluh jurus lagi telah berlalu dan tiba-tiba pedang tosu itu terpental ke udara hingga terputar-putar tinggi sekali dan ketika pedang itu meluncur turun, Kim Kong Tojin melompat dan menyambutnya dengan tangan. Wajahnya pucat sekali dan mulutnya tersenyum pahit.

Pedang Keramat (Thian Hong Kiam) - ASKPHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang