Chapter Two:
"Seriously? Me?"
pagi ini aku sengaja datang lebih awal, aku ingin melihat Louis. Aku memang tidak tinggal di asrama rumah sakit ini. Berbeda dengan Maya dan Dokter Liam. Mereka tinggal berasrama disini.
Aku mendorong masuk pintu rumah sakit ini. Dan, menemukan Liam yang tengah melihat Dokumen rumah sakit dibagian resepsionis.
"Pagi Dokter," Sapaku.
Liam nampak tersenyum kearahku, "Pagi suster, Kenapa datang lebih pagi hari ini?." Tanya Liam lalu berjalan mendekat kearahku.
"Aku ingin melihat Louis. Datang lebih pagi, kurasa ide yang bagus. Lagipula, jalanan sering sekali macet." Ujarku. Liam nampak mengangguk lalu kemudian menepuk pundakku pelan.
"Ya, itu bagus. Aku pergi dulu ya. Semangat Ezie!." Liampun pergi kembali mengerjakan tugasnya.
Akupun kembali berjalan menuju kamar Louis. Tapi sebelum itu, aku berjalan terlebih dahulu menuju ruang ganti seragamku.
Setelah aku menganti pakaianku dengan seragam suster. Aku menuju kamar Louis dengan taklupa membawakan sarapannya. Sekarang telah pukul 7 pagi.
Aku membuka pintu kamar Louis. Aku tersentak kaget karena, aku melihat Louis tengah duduk diatas kasurnya. Dengan pandangan lurus dan kosong tentunya. Sudah bangun rupanya.
Aku menaruh makanan tersebut dimeja yang terletak disamping kasur Louis.
"Pagi Tuan Louis." Ucapku lalu menyentuh tangannya. Dingin.
Louis masih tidak merespon seperti kemarin. "Kita sarapan terlebih dahulu ya Tuan. Sehabis ini, Tuan akan mandi lalu, nanti akan diberi vitamin." Ucapku lagi tapi, hening yang aku dapatkan.
Akupun akhirnya, mulai menyuapi Louis. Ia memakan apa yang aku berikan. Kurasa, aku mulai menyukainya. Tentunya sebagai pasien. Karna menurutku, Louis tidak terlalu merepotkan.
Habis. Louis mengahabiskan makanannya. Setelah selesai, akupun menuntun Louis menuju kamar mandi. Louis harus mandi.
Tentu bukan aku yang memandikannya. Gila saja. Aku menuntunnya hingga sampai pada ruang pembersihan. Disini aku kembali bertemu dengan Dokter Liam.
"Hey Ezie, Sudah selesai?." Sapanya.
"Hey Dok. Belum, kami baru datang. Bisa kau bantu aku?." Ujarku, lalu Liampun dengan segera membantuku untuk menuntun Louis.
"Dia biar aku yang urus. Kau boleh kembali bekerja."
Akupun mengagguk, lalu berjalan pergi meninggalkan Liam dan Louis.
Aku berencana akan pergi keruangan suster Julie. Disanalah biasanya aku melepas penat.
"Suster?," sapaku lalu mendorong pelan pintu ruangan suster Julie.
Ada suster Maya juga rupanya.
"Hey Ezie! Mari masuk..." ucap suster Julie, "kebetulan, aku dan suster Maya sedang minum teh."
Akupun masuk kedalam ruangan, lalu bergabung bersama mereka. Aku disuguhkan dengan secangkir teh panas, dan beberapa makanan kecil.
"Terima kasih Julie." Ujarku, seraya menyeruput teh pemberiannya.
"Kau tidak mengerus Louis?." Tanya Suster Maya.
Aku kembali menaruh cangkir teh, sebelum menjawab pertanyaannya.
"Louis sedang mandi. Dan ia, harus diberi vitamin. Jadi, kurasa aku akan menunggunya disini." Ujarku. Suster Maya hanya mengangguk lalu, kembali menyeruput tehnya.
"Kau sudah bertemu dengannya? Bagaimana? Menyeramkan bukan?" Ucap suster Julie tiba-tiba.
Oh, aku jadi teringat tentang pesan text yang ia kirimkan.
Aku tertawa renyah mendengar ucapannya. Bagiku, Louis tidak menyeramkan seperti yang ia katakan.
Bahkan, bagiku, Louis sangatlah tampan. Ia bahkan tidak pantas ada disini sebagai seorang pasien.
"Menyeramkan? Kau sangat salah Jul. Louis tidak seseram itu. Ia sangat berbeda dari yang kau ucapkan." Ujarku. Suster Julie nampak kaget mendengarnya.
"Ezie benar, yang kulihat Louis sangat terkendali." Sambar suster Maya, yang langsung mendapat anggukkan setuju dariku.
"Begitukah?,"
"Yaa. Kurasa, kau harus melihatnya sendiri." Ujarku lalu kembali berdiri. kurasa, Louis telah selesai.
"Aku kembali dulu ya, daa.." ujarku lalu pergi meninggal mereka.
.
Yang bisa aku lakukan sekarang hanyalah, duduk sambil menatap kearahnya.
Aku bingung, kenapa ia tidak bersuara?. Apa, Ia memang tidak bisa berbicara?.
Aku mendengus pelan, lalu mengambil kembali berkas-berkas yang diberikan oleh Ibu kepala.
Semua berkas ini, memang telah aku baca. Aku hanya terlalu bosan sekarang. Melihat Louis yang sedari tadi hanya, diam duduk dengan tatapan mata yang kosong.
Aku kembali melihat foto-foto Louis. Entah kenapa, aku sangat ingin mendengar suaranya.
Tokk Tokk
Dengan cepat, aku menutup berkas-berkas Louis. Lalu detik kemudian. Muncullah Dokter Liam yang membawa kotak besar berwarna coklat.
Liam langsung menaruh kotak tersebut, di mejaku.
"Ini semua apa?," Tanyaku bingung.
Dengan penasaran, aku mencoba membuka kotak tersebut, yang langsung mendapat teguran dari Liam.
"Aku belum suruh kau membukanya, suster Ezie." Ujarnya lalu menarik kotak tersebut dariku.
"Hanya sedikit penasaran." Belaku.
pun Liam langsung membuka kotak tersebut, dan entah kenapa. Aku sedikit terkejut.
Isi dari kotak itu berupa, sebuah Parfum, buku, dan sapu tangan.
Aku tidak mengerti ini untuk apa.
"Ini semua, barang-barang milik almahrum istri Louis." Ucap Dokter Liam.
Aku reflek langsung melihat kearah Louis.
"Lalu? Aku tidak mengerti.""Kau simpan saja. Ini ambil." Liampun langsung memberi barang-barang itu padaku.
Setelah itu, ia permisi pamit. Lalu pergi meninggalkan ruanganku.
Benda ini, apa gunanya untukku?.
....
add Id line gue boleh kok, buat yang jomblo...
ferarqinthara91
HEHEHEHE
KAMU SEDANG MEMBACA
Pathetic - [Louis-Liam]
FanfictionKufikir, aku gila karna jatuh cinta dengan dirinya. Tapi nyatanya, semua fakta tersebut benar. Aku jatuh cinta padanya.