00--It's starts when you broken

6.3K 303 23
                                    

Keluarga,
Mungkin sekian banyak orang menjadikan keluarga sebagai tumpuan hidup.
Namun, bisa saja mereka yang menghancurkan hidupmu.
.
.
.

"Paman, apa kau tak lelah? kita baru sampai kemarin." Dia tidak sedang mengeluh. Ia sudah merasakan lelah dua jam yang lalu namun kaki jenjangnya tetap ia paksa untuk berjalan mengikuti paman dan sepupunya.

"Apa kau lelah, Kyu?"

Oh, apa perlu kau menanyakannya, Paman?

Jarak yang mereka tempuh menuju Seoul lumayan jauh. Bahkan mereka baru memasuki rumah baru mereka di Seoul, lalu sang kepala keluarga mengajaknya pergi berkeliling. Jalan kaki. Di tengah malam.

Kyuhyun hanya menggeleng dan tersenyum. Pada dasarnya ia tak akan-pernah-bisa menolak apa yang menjadi kehendak sang paman.

Terlepas dari paman dan keponakan ini, ada satu lagi pria yang hanya diam saja di samping Kyuhyun. Dia terkadang menatap tanah, lalu menatap Kyuhyun-saudara sepupunya, dan menatap jalanan sepi dihadapannya. Tanpa suara sedikitpun. Bahkan tak ada binar kebahagiaan sejak ia menginjakkan kakinya di ibukota Korea Selatan ini.

"Hyung, ceritakan padaku bagaimana keadaan Seoul? Apa seramai yang kita lihat di televisi?"

Tarikan kecil pada ujung lengan bajunya, menarik ia kembali pada kesadaran.

Ia menghela nafas dengan kasar. Binar dari matanya terus mengisyaratkan kesedihan yang mendalam. Sengaja ia lirikkan ekor matanya pada Ayahnya. Dan-

Oh, jangan lagi!

Ayahnya kembali mengeluarkan tatapan memohon yang membuat dirinya muak. Benar-benar muak.

"Disini ramai sekali." Akhirnya ia mengeluarkan suara. Bibir yang sedari tadi nampak terkunci kini bersuara.

Kembali Kyuhyun menorehkan senyumnya. Andai saja ia bisa melihat bagaimana tatapan bersalah sang paman. Andai ia melihat dengan matanya sendiri. Ah, itu tidak mungkin.
Sangat tidak mungkin.
Karena yang bisa ia lihat hanyalah satu, kegelapan.

*

Suasana malam selalu sama dimatanya, hanya segelintir orang yang masih menggunakan jalan raya ini. Seperti dirinya, pulang kerja terlalu larut adalah alasan orang-orang ini masih belum meringkuk dibawah selimut tebal mereka.

Kembali dilirik jam tangan hitamnya. Tepat tengah malam.
Ia kembali mendesah saat rasa lelah kembali datang. Memperlebar langkah kakinya adalah pilihan terbaik jika ia tak ingin pulang dalam keadaan basah, langit malam Seoul sudah terisi dengan gumpalan awan mendung dan siapapun tak bisa memprediksi kapan tetesan air itu turun.

Namun tiba-tiba, keseimbangannya berkurang. Banyak bintik ungu-hitam yang ia lihat. Ia menggelengkan kepalanya namun bintik-bintik itu semakin membesar dan yang ia dapat pun kegelapan. Kegelapan yang akan berbuah indah nantinya.
Ia benar-benar jatuh tak sadarkan diri dan hal terakhir yang ia rasakan bukan kasarnya aspal yang menyentuh kulitnya, melainkan mantel hangat. Mantel hangat yang dikenakan seseorang yang mungkin lebih tinggi beberapa centimeter darinya.
Setidaknya, saat ia tersadar nanti hidupnyaㅡmungkinㅡakan sedikit berbeda.

...
TBC
...

Inilah rupa-prolog-yang aku janjikan. Sengaja dimulai hari ini, bertepatan dengan ulang tahun Donghae.
*emang apa hubungannya?
-ada lah hubungannya, cuma aku yg tau, wkwk.

Bagaimana? Ini benar-benar dimulai dari awal. Kira2 cerita ini bakal kayak apa, hayo???


ISN'T A PAINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang