Chapter 2

23.3K 847 33
                                    

PRILLY POV

"Baiklah, saya menerima kamu bekerja sebagai sekretaris saya."

Kata-kata itu masih terngiang di otakku. Aku bahagia karena setelah sekian lamanya aku mencari perkerjaan akhirnya di terima juga dan aku bisa langsung bekerja di salah satu perusahaan ternama di jakarta ini. Namun di sisi lain aku juga bingung, kenapa tiba-tiba bapak itu menerima aku bekerja? Oh bapak ? Ya aku juga belum sempat berkenalan dengannya. Jadi, tidak salahkan jika aku memanggilnya dengan sebutan seperti itu? Setahu aku setiap kali seseorang melamar kerja harus di adakan interview,di periksa berkas-berkasnya atau sekedar mengenal namanya. Tapi, ini tidak sama sekali bahkan pada saat aku bilang bahwa aku tidak mempunyai pengalaman bekerja dia tetap menerima ku tanpa memeriksa berkas dan menginterview-ku.
Bukankah itu aneh?

Tapi, ya sudahlah aku sudah tidak mau memikirkan itu yang terpenting sekarang aku mendapatkan perkerjaan dan itu artinya aku bisa membawa Bunda berobat. Terima kasih Ya Allah!

Aku melangkahkan kakiku memasuki sebuah komplek yang tak begitu luas dan lumayan sepi, namun kadang juga ramai karena ada beberapa anak anak kecil yang sedang bermain dengan penuh canda tawa. Aku menghentikan langkahku sejenak dan tersenyum menatap para anak kecil yang lucu-lucu itu. Oh ingin sekali kembali ke masa kecil seperti itu. Dimana hidupku penuh dengan kebahagiaan dan mempunyai keluarga yang lengkap. Tanpa sadar aku meneteskan air mata. Ayah aku merindukanmu, sangat.

"Kak piyiii..." aku mendengar suara cadel yang memanggilku. Aku langsung menghapus air mataku dan melambaikan tangan ke arah anak kecil yang sedang berlari ke arahku.

"Hey kiyaa," aku langsung menggendongnya ketika sudah berada di hadapanku.

Azkia Putri Leisya seorang gadis kecil yang cantik berusia 5 tahun. Gadis kecil ini memang dekat denganku karena rumah kami yang berdekatan di samping itu juga ia selalu di titipkan oleh Mamanya yang bernama Tante Rosa kepadaku jika ia sedang sibuk. Aku tidak pernah merasa keberatan karena aku juga memang sangat menyukai anak kecil seperti ini.

"Kak Piyii dali mana?" tangan kiya bergelayut manja di tengkukku

"Kak Piyii abis cali kelja sayang," balas ku dengan suara cadel sama sepertinya

"Telus?" tanyanya kembali

"Dan ka Piyii udah dapat kelja," jawabku. Kiya terdiam sejenak dengan raut wajah kebingungan nya namun sedetik kemudian ia bersorak gembira.

"Yeayyy Kak Piyii udah dapat kelja , belalti mau dapat uang dong. telus bisa bawa unda Ully ke doktel,"lanjutnya dengan wajah menggemaskan. Aku mencubit pipinya yang sama chubbynya denganku.

"Tapi_" aku mengernyitkan dahiku ketika melihat raut wajahnya yang berubah sendu.

"Kiyaa kenapa?" tanyaku khawatir.

"Nanti kalau ka Piyii kelja, belalti kalau Mami Kiyaa nggak ada. Kiya sendilian dong telus nggak bisa lagi main sama Kak Piyii. Hmm Kiya jadi sedih," keluhnya dengan raut wajah yang masih sendu.

"Kiya jangan sedih ya! Pokoknya nanti Kak Piyii tetap usahain nemenin Kiya. kita juga masih bisa main bareng kok. Lagian 'kan masih banyak teman Kiya tuh di sana. Ada Intan, Lesya, Aldo dan banyak lagi, jadi jangan sedih ya!" bujukku seraya mengecup pipinya.

"Oke. Tapi, Kak Piyii janji ya tetap main sama Kiya," Kiya menyodorkan jarinya ke depan wajahku.

"Janji..." aku membalas mengaitkan jariku dengan mencium hidung runcingnya gemas.

***

AUTHOR POV

Prilly Kini sudah berada di depan rumah minimalis yang tak terlalu kecil dan terlalu luas, dinding nya yang bercat warna biru yang sebagain nya sudah ada yang mengelupas. Prilly Segera melangkah menuju kamar sang bunda.

I'm Happy With You (END) (Re-post)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang