"Negative"
Seperti yang Liam katakan padaku sebelum jam makan siang, jika hari ini ada sambutan dari pemilik rumah sakit. Tadinya, aku tidak mau terlibat dengan acara tersebut, tetapi aku dipaksa oleh Liam dan juga Suster Maya.
Ahh.. padahal, aku ingin kembali melalukan 'aksi'ku. Yaa, kau tau lah...
Jadi, setelah istirahat makan siang berakhir. Aku, Maya, dan Suster Julie langsung datang ke aula rumah sakit. Ternyata, sudah banyak yang sudah datang. Termasuk Liam.
"Kudengar, sambutannya akan dibacakan oleh anak pemilik rumah sakit ini." Ucap suster Maya tiba-tiba.
"Benarkah? Bukannya anaknya sedang study di Amerika?," Sambar suster Julie.
"Sudah pulang sepertinya,"
Ohh ayolah, apa hanya aku yang tidak peduli akan acara ini?.
Masih membahas tentang siapa yang akan memberi sambutan nanti, kamipun akhirnya duduk ditempat yang sudah disediakan.
Maya dan Suster Julie, kelihatan sangat bersemangat membahasnya. Berbeda denganku yang sudah sangat bosan. Rasanya, aku ingin segera mengakhiri acara ini.
Dan secara tiba-tiba, Liam datang menghampiri meja kami. "Aku duduk disini gak papa ya, gak ada meja kosong lagi." Ujarnya. Kamipun mempersilahkan Liam untuk duduk. Lalu Maya dan suster Julie, kembali larut dalam pembicaraan.
Kecanggungan bahkan kini melandaku. Ohh astaga, kenapa rasanya sangat sulit untuk bernafas?.
"Kamu mikirin apa sih?" Tanya Liam.
Aku yang sedang melamun hanya bisa menjawabnya dengan ucapan 'yaa'
"Kamu kenapa?" Tanya Liam lagi.
"Gak papa kok." Balasku lalu kembali dalam lamunan semuku.
Aku hanya ingin acara sambutan ini segera berakhir.
.
Aku dengan hati-hati membaringkan Louis, yang kini perlahan mulai tertidur. Efek obat tidur tersebut, memang bereaksi sangat cepat.
Setelah Louis benar-benar tertidur, akupun menyelimutinya. Aku tatap sebentar wajahnya. Entah ada apa denganku, kenapa setiap aku memperhatikan detail wajahnya, ada sedikit rasa dihatiku.
Tetapi, aku selalu menepis rasa aneh tersebut. Gila saja aku menyukai Louis yang jiwanya sudah terpisah dari raganya.
Akupun akhirnya pergi dari kamar Louis dan bersiap untuk pulang.
Seperti biasanya, aku selalu mengganti bajuku terlebih dahulu sebelum pulang. Setelah selesai berganti baju, akupun akhirnya berjalan untuk pulang.
Saat sedang melewati ruangan Liam, secara tiba-tiba Liam keluar dari ruangan tersebut. Membuat kami saling terkaget.
"Ahh Ezie. Kau mengagetkanku.." Ucap Liam sambil memegangi dadanya, dramatis.
"Kamu juga," Jawabku tak mau kalah.
Liam tampak tertawa mendegar jawabanku. "Kau pulang dengan siapa?," Tanyanya.
"Bus,"
"Aku bisa mengantarmu," Tawar Liam lalu menunjukkan kunci motornya padaku.
"Tidak perlu, lagipula... kau pasti sangat lelah.." Tolakku halus.
Tetapi Liam tetaplah Liam, ia tak mau jika tawaran baiknya ditolak begitu saja. Sudah menjadi sifatnya seperti itu.
"Kau tahu bukan? Aku tidak suka sebuah penolakan."
.
Setelah memberi helm ini pada Liam dan mengucapkan terimakasih, akupun akhirnya masuk kedalam rumah. Tak lupa untuk melihat Liam menghilang dibelokan kompleks rumahku.
Setelah Liam benar-benar pergi, akupun dengan cepat masuk kedalam rumah lalu segera beristirahat.
Hari ini, aku lelah sekali.
.
Don't forget to leave comments! Xx
KAMU SEDANG MEMBACA
Pathetic - [Louis-Liam]
Fiksi PenggemarKufikir, aku gila karna jatuh cinta dengan dirinya. Tapi nyatanya, semua fakta tersebut benar. Aku jatuh cinta padanya.