" Ohh...."
Pagi ini, harusnya menjadi rekor bangun terlama yang pernah aku alami. Tapi nyatanya, rekor itu belum pernah terpecahkan. Bahkan sampai saat ini.
Suara teriakan mamah, seakan menghancurkan rekor tersebut. Berulang kali aku mencoba acuhkan suara itu, tapi berulang kali juga mamah meneriaki namaku tanpa henti.
Oke baiklah, aku bangun.
Dengan (sangat) malasnya, aku berusaha beranjak dari kasur kesayanganku. Dramatis memang.
Aku mulai menuruni anak tangga satu persatu dengan sedikit hati-hati, karna aku masih mengantuk. Sangat.
"Kenapa mah?" Tanyaku saat sampai ditiga anak tangga terakhir. "Mah?"
Tangga memang langsung lurus dengan pintu masuk rumah. Dan dari sini, aku dapat melihat mamah sedang membelakangiku.
"Mah? Kenapa?" Panggilku lagi. Mamahpun berbalik dengan se- bucket mawar pink ditangannya.
"Cieee...." Ujar mamah tiba-tiba. Aku hanya mengerutkan dahiku. Bingung. Mamah kenapa?
"Itu bunga dari siapa?," Tanyaku, lalu berjalan mendekat.
"Ahh kamu, pura-pura gak tau." Ujar mamah lalu mencubit pipiku sekilas. "Kamu kalo udah punya pacar, kenalin dong ke mamah. Jangan disimpin sendiri, mamahkan mau tau.." Lanjutnya, lalu pergi meninggalkanku.
Karna penasaran, akupun akhirnya membuka kartu pengirim yang terdapat didalam bunga.
"Aku dengar, mawar pink bunga kesukaanmu. Kuharap kau menyukainya! Tolong, istirahat yang cukup. Kamu manusia bukan robot :)
-Liam
Lihat betapa manisnya Liam pagi ini.
.
"Liam!"
Panggilku lalu dengan cepat mendekat kearahnya. "Terimakasih."
Liam sedikit menaikan alisnya, bingung dengan apa yang ku maksud. Lalu setelahnya ia tersenyum, mungkin sudah tau maksud dari apa aku 'berterima kasih' padanya. "Kamu suka bunganya?"
"Suka kok, sekali lagi makasih yaa.."
"Iyaa, hahahaa... aku kira kamu sukanya bunga bank doang," Ucap Liam yang langsung mendapat pukukan kecil dariku. Dasar, ia pikir aku wanita apa. "Bercanda Zie, maaf maaf..." Lanjutnya.
Akupun akhirnya berhenti memukulnya. "Lagian, bercandanya gitu.."
Setelah mengobrol sebentar dengan Liam, akupun kembali ke kamar inap Louis yang sekarang telah menjadi kantorku sekaligus. Kufikir, akan lebih mudah bila aku selalu berada didekat Louis. Dalam arti, selalu mengawasinya.
Seperti biasanya bila aku telah tiba dikamar. Sepi sunyi yang aku dapatkan. Ahh.. jika saja parfum milik istri Louis tidak aku tinggal dirumah, mungkin sekarang aku tengah asyik menyaksikan reka pulang kehidupan Louis.
"Louis!"
Panggilku iseng. Siapa tau ia menjawabnya. Tapi tidak, Louis masih tetap diam.
Dan, aku baru teringat tentang buku harus tersebut. Ohh, aku kan baru baca buku itu separuh. Kenapa tidak aku lanjutkan lagi saja.
Ahh, ide yang sangat bagus.
Dengan gerakan cepat, aku langsung kembali duduk dikursiku. Dan, mulai membaca buku harian tersebut.
1 January 2001
Malam yang menyenangkan. Sudah berapa lama aku tidak menulis buku harian ini? Haha maafkan aku yang terlalu sibuk.
Malam kemarin, aku melewati sisa akhir tahun yang sangat menyenangkan. Aku dan Lilian serta keluarga pergi ke London eye untuk menghitung datangnya tahun 2001. Melihat pesta kembang api yang sangat luar biasa indah. Lalu pergi makan dini hari ke McD. Benar-benar sisa tahun yang menyenangkan.
17 January 2001
Lilian. Ia bilang, ia mencintaiku!
Aku berhenti membaca harian itu, lalu secara reflek aku menatap Louis dalam diam. Oh, apakah kisah cinta mereka dimulai pada awal tahun 2001 ini? menarik. Aku tak sabar untuk membaca kembali halaman harian ini. Kejutan apalagi yang ingin kau sampaikan Mr.Tomlinson.
Dan siang itu, tepat dihari senin minggu ketiga dibulan June, pukul 1:20 PM aku. Ezie Andreas. Mulai menikmati alur kisah Louis bersama istrinya.
**
Sorry late update. untuk buku harian Louis, aku sengaja gak mau ngumbar semuanya. Soalnya pas cerita ini end, aku mau buat versi Louis sebelum dibawa kerumah sakit tempat Ezie kerja. hueuehe
-sudah cukup aku spoilernya-
HAHA
KAMU SEDANG MEMBACA
Pathetic - [Louis-Liam]
FanfictionKufikir, aku gila karna jatuh cinta dengan dirinya. Tapi nyatanya, semua fakta tersebut benar. Aku jatuh cinta padanya.