Waktu

30 3 1
                                    

Waktu itu berjalan secara misterius. Dia bisa menciptakan dan menghilangkan momen dalam hidup kita. Waktu yang banyak bicara dalam ceritaku ini.

Tidak ada kejadian spesial selama beberapa bulan. Aku yang sedang beradaptasi dengan kelas baruku merasa muak dengan semua ini. Kenapa tidak? Aku yang biasanya berurusan dengan orang-orang yang serius belajar tiba-tiba harus bertemu manusia-manusia aneh di Sosial Dua.

Namanya Wara, dia anak laki-laki yang bikin harga diriku jatuh.

Ceritanya begini.

Ulangan Tengah Semester hari pertama baru akan dimulai. Aku hari itu lupa membawa kartu peserta. Dengan lunglai aku menuju meja panitia di depan ruang guru.

"Selamat pagi Pak, saya Aya dari Sebelas IPS dua. Saya lupa membawa kartu peserta."

Aku menerima kartu pengganti kartu peserta. Aku berjalan menuju kelas. Belum cukup lima langkah kaki ini bergerak, salah satu panitia UTS memanggilku.

"Maaf Mba, kamu kenal Wara Bikusro?"

Aku berfikir sejenak. Aku sepertinya pernah mendengar nama itu. Nama yang sering disebut-sebut di kelas.

"Iya, Pak. Dia teman satu kelasku," aku menjawab jujur.

Oh My God, pagi ini aku melakukan kesalahan besar. Aku baru saja mengaku menjadi teman dari laki-laki yang sedikit nakal, ah maksudku dia suka bolos sekolah. Aku baru saja mengakui kalau aku berada di sebuah kelas sampah. Kelas para siswa yang enggak banget.

"Tolong carikan dia ya, Mba?"

Perintah itu sontak membuat harga diriku hancur. Berarti aku harus segera berurusan dengan orang yang seharusnya tidak boleh ada di sekitarku.

Aku menuju parkiran sekolah. Benar saja, laki-laki yang bernama Wara itu baru saja sampai gerbang belakang sekolah.

Aku tidak pernah bicara dengannya. Bagaimana mau bicara, aku saja takut sama dia. Bagiku saat ini, anak-anak yang bolos sekolah termasuk anak-anak yang tidak aman.

"Eh Wara, kamu dipanggil Pak Yono," aku menahan gemetaran yang tiba-tiba menyerangku.

Apa anak ini akan mendengarku? Tidak, dia hanya berdiam diri sejenak lalu memutar tubuhnya dan meninggalkan sekolah.

Huh. Pagi yang melelahkan bagiku saat aku harus berurusan dengan manusia seperti Wara. Dia cuek dengan pendidikan, dan dia cuek dengan perempuan. Gabungan sifat yang misterius bagiku.

Sebagai siswa yang baik, aku tidak pernah membayangkan bahwa suatu saat aku akan dekat dengannya dan memendam rasa dengannya. Karena itu mustahil. Kata aku yang sekarang.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 24, 2016 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Kelas SampahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang