1

816 102 6
                                    

~Author pov
Seorang gadis tampak berjalan dengan terburu-buru melewati gang sempit yg sudah sepi karena jam yg sudah menunjukkan pukul 04.30 dini hari. Sesekali ia menengok ke belakang seolah-olah ada orang yg mengikutinya. Penampilannya tampak kacau dengan celana yg sobek-sobek dan kaos oblong yg terlihat sangat longgar di tubuh rampingnya.

Raut wajahnya tampak jelas menunjukkan kecemasan. Entah apa yg sedang di pikirkan oleh gadis itu hingga tak memperhatikan jalanan. Hampir saja ia tertabrak mobil jika tidak dengan sigap sebuah tangan kekar menarik tubuh rampingnya ke dalam pelukan yg hangat. Gadis itu mendengar degup jantung orang itu karena posisinya yg sedang berada dalam dekapan si penyelamat.

Cukup lama mereka terdiam dalam posisi masih saling berpelukan di pinggir jalan hingga suara klakson menyadarkan mereka. Sang gadis hanya menundukkan kepalanya sesaat seolah berterima kasih lalu beranjak pergi tanpa mengucapkan sepatah kata pun. Sang penyelamat hanya memandang kepergiannya dengan seulas senyum terlukis di bibir indahnya.

Sekali lagi, gadis itu menyusuri gang sempit lain yg benar-benar sangat sepi. Mata coklat terangnya terus melihat sekitar dengan waspada. Setelah tiga puluh menit berjalan, akhirnya ia tiba di sebuah rumah yg sederhana di ujung desa. Rumah itu tampak sepi dan terkesan menyeramkan karena letaknya yg jauh dari pemukiman. Di sekitarnya tak ada rumah lain selain pepohonan besar yg menambah suasana mencekam.

Gadis itu hidup seorang diri dalam rumah sederhana yg cukup luas untuk di tinggali sebuah keluarga. Sekeliling rumah tampak tak terurus dengan barang-barang yg tak teratur tata letaknya. Ia tampak tak peduli dengan keadaan rumahnya itu dan melangkahkan kaki ke sebuah kamar yg cukup luas. Tanpa mengganti pakaian, ia langsung merebahkan diri ke kasur kecil di ruangan itu dan langsung tidur.

Jam menunjukkan pukul 10.00 pagi saat gadis itu terbangun dari tidur lelapnya. Ia mengerjapkan kedua matanya sambil mencari benda pipih di balik bantalnya. Saat ia temukan benda pipih itu, ia segera bangun lalu merapikan kamarnya. Kegiatannya pagi itu hanya membersihkan seisi rumah yg kemarin tampak tak beraturan. Mencuci pakaian yg sudah menumpuk karena tak di cuci berminggu-minggu. Lalu memasak seadanya untuk dirinya sendiri.

Setelah selesai dengan semua rutinitasnya, ia hanya terus bermain dengan benda pipih di tangannya. Berselancar di internet mencari beberapa data tentang seseorang menjadi kesibukannya kini. Ia tak memiliki kegiatan lain hingga pukul enam sore nanti. Ya, gadis itu bukanlah mahasiswa atau pun pegawai. Ia bekerja sebagai bartender di sebuah club malam.

Memang jarang terjadi, tapi ia satu-satunya bartender wanita di club itu. Bayarannya lumayan, jadi ia tak segan menjalani dunia malam yg di penuhi dengan lelaki hidung belang yg tak pernah menyerah untuk menggodanya. Bukan ia tak memiliki pilihan lain, tapi ia benci berkeliaran pada siang hari. Sebisa mungkin ia akan tetap diam di dalam rumah selama matahari terus bersinar dengan teriknya di atas langit. Kecuali jika memang ada keadaan mendesak yg mengharuskannya untuk keluar rumah di siang hari.

Yuki Adriani adalah nama gadis itu. Dengan tubuh tinggi dan ramping bukan tidak mungkin ia bisa menjadi seorang model. Ditambah lagi dengan kecantikan alami yg ia miliki benar-benar menambah pesonanya. Sayangnya ia sama sekali tak tertarik dengan dunia permodelan. Bukan tanpa alasan, hanya saja ia benci keramaian. Ia benci menjadi pusat perhatian orang-orang. Karena itu lah ia selalu berdandan ala kadarnya. Tak pernah memakai riasan dan hanya mengenakan kaos oblong serta celana jeans robek-robek.

Memang terkesan seperti anak nakal, tapi Yuki tak perduli. Yg terpenting, karena dandanannya itu orang-orang segan untuk mendekatinya. Kecuali para lelaki hidung belang di club malam yg menjadi tempatnya bekerja. Tapi jangan salah, Yuki tak akan segan-segan menghajar mereka jika ada yg berani macam-macam lebih dari sekedar berkenalan atau menggombalinya.

Yuki sudah biasa hidup mandiri sejak kecil. Bahkan ia membiayai segala kebutuhannya sendiri dengan bekerja serabutan di mana-mana. Orang tua Yuki telah lama meninggal dunia dan ia hidup sebatang kara tanpa ada kerabat seorang pun. Tragis memang, tapi Yuki sudah terbiasa. Ia terbiasa dengan tatapan sinis orang-orang yg menganggap remeh dirinya. Tapi Yuki tak pernah menghiraukan hal itu. Yang terpenting baginya, ia bisa hidup dengan tenang setiap hari. Dan selama orang lain tak menyentuhnya, maka ia juga tak akan menyentuh kehidupan mereka.

#tbc.....





Hallo readers!!!! Author datang dengan cerita baru nih. Yah cuma mau coba genre baru sih sebenernya siapa tau ada yg suka hehe. Dan pastinya masih tetap dengan cast yg sama #AlKi. Cerita ini bakal di lanjut kalau responnya bagus, kalau engga ya di pending aja. Sorry kalau typo bertebaran. Kritik dan sarannya di tunggu ya readers. Happy reading <3 <3 <3

A SecretTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang